webnovel

Aku, Kamu & Cerita Yang Telah Usai

Krisnanda adalah seseorang yang berbakat dengan paras yang tampan, dia digandrungi oleh banyak orang di sekolahnya. Namun, sikapnya begitu dingin. Dia menyimpan kesedihan yang mendalam, dibelenggu rasa kecewa dan tidak percaya atas kepergian seseorang yang sangat dia cintai. Masa lalu yang melekat, memekatkan ingatan, perlahan akan terkikis oleh waktu. Memang cinta tidak selalu mempertemukan kita dengan yang terbaik, tetapi cinta selalu mempertemukan kita di waktu yang tepat dengan orang yang tepat. Saling melengkapi dan saling mengisi satu sama lain. Akhirnya dia bertemu dengan seorang gadis berparas cantik dan periang, Sonya Alexandra. Akankah dia mampu menghapus semua kenangan masa lalu yang mengikat Krisnanda? Atau membawa luka dan trauma lagi baginya?

Golden_boy332 · realistisch
Zu wenig Bewertungen
33 Chs

Selamat Untukmu

Hari ini cukup cerah, desir angin begitu sejuk menyusup. Bahkan, hujan semalam masih meninggalkan jejak pada dahan pohon dan cekung jalan yang menganga. Siswa berdatangan dengan wajah berseri, nampaknya mereka tidur nyenyak semalam. Setelah sekian hari panas menyengat, akhirnya turun hujan. Terlalu nyenyak, terlihat beberapa yang terlambat dan tertangkap basah guru BK. Berdiri cukup lama di halaman sekolah dengan kuping yang serasa penuh akan petuah. Setelah sekian lama, mereka diijinkan memasuki kelas. Berjalan gontai, mereka berlalu.

Tepat pukul 09:00, semua kelas mengakhiri pelajaran, siswa dihimbau menuju aula sekolah. Setelah semua rangkaian seleksi yang berjalan begitu alot, akhirnya tiba pada pelantikan Ketua dan Wakil Ketua OSIS beserta anggota kepengurusannya. Dia, Sonya, terpilih menjadi ketua OSIS menggantikan sosok Krisnanda yang sudah usai masa jabatannya. Pilihan yang sangat tepat, kemampuan Sonya tidak perlu diragukan lagi. Jiwa kepemimpinannya terpancar begitu jelas, pemberani, kritis namun tidak menghakimi. Periang,dia disenangi oleh banyak orang. Bahkan banyak yang menaruh hati padanya, tapi hanya dianggap angin lalu. Selama ini, perhatiannya hanya tertuju pada sosok dingin itu.

Setiap baris kursi sudah mulai terisi penuh. Sonya duduk di barisan kedua, tampak sedikit gugup walau terus berusaha terlihat tenang. Dia tak henti-henti mengepalkan tangannya, melakukan beberapa senam jari untuk mengalihkan pikiran. Memegang secarik kertas, ringkasan dari pidato yang harus dia sampaikan nanti. Menarik napas panjang, menghembuskannya perlahan, begitu terus berulang-ulang.

"Kamu pasti gugup banget kan?" tanya Seila pada Sonya. Dia terpilih sebagai sekretaris OSIS.

"Kelihatan banget ya, La?" tanya Sonya.

"Nggak kelihatan banget sih, malah aku yang gugup banget, padahal nanti kamu yang baca pidato di sana," jawab Seila sambil menunjuk ke arah panggung.

"Sebenarnya aku gugup banget, takutnya nanti salah ngomong, kan malu," jelas Sonya khawatir.

"Nggak mungkin, aku yakin pasti lancar. Kamu pasti bisa," Seila menyemangati.

"Iya La, terimakasih," Sonya tersenyum, dia mulai tenang.

Acara dimulai. Sonya menegakkan badannya, penuh akan kepercayaan, aura kepemimpinannya terpancar. Dia memang layak di posisi itu.

Rangkaian acara terlewati satu per satu, mulai dari pembukaan, sambutan Kepala Sekolah. Hingga tiba pada saat dipanggilnya satu per satu anggota kepengurusan OSIS yang baru. Lengkap dengan profil mereka yang ditampilkan pada layar LCD. Wajah-wajah dengan ekspresi tak terbaca, antara cemas, gugup, bahagia, terharu. Hari ini, detik ini, mereka dilantik, mereka dikukuhkan.

Suara tepuk tangan menggema, memenuhi setiap sudut ruangan. Mereka dipersilakan untuk kembali duduk, kecuali Sonya. Selaku Ketua OSIS yang baru, dia diberikan kesempatan untuk menyampaikan beberapa patah kata. Dia langsung menuju podium, mengambil napas dalam dan mulai berbicara. Penuh dengan semangat, dia berbicara dengan lantang. Mengundang decak kagum setiap diri. Ketika pidatonya berakhir, sekali lagi tepuk tangan memenuhi ruangan. Semakin meriah, terdengar teriakan dari beberapa sudut, mengiringi langkahnya menuruni panggung.

Acara berakhir, semua siswa kembali ke kelas masing-masing. Hanya tinggal mereka, pengurus OSIS yang baru. Tetap di sana untuk membereskan kembali sisa-sisa acara. Walau tampak beberapa siswa menghampiri untuk mengucapkan selamat secara langsung. Mereka juga memberikan hadiah, ada yang memberi cokelat, buket bunga dan hadiah lainnya.

"Sonya, kamu dapet hadiah apa?" tanya Seila dan mendapati tangan Sonya kosong, dia tidak mendapatkan hadiah.

"Aku nggak dapet hadiah apapun," jawab Sonya, "Yaudah, nggak apa-apa," Sonya mengerutkan dahi. "Padahal aku berharap, aku juga dapet," batinnya.

"Tenang aja, aku yakin kamu pasti dapat juga. Yuk, lanjut lagi bersih-bersih," ajak Seila.

"Iya-iya," jawan Sonya.

Hendak beranjak, seseorang memanggil Sonya sambil membawa sebuah buket bunga yang cukup besar. Seluruhnya adalah bunga mawar yang berwarna merah.

"Kak Sonya, ini ada titipan bunga untuk kakak," jelas siswa itu sambil menyodorkan buket bunga tersebut.

"Ini dari siapa, dik?" tanya Sonya bingung.

"Nanti juga kakak tahu, itu ada suratnya kak," jawab siswa, "Saya balik dulu kak," siswa itu pamit.

"Iya, terimakasih dik ya," ucap Sonya.

"Iya, kak," siswa itu berlalu.

Sonya melihat surat itu, amplopnya putih polos dengan garis berwarna biru muda di sepanjang pinggirnya.

"Apa yang aku bilang, kamu pasti dapat. Ada suratnya tuh, baca sana," goda Seila.

"Iya-iya, La," jawab Sonya.

Masih bertanya-tanya, entah dari siapa buket bunga itu. Hingga Sonya memutuskan untuk membuka surat tersebut. Nampak tulisan tangan yang begitu rapi yang jelas tertuju untuk dirinya.

Untuk : Sonya Alexandra

Hi, Sonya. Selamat untuk jabatan barunya ya. Semangat, kamu sekarang mengemban tugas yang cukup berat. Terimakasih karena kamu mau menggantikan tugasku. Sebagai gantinya, aku traktir kamu makan malam ya. Tapi jangan yang mahal-mahal, hehe. Kalau kamu setuju, nanti kamu chat aku ya.

Semangat selalu

Krisnanda

Sonya kehabisan kata-kata, dia masih bingung tetapi juga bahagia. Dia tidak menyangka, masih tidak percaya seorang Krisnanda bisa bersikap manis seperti itu. Lama dia terdiam, hingga teriakan Seila membuyarkan lamunannya.

"Iya, aku ke sana sekarang."