webnovel

AKU DAN DIA SAMA

Irene merupakan seorang wanita cantik yang terjebak di dunia paralel. Entah dunia apa Irene tidak tahu. Berawal dari kekalahan dalam taruhan dengan teman - temannya, ia di haruskan masuk ke dalam sebuah rumah tua yang terletak di tengah hutan sendirian, sedangkan teman - temannya menunggu di luar rumah. Rumah yang akan ia masuki sangatlah besar. Konon katanya siapa yang masuk kedalam rumah tersebut tanpa menghentak kaki sebanyak tiga kali, maka ia tidak akan pernah keluar dari rumah itu untuk selamanya. Irene tidak menghiraukan peringatan yang di mitos kan tersebut dan menghiraukannya. Beberapa menit telah terlewati. Namun di saat ia akan melangkah keluar rumah, Irene di kejutkan dengan kemunculan seorang pria dengan mata berwarna merah. Pria tersebut langsung membekap mulutnya agar tidak berteriak dan memanggul tubuhnya di atas bahu pria itu. Irene yang ketakutan hanya mampu diam saat dibawa ke sebuah ruangan yang kosong. Oleh pria tersebut, Irene di tidurkan di sebuah ranjang beralas seprai yang kotor. Entah kenapa matanya tiba - tiba terasa memberat dan tidak lama kemudian ia pun tertidur. Suara bising terdengar sampai ke telinganya. Ia bangun dari tidurnya dan mengerjab perlahan. Matanya mendadak membola dengan mulut menganga lebar. Bagaimana bisa ia berada di kamar yang terlihat sangat megah dan indah?sedangkan yang ia ingat beberapa menit yang lalu, Ia berada di dalam sebuah ruangan kosong dan di tidurkan di atas ranjang yang berseprai kotor. Di mana tempat ia berada dan bagaimana nasib teman - temannya? Sanggupkah Ia keluar dari dunia yang entah apa namanya ini?

Queen_Artemis89 · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
1 Chs

PROLOG

Sepasang kaki terlihat sedang menuruni ranjang dengan ukuran yang besar. Dengan gaun tidur yang melekat di tubuh indahnya, Ia melangkahkan kakinya untuk berjalan ke arah balkon yang ada di kamar ia tempati.

Dengan gordent yang menjuntai berwarna putih bersih, ia melangkah keluar sekedar untuk menghilangkan rasa penasaran yang ada di benaknya saat ia terbangun.

Dari tempat ia berdiri, matanya bisa melihat apa yang ada di luar kamarnya. Pemandangan yang sangat indah membuat benaknya terasa damai. Sambil memejamkan matanya, Ia mengambil nafas secara perlahan dan mengeluarkannya.

Ketika matanya membuka kembali dari tempat ia berdiri sekarang, terlihat sebuah lapangan yang terlihat seperti arena berlatih ramai di sesaki oleh banyak orang. Seperti sedang berlatih.

Perempuan tersebut tetap memandangi arena berlatih tersebut. Sebenarnya ia penasaran terhadap hal itu, namun dengan cepat ia mengurungkannya karena ia harus mencari tahu dulu di mana ia berada saat ini.

Ketika masih berdiri di balkon kamar, terdengar suara yang memanggil dirinya. Namun bukan nama nya yang di sebutkan orang itu, tetapi ia di panggil dengan sebutan Ratu.

"Yang mulia Ratu, Anda sudah bangun..?"

Ia menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya.

"Siapa yang Ratu..?", tanya nya "dan siapa kau...? Kenapa kau ada di sini?

Wanita yang terlihat seperti paruh baya itu membungkukkan tubuhnya di hadapan wanita yang ia panggil Ratu.

"Maaf kan saya yang lancang yang mulia Ratu. Saya Diana pelayan pribadi anda.." jelasnya

"Siapa yang kau panggil Ratu..?

Diana membungkukkan badannya lagi. Anda yang mulia. Anda adalah Ratu dari kerajaan Demon yang mulia. Ratu Irene Van De Bosch.

Irene membolakan matanya. Ratu?Dirinya? tidak mungkin.

Aku bukan yang mulia Ratumu. Dan namaku juga bukan Irene Van De Bosch. Namaku Irene Daviana.

Diana tidak menjawab. ia hanya diam seakan sudah paham akan perkataan yang di lontarkan barusan. Namun perkataan yang di katakan Diana selanjutnya membuat Irene mati kutu.

"Saya tahu yang mulia. maaf kalau perkataan saya lancang. mungkin ini akan membuat kaget diri anda dengan perkataan saya, namun saya minta satu hal jangan sampai King tahu kalau saya yang membocorkan nya dan kalau anda mengatakannya anda harus menerima konsekuensi nya. Apa anda bisa menjamin hal itu yang mulia Ratu?

Irene langsung mengangguk, tidak memperdulikan apapun untuk sekarang karena penasarannya mengalahkan segalanya.

"Baiklah, aku terima konsekuensinya. Jadi apa yang akan kau katakan?"

Baiklah, ujar Diana. "Anda adalah wanita yang di bawa King dari rumah terkutuk yang ada di dunia sebelah. Apakah anda merasa ada yang aneh saat memasuki rumah tersebut dan apa anda melakukan apa yang orang katakan?"

"Maksudmu? jelaskan secara rinci Diana?aku tidak mengerti..

"Pernahkan anda mendengar sebuah perkataan kalau masuk ke dalam rumah kosong tersebut harus menghentakkan kaki sebelum memasuki rumah tersebut? Apa anda melakukan nya?"

Irene kembali mengingatnya. Tentang taruhan, pergi ke tengah hutan dan masuk ke dalam rumah tua. mengabaikan peringatan. Dan__

Shit. Irene mengabaikan itu semua. Pertaruhan konyol yang membuat ia terjebak di sini. tapi bagaimana dengan temannya? apa mereka baik - baik saja.

Irene melupakan itu semua. Sebelum kata -kata keluar dari mulutnya, perkataan Diana membuat jantungnya terasa berhenti saat itu juga.

"Anda di tumbal kan oleh teman anda sendiri yang mulia Ratu .."

Deg...

Irene terduduk di tempat. Otaknya mencerna semua. Tumbal?Dirinya?Temannya? Apa maksudnya ini semua.

"Saya tidak bisa memberi tahu detailnya kepada anda, namun anda bisa bertanya langsung kepada King Aron.."

Irene mendongak kan wajahnya ke hadapan Diana. "King Aron? Siapa dia?"

"King Aron adalah pasangan anda yang mulia Ratu. Pemimpin dari Demon. Mate anda.."

Irene kembali terdiam. Bibirnya seperti terkunci. Otaknya mendadak membeku. Ia tidak bisa berfikir sekarang. Ia butuh waktu untuk mencerna semuanya.

"Bisakah kau keluar Diana? "ujar Irene lesu. Aku butuh waktu untuk berfikir."Pintanya.

Diana menatapnya iba. Sebenarnya ia tidak ingin mengatakan sekarang, namun kalau ia tidak memberi tahu Irene, suatu saat pasti Irene akan mengalami hal yang tidak di inginkan, Termasuk kejahatan para teman - temannya yang dengan tega menumbalkan Irene kepada pemimpin Lucifer. Diana berjanji kepada hatinya kalau ia akan membantu Diana.sekaligus menyangkut hidup Raja mereka, King Aron.

"Maafkan hamba yang mulia,tetapi kehadiran saya di sini membantu nada bersiap karena King Aron memerintahkan saya untuk membawa anda ke acara tahunan Kerajaan yang di pimpin oleh King Aron.." imbuhnya. "Ini perintah langsung dari King Aron yang mulia. saya harap anda bisa membantu saya.."

Irene terlihat masih syok. Namun permintaan tulus Diana membuat hatinya sedikit tergerak. Irene merupakan orang yang perasa, Ia tidak tega jika menolak permintaan Diana, meskipun saat ini hatinya terasa sangat sakit akibat penghianatan teman nya yang selama ini ia anggap baik.

Irene berusaha berdiri dan di bantu oleh Diana. " Baiklah yang mulia, sebaiknya anda membersihkan diri dulu, dan saya akan menunggu di sini sambil menyiapkan keperluan anda yang mulia."

Irene mengangguk tidak menjawab. Dengan gontai ia berjalan ke arah kamar mandi dan membersihkan diri dengan cepat. ketika Irene sudah membersihkan diri, Diana sedang membelakanginya sambil memegang sebuah gaun hitam panjang yang sangat indah. Sejenak Irene terpaku, namun dengan cepat ia menormalkan wajahnya.

"Apa Anda sudah selesai yang mulia? Ujar Diana sembari membalikkan tubuhnya ke hadapan Irene yang sedang memandangnya.

"Hm.."

"Silahkan di pakai yang mulia. Setelah anda memakainya gaun ini, saya akan memoles wajah anda..."

Irene mengambil gaun dari tangan Diana dan segera memakainya. Setelah gaun tersebut melekat di tubuhnya, Irene langsung keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arah Diana yang telah menunggunya.

Dari kaca, Irene melihat pantulan wajahnya.dari sana ia bisa melihat kulit yang putih pucat, matanya yang berwarna Violet, rambutnya yang berwarna coklat caramel dan tubuh semampai membuat ia seperti boneka.

Diana hanya memperhatikan Ratunya dari pantulan kaca, menatap wajah cantik milik Ratunya, mate dari King nya. Selama Diana mempersiapkan Irene, tidak ada pembicaraan di antara mereka. Keheningan sangat terasa hingga pekerjaan Diana merias sang Ratu akhirnya selesai.

"Sudah selesai Ratu. Sebaiknya kita bergegas sekarang karena King Aron sudah menunggu yang mulia sedari tadi..."Ujar Diana sambil membawa sepasang sepatu yang ada di tangannya dan menyuruh Irene untuk memakainya.

Setelah semua persiapan sudah selesai, Diana mengajak Irene untuk keluar kamar menuju Aula istana yang saat ini sedang menggelar acara. Selama perjalanan, Diana setia berjalan di belakang Irene. Tidak ada percakapan di antara mereka.

Ketika langkah mereka sudah mencapai tangga, Irene berpegangan pada tangkai tangga agar tidak terjatuh saat menuruni tangga. Namun langkah kakinya terhenti saat ada yang memanggil namanya...

"Queen Irene..."

°°°°°°