webnovel

Aku ingin Menulis Surat Cinta

Redakteur: Wave Literature

Apa?

Xiafeng terkejut ketika mendengar Xiaotu memanggilnya Kakak Gila (Feng), tidak tahu harus tertawa atau menangis saat menjawabnya: "Namaku adalah Feng yang berarti angin, bukan Feng yang berarti gila."

"Oh baik lah, Kakak Angin (Feng)" Xiaotu menganggukkan kepala,

Xiafeng menyerah.

"Baiklah, baiklah. Tidak seharusnya aku berdebat dengan anak TK." Ucap Xiafeng dalam hati, lalu kembali menunjukkan senyum ramahnya kepada Xiaotu: "Bagaimana, kakak sudah membelikan permen untukmu, maukah kamu menjadikan aku pacarmu??

Xiaotu memutar-mutar bola matanya yang hitam, dan dengan suara yang jelas namun lembut menjawab pertanyaan Xiafeng. "Hmm….aku akan mempertimbangkan dulu…" 

"Masih perlu mempertimbangkan???"

"Iya, ibuku berkata, jangan mudah menjadikan orang lain sebagai pacarmu, kamu harus melihat kelakuannya, kamu harus menguji dia." Ucap Xiaotu dengan ekspresi yang serius.

"Baiklah!" Xiafeng menganggukkan kepala dan dengan suara yang bernada agak tinggi bersumpah: "Aku pasti akan memperlakukanmu dengan baik, besok-besok jika kamu ingin makan sesuatu, bilang saja ke kakak, kakak akan membelikannya untukmu!"

"Terimakasih Kakak Angin!" Xiaotu meraih lengan Cheng Zhiyan, dan muka kecil Xiaotu terlihat menjadi bahagia.

Cheng Zhiyan melirik kebawah lalu mengernyitkan dahinya. Sambil Xiaotu yang berdiri di sampingnya tersenyum bagaikan setangkai bunga. Entah mengapa hati Cheng Zhiyan terasa tidak nyaman.

"Hehe, Cheng Zhiyan, kamu sudah menjemput dia, ayo kita pergi ke rumahmu untuk bermain sebentar, aku belum pernah pergi ke rumahmu." Xiafeng sudah merelakan namanya diubah oleh Xiaotu menjadi Kakak Angin karena sudah sangat malas berdebat dengannya.

Cheng Zhiyan dengan lembut mengambil tas sekolah Xiaotu dan menaruhnya di keranjang sepeda, lalu menggendong Xiaotu ke boncengan belakang. Cheng Zhiyan membonceng Xiaotu dan melihat Xiafeng yang berada dibelakangnya: "Boleh saja jika ingin datang ke rumahku, tapi kamu berlari saja, karena aku membonceng Xiaotu."

"Baiklah kalau begitu aku akan lari." Xiafeng menggendong tasnya di lengan dan melihat Cheng Zhiyan dan Xiaotu yang mulai menjauh, dia dengan segera berlari mengikuti mereka.

Walau jarak dari pintu gerbang menuju rumah Cheng Zhiyan tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat pula, tapi Xiafeng terengah-engah saat mengejar mereka. 

Karena Xiaotu duduk di boncengan Cheng Zhiyan, dia melihat Xiafeng yang berlari di belakangnya dan dengan sangat bahagia berkata: "Ayo Kakak Jus Jeruk, cepat sedikit, Kakak Angin sudah hampir mendekati kita!!"

Semakin cepat Cheng Zhiyan mengayuh sepedanya, semakin cepat pula Xiafeng berlari.

Sangat tidak mudah untuk menuju ke rumah Cheng Zhiyan.

Xiafeng sudah sangat lelah seperti anjing yang kehausan.

Dari dia kecil hingga sekarang, bocah itu tidak pernah ia berlari sekeras itu, bahkan di kelas olahraga dia hanya berlari dengan santai. Jika guru olahraganya tahu dia bisa lari secepat ini, dia pasti akan bangga setengah mati.

"Cheng.....Cheng Zhiyan, kamu mengayuh sepedamu sangat cepat, Kamu...apa apa…..apakah kamu…...apakah….kamu tidak ingin aku bermain ke rumahmu?" Xiafeng memegang kedua lututnya dengan kedua tangannya, membungkuk dan terengah-engah mengatur nafasnya, dia kehabisan nafas karena berlari sambil berbicara.

"Kamu terlalu banyak berpikir." Cheng Zhiyan menatap Xiafeng dengan enteng sambil menurunkan Xioatu dari boncengan sepedanya, lalu mengambil kunci dari dalam tasnya dan membuka pintu rumah.

  Xiafeng dan Xiaotu berdiri dibelakang Cheng Zhiyan yang sedang membuka pintu rumah. Xiafeng mengamati sekelilingnya untuk beberapa saat lalu berkata: "Cheng Zhiyan, rumahmu sangat besar."