webnovel

AKHIRNYA CINTA

Alice namanya....Ketidakmampuannya untuk menolak keinginan orangtuanya yang ingin sekali dirinya menikah dengan temannya saat kecil yang bernama Rama yang ternyata tidak lain adalah pemilik perusahaan tempat ia bekerja. Sudah jelas-jelas keluarga dan Rama tahu kalau sudah ada Panji, kekasih Alice. Orangtuanya yang sangat menghendakinya untuk langsung menikah saja katimbang pacaran Akhirnya Alice mau menikah dengan Rama, laki-laki yang belum dicintainya namun selalu sayang dan perhatian dengannya. Sebelum menikah dan setelah menikah bayang-bayang sosok Panji tak bisa hilang begitu saja. Bagaimana hubungan Alice dan Rama disaat hati dan pikiran istrinya masih terikat pada Panji?

clarasix · Teenager
Zu wenig Bewertungen
376 Chs

Part 44

Rama tak bisa menghentikan cumbuannya pada Alice, hinggga suara decapan bibir saling berpagut dan lenguhan keduanya memenuhi ruangan berbentuk kamar minimalis itu. nafas mereka memburu

"Dimana ini?" ruangan tertutup tanpa ventilasi hanya diterangi lampu terang berdominan warna putih kontras dengan cat dinding kantor Rama berwarna abu terang. Anehnya disana terdapat ranjang , muat dua orang.

"Siapa yang mendandanimu hingga menjijikkan seperti ini? Kamu mau mencari suami baru?" Rama menatap tajam Alice yang tengah memandang asing kamar pribadi di ruangan kerjanya itu. Marah sekali, dengan sengajanya Alice mempertontonkan tubuhnya yang seksi di depan Reza atau laki-laki lain di kantornya. Dia ingin memberikan hukuman pada Alice atas kelancangan itu.

"Jaga mulutmu, aku tidak seperti itu."

Rama mendekati Alice yang reflek berjalan mundur diliputi rasa takut dan was-was,"Lantas alasan dibalik pakaianmu yang norak itu apa kalau tidak untuk memikat laki-laki lain."

Alice menunduk melirik dressnya yang sudah tak karuan hingga mempertontonkan asetnya, tangannya buru-buru menaikkan tube dressnya.

Grepp

Usaha Alice sia-sia, tubuhnya dikunci tiba-tiba oleh Rama yang sudah mendekatp erat tubuhnya. Dia kalah cepat ternyata Rama bergerak cepat tanpa sepengetahuannya.

"Mau apa kamu? Lepaskan aku." Alice meronta namun tubuhnya di dekapan Rama.

"Aku jadi penasaran gimana tubuhmu itu, tapi sayang sudah disentuh laki-laki brengsek itu …"

"Kamu yang brengsek!" sela Alice dengen berteriak.

Rama terkekeh, menatap bibir Alice yang bengkak dengan lipstick merah belepotan karena ulahnya namun itu terlihat seksi, menantangnya untuk digeluti kembali,"Brengsek ini masih jadi suami sahmu yang harus kamu layani." Rama mengusap bibir Alice dengan sensual.

Alice menahan nafas, tubuhnya menegang kala merasakan sentuhan dan pandangan Rama. Hatinya berkata menolak namun nyatanya tubuhnya berkhianat, terbuai sentuhan Rama. Jelas-jelas hatinya sudah disakiti berkali-kali oleh Rama dan itu sulit untuk dimaafkan.

Alice berusaha menarik akal sehatnya yang sempat terbuai terbang entah kemana,"Jangan sentuh aku, karena aku tak mau disentuh laki-laki tak punya hati sepertimu. Tak menghargai perasaan perempuan."

"Menghargai? Lantas apakah wanita dihadapanku ini begitu menghargaiku sebagai suami?" tantang Rama tak mau kalah.

Alice tak habis pikir, Rama sudah terlalu jauh terperosok percaya pada foto itu, yang jelas-jelas tak seperti yang dipikirkan Rama. Lelah dan buntu mau menjelaskan seperti apa, malah hatinya sudah terlanjur kecewa dan marah membuatnya lebih memilih pasrah saja.

Alice terdiam berkutat dengan keriuhan hatinya, Rama msudah tak kuasa menahan hasratnya yang sudah meledak sedari tadi namun ia tahan karena ingin mengintrogasi Alice karena lama tidak berjumpa, sekalinya bertemu langsung disambut dengan pemandangan yang menggoda, laki-laki mana yang tidak ingin menyentuhnya. Bahkan perbuatannya dengan Intan tadi seketika hilang musah ditelan bumi.

"Terserah ak … Hmmpt." Rama meraup bibir Alice sambil menekan tengkuknya hingga ciumannya semakin dalam.

Tubuhnya yang masih dikunci Rama menyulitkannya melepas diri hingga berakhir pasrah dan menerima perlakuan apapun Rama padanya. Ciuman Rama tidak ada lembut-lembutnya sedikitpun hingga membuat Alice kewalahan.

Brughhh

Tubuh Alice didorong Rama hingga jatuh terlentang di ranjang. Nafas Alice memburu, menatap sayu Rama yang tengah membuka kancing kemeja kemudian merangkak naik, diatasnya.

Tak bisa berbohong, Alice mulai tergoda dengan kulit liat tampak seksi membentuk barisan roti sobek di dada Rama.

"Hmptt." Rama mencium kembali bibir Alice diikuti sesapan dan lumatan yang tak sedikitpun membuatnya bosan, malah sebaliknya candu.

Disela-sela ciuman itu tangan Rama meloloskan dress hitam itu dari tubuh Alice. Rama menatap puas akan pemandangan polos di bawahnya. Tak mau membuang waktu Rama melancarkan aksinya semakin jauh.

Rama kembali menindih tubuh Alice, kemudian mencumbunya dengan kasar. Awalnya Alice terkejut hingga reflek memejamkan mata. Rama tak bisa mengendalikan sesuatu yang bergejolak di dalam tubuhnya untuk menyentuh Alice begitu dalam dengan tidak sabaran.

"Ahhh." Alice mendesah kala lehernya disesap Rama hingga meninggalkan bekas. Nyatanya Alice sudah terbuai akan sentuhan Rama yang semakin menggila, niat hati ingin pergi dari hadapan Rama kini sudah berada dibawah kuasa Rama.

"Ahhh kenapa sesulit ini?" Rama menghentikan cumbuannya kala merasakan ada penghalang saat kepemilikannya masuk menerobos milik Alice. Namun ia tetap melanjutkan untuk menerobos pembatas itu.

Jlebb

Alice bernafas tersengal-sengal hingga tiba-tiba sesuatu terasa mengoyak tubuhnya merasakan rasa sakit yang tiada tara,"Ahhh sakitttt." Rintih Alice mendongak keatas menangis.

Rama tentu terkejut melihat kenyataan yang tak dinyanya sama sekali. Namun begitu ada perasaan puas di dalam hatinya atas kesakitan wanita dibawahnya. "Maafkan aku, Alice. Maafkan aku yang sudah menuduhmu." Rama memeluk erat Alice yang sudah menangis karena menahan sakit.

"Hikss. Sakit." serasa tuli, Alice hanya menangis merasakan rasa sakit pada intinya.

Rama mengecupi lembut wajah Alice terutama kelopak mata basah itu berharap air mata itu berhenti menetes. Sungguh ia hatinya merasa sakit namun juga nikmat, ah dia jadi bingung.

Akhirnya Rama menggerakkan pinggulnya dengan pelan membuat Alice terhentak selaras hentakan yang ia ciptakan. Nafas memburu dan keringat membasahi tubuh mereka. Alice menatap sayu Rama yang kini menatapnya tak terbaca,"Ahhhm Mashh." Rasa sakit yang sempat ia rasakan tiba-tiba berganti nikmat dan itu membuat Alice terdiam namun mulai hanyut mengikuti.

Alice menoleh kesamping kala Rama menenggelamkan kepalanya ke ceruk lehernya."Foto itu." Alice melihat figura foto pernikahannya dengan Rama. sungguh ia tidak menyangka ternyata suaminya masih menyimpan foto penuh kenangan itu.

Di tempat yang berbeda Salim dan Zubaidah yang sudah datang ke perusahaan Rama berniat mencari Alice. Mereka yakin kalau puteri mereka ada disana. Entah kenapa Alice lari dari jangkaunnya yang jelas-jelas berniat ingin pulang ke Bandung lagi setelah dikecewakan Rama sebelumnya.

Kedatangan mereka jelas mendapatkan penolakan dari satpam di perusahaan Rama, wajar karena semua orang belum mengenal mereka, mertua Rama selaku pemilik perusahaan besar itu.

"Tolong jangan membuat kegaduhan di perusahaan ini Pak, Bu." tegas satpam laki-laki menghadang keras niat Salim dan Zubaidah yang tetap kekeuh masuk karena yakin Alice berada di dalam perusahaan menemui Rama.

"Saya yakin puteri saya didalam, untuk itu saya kesini. Jangan halangi kami."

"Pak kita harus hargai peraturan disini." Zubaidah menenangkan Salim yang emosi, walau dirinya juga sangat mengkhawtirkan Alice.

"Tolong pak bantu kami." Zubaidah memohon dengan lembut agar satpam itu memberikan pertolongan. Dia tidak akan membiarkan Alice diapa-apakan Rama yang telah berselingkuh itu.

Salim tak kehabisan akal, merogoh ponsel menampilkan foto Alice pada satpam itu."Ini puteri saya."

"Oh itu puteri bapak. Ya tadi memang masuk. Kalau begitu mari saya antar ke dalam."

Salim dan Zubaidah tak menyangka bila memiliki menantu orang kaya, punya perusahaan yang besar. Apalagi orang tersebut adalah dulunya anak kecil yang selalu menjaga dan mengajak bermain puterinya ketika masih kecil.

Dipersilahkan duduk di lobi, sembari menunggu. Keduanya menatap penuh takjub akan kemegahan perusahaan Rama. Namun tak berselang lama kebencian mendera hati mereka kembali terlintas memupus rasa takjub kala teringat perselingkuhan Rama.

"Pak Rama tidak bisa diganggu." Ucap sekretaris pada satpam yang tengah mencari Rama.

"Tapi mereka yakin kalau puterinya sedang berada dengan Pak Rama." ternyata semua yang ada di kantor belum mengenal Alice itu siapa.

Perdebatan mereka ternyata tidak sengaja ditangkap Reza yang tengah berjalan." Ada apa ini?"

Satpam itu menoleh dan menunduk hormat,"Di lobi ada yang yang mencari Nona Alice, mengaku orangtuanya pak."

Reza kaget mendengarnya,"Tolong antarkan saya kesana." Dalam hati Reza cemas kalau waktu kebersamaan Rama dan Alice terganggu. Padahal ini salah satu jalan agar keduanya kembali akur dan tidak berujung pada perceraian, entah bagaimana caranya dia juga tidak tahu

Salim dan Zubaidah bingung menatap satpam tadi didampingi Reza, terlihat asing karena belum kenal,"Dimana anak saya, Alice?"

"Ini pak yang mencari perempuan bersama Pak Reza tadi." jelas satpam itu membuat Reza melotot ingin segera menyumpal mulut itu. Kalau begini sudah pasti dirinya akan didesak untuk memberitahukan keberadaan Alice.

"Pak tolong beritahu kamu, puteri saya dimana? Kami mau membawa dia pulang. Tidak seharusnya dia kesini." Seloroh Zubaidah.

Reza memberi kode pada satpam untuk meninggalkannya dan dituruti,"Maaf sebelumnya pak Bu …"

"Tidak usah bertele-tele, segera beritahu kami atau akan saya laporkan anda ke polisi atas tuduhan penculikan." Tegas Salim penuh keseriusan, terlihat pancaran emosi disana.

Reza tidak bisa berkutik lagi selain harus memberitahu yang sebenarnya, kalau tidak mau berurusan dengan polisi. Dia berharap Rama dan Alice sudah berbaikan, tidak ingin Alice dibawa pulang oleh kedua orangtuanya sebelum permasalahan mereka selesai.