Siang hari, Adelia berpakaian rapi keluar dari kamarnya, dia akan bersiap untuk pergi ke kantor menyelesaikan urusan nya dengan Andika. Saat ia turun, tak ditemui seorang pun di ruang keluarga, lalu ia berjalan menuju ruang kerja Nathan.
"Tuan Nathan sudah keluar rumah sejak satu jam yang lalu nyonya", ujar pelayan tiba-tiba dari belakang Adelia.
"Dia bilang kemana ngga?", tanya Adelia.
"Engga Nyonya. Tadi beliau sempat ke atas ke kamar nyonya tapi begitu melihat nyonya tertidur, beliau langsung pergi", ujar pelayan itu sopan.
Adelia membuka ponselnya, ada chat masuk dari Nathan. Ternyata dia pergi ke kantor mengurus beberapa hal, dari mukanya tampak ada hal penting sekali. Lalu Adelia berjalan menuju garasi lalu keluar rumah dengan membawa mobilnya menuju kantor.
Sesampainya di depan kantor, ia memarkirkan mobilnya ditempat parkir khusus wakil direktur. Adelia melihat mobil Andika terparkir disamping mobilnya.
Penjaga pintu di bawah memberi hormat kepada Adelia dengan membungkuk dan membukakan pintu untuk Adelia. Adelia membalas dengan senyuman dan semua mengucapkan selamat siang padanya saat melihat dia masuk.
Semua yang bertemu dengan Adelia langsung memasang wajah bertanya-tanya karena Adelia tidak pernah datang siang. Adelia mengurungkan niatnya untuk ke ruangan Andika, dia justru berjalan menuju ke ruang kerjanya.
Heru berdiri melihat kedatangan Adelia, "Loh bukannya ibu mau cuti satu Minggu?", tanyanya.
"Usil", seru Adelia sambil tersenyum dan membuka ruang kerjanya.
Lalu setelah menutup pintu, ia berjalan menuju ke meja kerjanya, membuka komputer nya dan melihat email masuk di komputer nya. Kemudian dia tenggelam dalam kesibukan yang seharusnya dia lakukan di minggu-minggu depan.
Sekitar satu jam kemudian, pintu ruang kerjanya terbuka, tampak Andika masuk ke ruangan Adelia.
"Kamu sudah datang daritadi?", sapanya lalu duduk di hadapan Adelia.
"Hai, aku kangen kamu", usil Adelia untuk menyembunyikan kegugupan nya. Andika berjalan mendekat lalu memeluk Adelia erat.
"Maafkan aku yang telah buta selama ini tidak bisa melihat cintamu", ujar Andika.
"Andika, please deh. Jangan begini, aku sudah menikah", ujar Adelia melepaskan pelukan Andika.
"Oh maaf", ujar Andika malu hati. Lalu ia kembali duduk di hadapan Adelia.
"Maafkan ucapan ku semalam. Sepertinya aku mabuk", ujar Andika lagi. Adelia tersenyum sedih, dia tau kalau Andika tidak mungkin mabuk karena Andika hampir tidak pernah menyentuh minuman keras.
"Aku juga akan menikah. Naomi setuju untuk menikah dengan ku Minggu depan", ujar Andika lagi.
"Aku akan mengumumkan pernikahanku agar gosip tentang kita akan turun", ujar Andika lagi. Lalu ia berdiri dan meninggalkan Adelia yang masih tak percaya apa yang Andika ucapkan.
"Ternyata ia tak benar-benar mencintai ku. Itu hanya perasaan sesaat saja", lirihnya sedih.
Lalu ia membuka HP nya, melihat chat masuk dari Nathan, tampak Nathan sedang gelisah, ia memfoto harga sahamnya, ada penurunan disana. Adelia panik melihat nya, dia merasa Nathan membutuhkan perhatian dan dukungan nya sekarang. Lalu ia mencoba menghubungi HP Nathan namun tersambung ke mail box. Makin panik saja Adelia sehingga ia memutuskan untuk datang menemui Nathan dikantornya. Ia keluar kantor mengendarai mobilnya menuju kantor Nathan di pusat kota.
Kantor Nathan lumayan besar, ia agak kesulitan menemukan tempat parkir. Setelah lima belas menit berputar-putar, ia menemukan tempat parkir lalu memarkirkan kendaraan nya.
Adelia berjalan menuju recepsionis, meminta mereka memberitahu Nathan kedatangan nya. Namun semua CEO dan Petinggi PT.WD International sedang menggelar rapat jadi belum bisa dipastikan kapan selesai.
Adelia memutuskan untuk menunggu di lobby kantor, duduk di sofa nyaman sambil membaca majalah wanita.
Sekitar setengah jam kemudian dia merasakan tubuhnya mulai letih, kepalanya mulai pusing, dia melihat HP nya, dan menemukan chat Nathan baru masuk. Lalu dia menelpon nomor HP Nathan.
"Nathan, aku di lobby. Apa kamu masih lama? Kepalaku sakit", ujar Adelia lemah begitu mendengar suara lembut Nathan menyapanya.
"Kamu ada di lobby? Sebentar aku ke sana. Sayang sabar ya", jawab Nathan berdiri dari duduknya lalu berlari menuju lift.
Peserta rapat di ruangan panik begitu melihat bos besar mereka keluar dengan berlari. Tampak Nathan tidak sabar memencet tombol lift, hampir saja ia memutuskan akan turun dengan tangga, namun saat itu Lift sudah terbuka. Jason ikut masuk ke lift bersamanya, dia tidak berani bertanya kepada bosnya karena baru kali ini dia melihat bosnya panik seperti itu.
"Pecat recepsionis yang ada di bawah sekarang", serunya marah kepada Jason.
Jason kaget mendengarnya namun ia tetap menghubungi bagian HRD untuk menjalankan perintah Nathan.
Pintu terbuka, Nathan kembali berlari menuju lobby, dia mencari-cari dan kemudian menemukan sosok Adelia sedang duduk di sofa dengan muka pucat. Nathan kembali berlari lalu terjatuh berlutut di depan Adelia. Semua mata di lobby memandang panik ke arah bos besar yang sedang berlutut dihadapan seorang wanita.
"Apa yang sakit? Kenapa tidak telepon aku? Kamu demam", ujar Nathan menyentuh dahi Adelia.
Adelia hanya tersenyum dan membawa tangan Nathan dan meletakkan tangannya ke dada Adelia.
"Disini yang sakit. Aku memerlukan pelukanmu", ujar Adelia lagi.
Nathan serta merta memeluk Adelia. Jason menghalau semua orang agar pergi dari lobby kalau tidak mau terancam pekerjaan nya. Tiba-tiba tubuh Adelia lunglai, dia pingsan.
Makin paniklah Nathan, lalu dia berteriak keras kepada Jason, "Jason bawa mobil saya ke pintu, antar kami ke Rumah Sakit", ujar Nathan sambil membopong Adelia kedalam pelukannya.
Nathan teringat sesuatu dan menghadap ke arah recepsionis," Resepsionis bodoh, berharap saja istri saya tidak terluka. Kalau tidak, jangan harap kamu bisa bekerja lagi di kota ini. Kamu saya pecat", hardiknya.
Kagetlah semua yang ada di lobby. Ternyata wanita itu istri bos besar, terutama Recepsionis yang langsung panik memohon maaf dan tidak lama kemudian ada telephone dari bagian HRD yang sudah mengeluarkan surat pemecatan. Resepsionis itu langsung histeris, lalu disuruh keluar oleh security.
Nathan panik memeluk istrinya di jok belakang mobil dan Jason mengemudikan mobil dengan cepat namun lihai. Sebentar saja mobil sudah memasuki halaman parkir sebuah rumah sakit ternama milik WD Group, milik keluarga Nathan.
Memasuki ruang UGD, Nathan telah disambut oleh team dokter yang telah dihubungi oleh Jason sepanjang perjalanan tadi. Setelah pemeriksaan secara teliti sekali, ternyata Adelia terkena penyakit typus. Segera saja dia dimasukkan ke ruangan rawat inap VVIP dilantai 9 rumah sakit tersebut.
Setelah Nathan berbincang sebentar dengan team dokter, dia masuk ke ruang rawat inap istrinya menemani istrinya yang masih terlelap karena obat tidur.
Dia menyentuh dahi istrinya, "Sudah turun demamnya", ujar Nathan pelan.
"Jason kembalilah ke kantor, tinggalkan tab saya disini, saya akan memantau perkembangan dari sini. Kalau ada dokumen yang perlu tanda tangan saya, kamu bawa ke sini", perintah Nathan kepada Jason yang berdiri dekat pintu.
"Baik pak Presdir", ujar Jason lalu dia meletakkan Tab dan HP Nathan diatas meja, lalu pergi kembali ke kantornya. Pasti di kantor semua orang akan bertanya kepadanya mengenai wanita cantik yang menjadi istri seorang CEO PT.WD Group yang amat terkenal ganteng namun dingin dengan wanita.
Hampir semua mata di lobby menyaksikan betapa cintanya CEO mereka terhadap wanita itu. Sementara orang yang sedang membuat heboh itu sedang duduk dengan tenang sambil membuka Tab nya menyelesaikan pekerjaan nya di samping istrinya yang masih terlelap.