webnovel

Akhir dari Segalanya

Alam semesta tak behenti mengembang. Alam semesta menjauhi sesama-nya. bintang terlihat berbinar dilangit malam. cahaya terang dalam kesunyian malam.

author_gaje_ya_kan · Urban
Zu wenig Bewertungen
10 Chs

Bab 4

Merasa sangat nyaman, selalu gugup, jantung berdebar, keringat dingin mengucur deras, salah tingkah, begitu lah kami berdua. Aku mencoba menggenggam tangannya saat sudah menggenggam tangan nya tubuhku terasa seperti tersengat listrik, entah apa maksudnya.

Ia lebih tua dari ku, kami mempunyai perbedaan umur yang sangat jauh. Tapi, sepertinya aku lah yang lebih dewasa darinya, maksudku pemikirannya, aku mencoba memahami dirinya, aku selalu ingin masuk kedunia kecil dalam dirinya, dunia yang tertutup oleh pekatnya warna hitam itu. Namun saat aku berusaha masuk lebih dalam, itu begitu gelap bahkan senter yang aku bawa tak mampu menembus kegelapan itu, aku terkurung dalam gelap tanpa tau lagi arah untuk kembali, lalu aku berfikir lebih baik aku lanjutkan saja ini, menyusuri setiap ruang dunia kecil nya yang begitu gelap.

Ia tak pernah tersenyum padaku, aku selalu menyuruhnya untuk tersenyum namun, saat ia mulai melakukan itu ia begitu kaku, wajah cantik nya berubah menjadi menyeramkan, sorot mata penuh kebencian, aku tak habis pikir apakah beban di dirinya begitu berat. Aku selalu menyemangati dirinya, aku selalu berkata agar ia tak begini terus. Aku berkata agar ia bangkit dan membuang kegelapan dalam dirinya. Namun asilnya belum sepenuhnya dapat kurasakan ia masih sama seperti kemarin tak ada beda.

"Bisakah aku bergantung pada mu, membuang beban dalam diriku, mencoba menata kembali?"

Ia meminta ku, ia ingin bergantung pada diriku, aku tak yakin namun akan aku coba itu sampai batasku. Bukankah harusnya aku yang bergantung pada nya? Karena aku seorang murid dan dia seorang guru.

Ia berkata bahwa ia ingin melakukan suatu kebahagian bersama ku dalam sebuah mimpi, mendegarnya saja sudah membuatku bersedih, aku tau ini tak akan lama, aku tau ini begitu pahit di akhir. Namun membuat kenangan yang indah dan mengingatnya walau pun aku harus bersedih pada akhirnya aku akan melakukan itu agar kelak perpisahan ini tak menjadi penyesalan untuk ku.

Ia begitu cantik, aku tak munafik. Namun dalam dirinya ada suatu bunga yang layu, dan hampir mati. Aku sekarang sedang berusah agar bunga itu tak mati, namun nampaknya usaha ku sia-sia saja, coba saja aku cepat bertemu dengannya mungkin ini bisa aku perbaiki. Aku tau ia begitu kesepian dalam keadaan ini, menemani nya untuk menepis kesepian aku berusaha melakukan itu.

Aku mencoba memperbanyak kenangan bersama dengan diri nya, sembari tetap fokus pada sekolah dan pekerjaan ku, ia ibarat lampu yang mulai kehilangan daya, perlahan-lahan ia mulai redup. Aku selalu berkata agar ia kuat dan mampu melewati ini, aku berusaha membuat senyum di wajahnya, membuat dirinya nyaman saat berada di dekat ku, ada kala ia bersender di pundak ku, ia buang sementara status guru yang ia miliki, ia seperti seorang gadis muda yang membutuhkan perasaan nyaman di dekat kekasihnya, rambut nya begitu wangi saat aku mulai menciumi kepala bagian atasnya. Menemani dirinya dalam keterpurukan, kadang aku ikut menemani dirinya mengecek keadaan dirinya di rumah sakit, aku selalu harap-harap cemas. Namun aku tau dan ia selalu bilang bahwa ini tak akan bisa lagi membaik, ia cukup sedih begitu juga aku, aku sangat sedih saat ia berkata seperti itu pada ku, harapan ku untuk bersama nya dalam waktu yang lama nampak nya tak terlaksanakan.