webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · Teenager
Zu wenig Bewertungen
114 Chs

Chapter 24

-(-(-(-(-(-(-(-(-(-(-

Ame

(4 tahun lalu, sebelum bertemu Kaito)

Sejak SD dulu aku memang sering sakit sakitan. Aku sampai tak punya teman karena aku terlalu menghabiskan banyak waktu ku dirumah sakit.

Hari ini aku melakukan pemeriksaan rutin di rumah sakit bersama ibu ku. Tak seperti biasanya ibu ku tak membaca surat hasil pemeriksaan ku dan langsung mengajak ku pulang.

Sesampai nya di rumah setelah makan malam, aku keluar dari kamarku dan menghampiri ibu ku yang duduk di sofa ruang keluarga menyaksikan acara televisi kesukaan nya.

Aku hanya berdiri di belakang sofa dan bertanya.

"Ibu? sebenarnya aku ini sakit apa sih?",

Ibu ku hanya diam dan mematikan televisi dengan remote yang ia genggam.

"Ibu?! ... kok diem aja?", tanyaku.

Ibu pun mulai meneteskan air mata lalu memeluku dengan erat.

"Loh?! ibu kenapa? ibu bilang sakit ku gak parah", tanyaku penasaran.

"Maaf ... ibu bukan ibu yang baik", kata ibu melepaskan pelukanya.

Disaat yang sama aku melihat surat hasil pemeriksaan rumah sakit yang sepertinya sudah dibaca ibu tergeletak di meja depan sofa. Karena aku termakan rasa penasaran aku pun mengambil nya dan membaca nya.

Apa maksud nya ini?!! ... karena kelainan jantung ... hidup ku tinggal ... satu?!

"Ibu?! ini bercanda kan?!", tanyaku panik.

"Maaf ... Ibu merahasiakan nya sejak kamu kecil ... maaf kan ibu Ame", kata ibu dengan air mata yang semakin deras mengalir.

Aku hanya bisa diam seribu bahasa. Aku panik, takut, dan bingung di satu waktu yang sama. Aku pun melemparkan surat rumah sakit itu ke sembarang arah lalu berlari kembali ke kamar ku.

Sejak saat itu aku mengurung diri di kamar. Beberapa minggu berlalu aku hanya terbaring di ranjang ku dengan pikiran yang sangat kacau.

Aku akan mati setahun lagi ... aku tak perlu melakukan apapun lagi mulai sekarang.

"Aahhh!!!! dasar dunia gak gunaa!!", teriak ku seraya melempar bantal ke arah rak buku yang berada di kamar ku.

Tanpa sengaja aku menjatuhkan satu buku dari rak buku ku. Saat melihat sampul nya yang asing bagi ku, aku segera mengambil nya beserta bantal ku yang tergeletak di lantai dan kembali berbaring di ranjang.

Hikari No Yokusoku?! ... apa yang membuat mu begitu menarik perhatian ku, ya sudah lah ini kan cuma light novel baca aja lah.

-Hikari No Yokusoku(janji cahaya)-

Aku menghabiskan waktu ku hari ini hanya untuk membaca novel ringan yang tak sengaja ku temukan ini.

Novel ini bercerita tentang pertemuan laki laki dan gadis yang hanya berlangsung satu bulan saja. Sang gadis meninggal karena kecelakaan dan meninggalkan luka yang sangat dalam bagi tokoh utama laki laki. Sang tokoh utama lalu mengakhiri hidup nya karena tak bisa menahan luka yang terlalu dalam itu.

Entah mengapa aku terbawa perasaan saat membaca cerita ini. Mungkin karena situasi nya tak jauh dari situasi ku sekarang. Aku hanya butuh tokoh utama laki laki nya dan kelanjutan nya mungkin seperti ini.

Jujur aku kurang suka dengan akhir ceritanya. Aku lebih suka akhir yang bahagia.

Siapa sih penulis nya?

Aku pun menemukan identitas penulis dan foto nya di halaman terakhir novel nya.

"Okino Kaito, kelas 7 SMP, kayak pernah denger nama nya", gumam ku lalu duduk di ranjang.

Dia setahun lebih tua dari ku, mungkin aku pernah bertemu dengan nya di suatu tempat.

Eh?! tunggu aku ingat sesuatu.

Aku pun segera mengambil laptop dan duduk di depan meja belajar. Aku pun mencari file foto yang ku simpan di dalam laptop ku. Aku pun menemukan foto yang diambil satu tahun lalu saat lomba menulis tingkat SD diadakan di sekolahku.

"Ah! ini dia ... oh bener, mirip banget foto nya", ucapku membandingkan foto yang ada di novel nya.

Oh ... aku ingat sekarang!, dia kakak kelas ku tahun lalu.

Aku tak terlalu mengingat nya karena dia bukan lah anak yang menonjol disekolah.

"Nih novel nya buat kamu aja, aku gak butuh lagi", perkataan seorang laki laki yang terngiang di kepala ku.

Eh?! Eh?! Eh?! ... aku mengingat nya sekarang dia lah yang memberikan novel ini padaku.

Aku juga mengingat wajah putus asa nya saat berbicara padaku. Mungkin karena dia hanya mendapat peringkat tiga waktu itu.

Pantas saja dia peringkat tiga ... akhir cerita nya bikin kesel!, coba aja aku bisa ubah ending nya.

Kenapa aku gak coba nulis novel lagi ya? tapi sempet gak ya?

Tepat saat itu juga secarik kertas terjatuh dari novel yang ada di tangan ku. "Aku tak akan menyerah sampai menang walau aku harus mati karena menulis", tulisan tangan yang ada di secarik kertas itu.

Apa ini?! tulisan penyemangat?!

Sejak saat itu sangat ingin melihat wajah Kaito senpai sekali lagi dan merubah wajah putus asa nya yang ia berikan padaku tahun lalu.

Entah kenapa setelah membaca novel nya aku merasa hanya ingin membantu seseorang di sisa hidup ku. Agar aku tak mati sia sia seperti tokoh utama dalam novel Kaito senpai.

Sejak saat itu aku kembali mulai untuk menulis novel. Dan sejak saat itu juga perlahan senyum ku mulai kembali.

Setahun berlalu novel ku pun selesai. Aku yang baru menduduki bangku SMP ini memutuskan untuk memasukan naskah ku ke perlombaan musim panas tahunan.

Hari pengumuman pun tiba. Saat acara pengumuman pemenang di laksanakan perhatian ku di ambil oleh laki laki yang melangkah keluar dari gedung tempat lomba diadakan.

Itu kan? Kaito senpai!, ah ... dan wajah putus asa nya itu lagi.

Aku pun memutuskan untuk mengikuti langkah nya. Aku hanya dapat merasakan rasa putus asa di setiap langkah nya yang ku ikuti.

Aku setelah sempat ragu, aku pun membulatkan tekad ku. Aku pun pura pura untuk menabrak nya agar aku dapat memulai percakapan dengan nya.

Sejak saat itu aku menjalin hubungan sebagai patner penulis dengan nya. Ini hanya sebagai selimut bagi ku untuk menutupi tujuan ku yang sebenarnya.

Entah aku masih sempat atau tidak, yang penting aku ingin mencoba nya.

Hari demi hari kami lewati. Mulai tumbuh perasaan dihati ku. Walau begitu aku tak mempedulikan nya. Karena aku tahu walau aku menyatakan perasaan ku aku tak akan sempat mendengar jawaban nya.

Besok adaalah pengumuman lomba yang kami ikuti. Aku malah terbaring lemas di rumah sakit. Mungkin ini adalah saat terakhirku di dunia ini.

Setidak nya aku bisa berarti bagi seseorang. Terima kasih senpai.