"Aku akan meminjam kekuatan mu ...", ucap Yume dengan wajah serius.
"Cara nya?", Kaito bingung dan penasaran di saat yang sama.
"Aku akan meminjam kekuatan Hati mu yang sangat kuat itu ...", kata Yume menunjuk ke arah jantung Kaito.
"Ha?"
"Aku akan bertarung melawan iblis itu ... aku akan lebih kuat jika kau bisa memberikan kekuatan cinta mu yang tulus itu", jelas Yume.
"Resiko nya ... di bagian ini juga kau akan merasakan sakit saat aku mengambil kekuatan mu", lanjut Yume sembari menunjuk ke dada bagian kiri Kaito.
"Cih ... tapi ... aku tak punya banyak waktu", kata Kaito dengan wajah gelisah nya.
"Kau tak harus tidur ... kau bisa tetap dalam keadaan sadar ... tapi mungkin kau akan merasakan sakit nya itu", jawab Yume.
"Cih ... aku ambil resiko nya ...", kata Kaito dengan tatapan tajam nya.
"Hmm ... gitu ... jadi kamu memang punya hati seorang malaikat", ujar Yume dengan senyum nya.
Saat itu juga Yume menghilang tanpa jejak dari hadapan Kaito. Saat Kaito menghela nafas nya. Dia mulai merasakan sakit di kepala nya. Tak salah lagi itu adalah rasa sakit dari bekas benturan dengan pintu tadi pagi.
Sementara itu Hanabi duduk di samping kakak nya yang tak sadarkan diri itu. Hanabi bahkan sudah mengambilkan bantal nya dan menjadikan nya alas bagi kepala Kaito. Hanabi menunggu kakak nya itu kembali sadar selama beberapa jam lama nya.
"Kakak?!", Hanabi terlihat begitu senang saat melihat jari jari Kaito sedikit bergeser.
"Hmm ... apa kamu nungguin kakak?", tanya Kaito dengan mata nya yang masih terpejam itu.
"Tolol!!! ... gimana lagi ... aku gak kuat ngangkat kakak kan?", ujar Hanabi memukul perut Kaito dengan lembut.
"Iya iya ... maaf ... kakak buat kamu nangis lagi", kata Kaito seraya mengusap kepala adik perempuan nya itu dengan tangan kiri nya yang masih lemas.
"Ya ... sudah lah ... jangan nangis lagi bocah ...", ucap Kaito saat melihat mata Hanabi yang berkaca kaca.
"Tolol!!",
"Hmm ... suka suka kamu ...", Kaito bangkit dari tidur nya dan duduk di depan Hanabi.
"Kakak gak usah ikut drama aja lah ...", ucap Hanabi karena cemas dengan keadaan kakak nya itu.
"Mana mungkin ... ya sudah ... kakak mandi dulu ...", ujar Kaito dengan wajah santai nya meninggalkan adik nya dan melangkah menuju kamar nya yang ada di lantai dua.
"Tolol!!", gumam Hanabi perlahan dengan wajah kesal nya.
-------------
Di saat yang sama, di dunia yang berbeda. Yume melangkah menyusuri padang gurun yang sangat luas dan gersang. Dengan wajah serius nya yang tak pernah ia perlihatkan pada siapapun.
"Kali ini ... aku pasti akan melenyapkan setan sialan itu ...", gumam Yume sembari terus melangkah maju tanpa tujuan.
"Nee ... Yume? ... apa itu kau?", suara dari seorang pria tanpa wajah dan tubuh nya sepenuh nya berwarna hitam dari ujung rambut sampai kaki nya.
"Apa?! dia bisa bicara?", mata Yume terbelalak dan menghentikan gerakan nya saat itu juga.
"Hehe!!! gadis ini punya rasa penyesalan yang sangat kuat!!!", teriak iblis itu menunjuk ke arah Ai yang berdiri di tengah padang gurun tanpa ekspresi sama sekali.
"Tak ku sangka sampai sekuat ini ... apa Kaito bisa melawan nya ... tidak ... pasti dia bisa", Yume mulai memejamkan mata nya dan cahaya seolah berkumpul di tubuh nya.
Cahaya itu membentuk sebilah pedang di tangan Yume. Dan saat Yume membuka mata nya, pedang itu menjadi pedang sungguhan.
"Kaito!!! pinjamkan kekuatan hati mu itu!!!", teriak Yume mengangkat pedang yang dan memejamkan mata nya.
----------
"Kakak ... sarapan yuk!!", teriak Hanabi memanggil kakak nya yang telah selesai mandi itu.
"Iya ... kakak turun ...", ucap Kaito lalu keluar dari kamar nya dengan seragam sekolah nya yang sudah rapi.
Kaito pun kembali menuruni tangga. Tepat saat menginjakan kaki di lantai dan hendak melangkah ke dapur, jantung Kaito serasa di tusuk pisau.
"Aghh!!! ...", Kaito menghentikan langkah nya sembari memegang dada nya yang terasa sakit itu.
"Kak? ... ada apa?", tanya Hanabi tang sudah duduk di kursi yang ada di depan meja makan.
"Ohh ... gak ada apa apa ... cuma kayak ada yang lupa aja ... tapi apa ya?", Kaito berusaha tersenyum walau merasakan sakit yang luar biasa itu.
Kaito harus menahan rasa sakit itu demi menyelamatkan Ai. Dan Kaito masih harus berjuang untuk tampil di drama kelas nya bersama Ai.