webnovel

Agatha Eliosia

apa yang kamu rasakan kalau kamu mengetahui dirimu adalah setengah elf? itulah yang dirasakan oleh seorang gadis yang bernama Agatha Eliosia, dimana awalnya ia mengira ia hanyalah seorang manusia biasa, sampai suatu ketika ia menemukan jurnal milik ibunya yang menuliskan tentang dunia elf dunia dimana ayahnya berasal awalnya ia mengira bahwa itu adalah cuma imajinasi ibunya namun karena ia bertemu dengan seorang pemuda yang bernama Daniel Fier yang juga bersekolah di sekolah yang sama dengannya yang mengatakan semua hal tentang elf dan darimana ia berasal membuat dirinya mulai percaya dan ia pun meminta bantuan pemuda itu untuk bisa memasuki dunia elf dan mencari ayahnya namun selama masa pencarian mereka terdapat banyak hal yang harus mereka lewati terutama identitas Daniel yang sebenarnya terbongkar.

Ricar_P · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
13 Chs

New Day

seorang gadis yang sudah hampir lima belas menit duduk di sebelah makam yang bertuliskan Gabriela Hamdan di batu nisan makam tersebut. sejak tadi ia hanya duduk menatap makam tersebut sambil mencabut rumput-rumput kecil yang ada di sekitar makam.

Sudah hampir dua bulan ibunya meninggalkannya kembali kepada sang pencipta, gadis itu hanya duduk menatap makam itu dengan tatapan kerinduan yang tak bisa ia bendung. Sesekali ia mengambil daun kering yang ada di atas makam agar makan itu tetap bersih.

Setetes air mata jatuh mengenai tanah, setetes air mata kerinduan yang sangat dalam. Ia tak menyangka ibunya harus meninggalkannya secepat itu dengan penyakit yang selama ini ia tak tahu sudah terdapat di dalam tubuh ibunya bertahun tahun.

Di saat yang bersamaan ia merasa bersalah pada dirinya sendiri yang tidak menjaga ibunya dengan baik, membiarkan ibunya menderita dan sakit sendirian.

"Agatha,"

Ia tahu siapa pria itu, suara pria yang memanggilnya, namun ia tidak ingin menoleh atau menyahut. ia hanya tetap diam menatap makan ibunya.

"Om sudah mencari kamu sejak tadi, dan ternyata kamu di sini," Agatha tidak menjawab, ia hanya menunduk menghapus air matanya. Pria itu ikut berjongkok lalu mengelus pundak Agatha dengan halus. Ia pun melihat sebuah mawar putih yang tak pernah absen dari makam ini. Ia tahu pasti Agatha lah yang selalu menaruh mawar putih ini di makam.

"Kita pulang ya, ini sudah sore, dan juga besok kamu harus masuk ke sekolah, kamu harus mempersiapkan barang-barang kamu untuk masuk ke asrama,"

"Kamu harus kuat Agatha, demi ibu kamu, kalau seperti ini ibu kamu akan sedih. Apa kamu ingat apa pesan terakhir ibu kamu?" ya pesan terakhir itu sebuah pesan yang selalu ibunya katakan semasa hidupnya bahkan hingga akhir nafas hidupnya. Menjadi seorang wanita yang kuat, berani, loyal, dan yang terpenting menjadi diri sendiri tanpa harus mempedulikan pendapat orang lain.

Agatha pun bangun dari posisinya lalu mulai berjalan meninggalkan makam itu bersama omnya.

***

"Agatha kamu sudah siap?" Agatha yang tengah duduk di atas kasurnya sambil melihat beberapa foto yang ada di dalam album foto pun langsung menutup album tersebut lalu memasukannya ke dalam ransel miliknya. Ia mulai mengambil kopernya dan mengenakan ransel untuk segera keluar dari kamarnya.

"Ada yang tertinggal?"

"Ngga ada om,"

"Oh ya ini kunci rumah cadangannya yang satu om kasi kamu lalu yang satunya lagi om simpan, jadi kalau akhir pekan kamu bisa berkunjung ke rumah ini lagi kalau kamu mau," Agatha pun menerima kunci rumah itu dengan hatinya yang sedih karena untuk sementara ia tidak tinggal di rumah ini.

Mereka pun mulai memasuki sekolah itu, sekolah yang sangat besar menurut Agatha, sebab ia tidak pernah bersekolah di sekolah yang sebesar ini sebelumnya, ia bisa melihat suasana sekolah yang ramai, karena banyak murid baru yang mulai berdatangan.

Jujur sebenarnya Agatha agak gugup karena ia tidak pernah bersekolah di sekolah asrama, dimana ia harus tinggal bersama orang-orang baru terutama beradaptasi dengan orang-orang baru yang bagi Agatha antara sulit dan mudah baginya untuk dilakukan.

Setelah mobil berhenti Agatha pun langsung keluar dari mobil dan mengeluarkan barang barangnya dari bagasi.

"Gimana sekolahnya?"

"Bagus,"

"Makasih ya om James udah ngurusin semuanya untuk masuk ke sekolah,"

"Ini emang udah tanggung jawab om,"

"Ayo om antarin kamu sampai ke dalam asrama"

James pun mulai mengambil koper milik Agatha lalu mereka mulai berjalan memasuki asrama.

"Gedung B no kamar B40," ucap James mulai berjalan bersama Agatha mencari gedung yang dimaksud.

Mereka pun tiba di kamar yang dimaksud, dimana terdapat tiga tempat tidur yang berarti bahwa setiap kamar ditempati oleh tiga orang, namun kamar itu masih terlihat kosong.

Setidaknya Agatha bisa memilih bagian tempat tidur yang ia mau. ia pun menuju ke tempat tidur yang dekat dengan jendela, dan meletakan barang barangnya.

"Kamarnya bagus ngga terlalu kecil dan ngga terlalu besar jadi pas untuk tiga orang," ucap James. Agatha pun melihat sekeliling kamar tersebut lalu membuka jendela kamar agar bisa menghirup udara segar.

"Agatha,"

"Iya om,"

"Om minta maaf ya,"

"Buat apa?"

"Karena ngga bisa nemanin kamu selama di Jakarta, jadinya kamu harus om masukin ke sekolah asrama biar lebih aman dan om juga ngga kuatir ninggalin kamu tinggal sendirian. Cuma ini yang bisa om lakuin untuk nepatin janji mama kamu untuk jagain kamu,"

"It's ok om. Aku ngerti kok, aku juga ngga mau nyusahin om harus mikirin aku karena tinggal sendirian, senggaknya dengan aku sekolah asrama om bisa jadi lebih tenang kan,"

James adalah adik dari ibunya Agatha mereka adalah anak yatim piatu oleh sebab itu setelah ibu Agatha meninggal maka tanggung jawab Agatha menjadi milik omnya James, namun karena James adalah seorang pilot yang harus pulang dua minggu sekali merasa tak nyaman untuk meninggalkan Agatha tinggal sendirian di rumah maka ia memutuskan untuk memasukan Agatha ke sekolah Asrama.

"Tapi nanti setiap om balik Ke Jakarta om pasti akan nengokin kamu,"

"Iya om," ucap Agatha dengan tersenyum.

"Nice, om akan pergi besok pagi, jadi sebelum om pergi besok om akan ketemu kamu lagi besok pagi ok?"

"Ok,"

"Ya udah kamu beres beres ya, om jalan dulu, jaga diri kamu baik baik ya,"

"Iya, om juga ya," Agatha pun langsung memeluk James dengan erat demikian pula dengan James, ia mencium kening Agatha lalu berjalan keluar dari kamar tersebut.