Sasya masuk ke dalam gedung sekolah bersama Pak guru. Dia terkejut dan kagum saat melihat kalau bagian dalam dari sekolah ini ternyata begitu luas dan sepertinya tidak memiliki batas ruangan. Semua yang ada di sana juga sepertinya ramah dan bersahabat.
Sasya: "waah! Ternyata bagian dalam dari sekolah ini sangat luas. Ada berapa banyak kelas yang ada di sekolah ini pak?"
Pak guru: "pertanyaan yang bagus. Ada lebih dari ratusan ribu ruang kelas yang ada di sekolah ini."
Sasya: "ratusan ribu kelas?"
Pak guru: "ya. Memang, kalau dilihat dari luar sekolah tidak terlalu besar. Tapi jika dilihat dari dalam, ruangannya begitu luas dan bisa menampung banyak sekali murid-murid dari berbagai ras."
Sasya: "aku sekarang paham. Ayah pernah bilang, kalau hal semacam itu dinamakan manipulasi ukuran. Itu bisa mengubah suatu ukuran objek menjadi apa yang ditentukan. Tapi pak, Sasya penasaran, siapa yang melakukan semua itu?"
Pak guru: "ternyata pengetahuan kamu tentang kemampuan manipulasi lumayan juga ya."
Sasya: "Sasya tahu semuanya itu dari ayah. Dia yang telah mengajari Sasya hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan manipulasi dan kemampuan lainnya."
Pak guru: "itu bagus sekali. Ayah yang baik selalu mengajarkan anak-anak mereka tentang hal-hal yang baru. Walaupun mereka tidak paham dengan apa yang dijelaskan."
Pak guru: "baiklah. Kalau kamu ingin tahu siapa yang melakukan semua itu. Dia adalah sang kepala sekolah yang mengatur keseluruhan yang ada di sekolah ini."
Sasya bertanya siapa kepala sekolah itu dan bagaimana dia bisa melakukan semuanya sendiri. Pak guru menjawab "hahaha. Kamu menyimpan banyak pertanyaan juga ya nak."
Pak guru: "jadi, identitas kepala sekolah kita masih menjadi misteri, siapa dia dan dimana dia sekarang. Namun, menurut catatan yang dia tinggalkan, itu memberikan sedikit petunjuk letak dimana kepala sekolah berada sekarang, yaitu di dimensi ke 5 sampai ke 6. Walaupun begitu, itu masih belum membuktikan semua kebenaran itu."
Sasya: "oh~"
Setelah berjalan beberapa menit berjalan, akhirnya Sasya sampai di kelas A-4, kelas yang diajar oleh Pak guru.
Pak guru: "akhirnya kita sampai di kelas yang bapak ajar, yaitu kelas A-4."
Sasya: "wah! Ini bagus sekali! Ruangannya tertata rapih dan sangat bersih!"
Pak guru: "sudah menjadi kebiasaan bagi kelas A-4 untuk terlihat bersih dan rapih. Akreditasi kelas ini juga sudah mencapai A+, yang artinya kelas ini sudah diakui oleh kelas lainnya sebagai kelas terbersih dan terindah di sekolah."
Sasya: "luar biasa sekali! Aku jadi tidak sabar untuk segera belajar dikelas ini."
Pak guru: "itu bagus. Tapi sebelum itu, kamu harus mengikuti tes pengukuran kekuatan dan kemampuan yang kamu miliki. Disana, energi dan kekuatan sihir akan diukur dan akan ditampilkan di semua ruang kelas agar semuanya tahu, berapakah jumlah keseluruhan sihir yang dimiliki oleh murid tersebut. Apa kamu paham?"
Sasya mengangguk-anggukkan kepalanya seolah-olah dia paham apa yang dikatakan oleh Pak guru. Tapi sebenarnya, dia benar-benar tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Pak guru. Walaupun begitu, Sasya tetap harus pergi dan melakukan tes tersebut.
Sesampainya di ruang tes, Sasya melihat kalau ada banyak sekali murid baru dari berbagai ras yang berbeda. Namun, itu tidak jadi halangan baginya.
Pak guru tua meminta semua murid untuk tenang dan mendengarkannya.
pak guru tua: "baiklah anak-anak. Sebelum tes ini dimulai, bapak akan perkenalkan diri terlebih dahulu."
Pak guru: "nama bapak adalah Jorowa Xaxaba. Panggil saja pak Jorowa. Bapak adalah guru tingkat 7 yang bertugas untuk mengajar ruang kelas A-4. Bapak harap, kalian semua bisa belajar hal baru di sekolah ini dan menjadi diri kalian sendiri. Dan bapak juga harap, kalau kalian semua saling menjalin ikatan persahabatan antar ras. Tidak ada kekuatan yang lebih kuat dari kekuatan ikatan persahabatan sejati. Itu saja yang dapat bapak sampaikan."
Pak jorowa: "baiklah. Kalau begitu, kita mulai tes nya sekarang. Semuanya harap berbaris sesuai dengan nomor urutan kalian. Bapak akan bagikan itu dan kalian bisa melihatnya sendiri. Semoga kalian mendapatkan nilai yang kalian harapkan."
Semua murid: "horeee!!"
Sasya sepertinya mulai paham apa yang harus dia lakukan.
Nomor urutan mulai dibagikan oleh pak Jorowa ke semua murid yang ada disana. Sasya yang penasaran langsung melihat dinomor urutan keberapa dia berada.
Dan hasilnya mengejutkan Sasya.
Sasya: "coba kita lihat. Aku dinomor urutan keberapa ya. Aku harap tidak terlalu jauh. Minimal 10 atau 20 lah. Jadi gak lama nunggunya."
*Melihat nomor urutan*
Sasya: "baiklah. Aku berada diurutaaann... Ah! A, apa ini!? Aku, aku, aku berada di urutan terakhir. Itu berarti, aku harus menunggu sampai semua orang selesai dulu. Baru nanti giliran ku. Gimana nih. 〒﹏〒"
Bersambung.....