webnovel

Adisi

Dalam istilah Kimia reaksi Adisi adalah reaksi pemutusan ikatan rangkap. (Pengubah ikatan rangkap menjadi ikatan kovalen/tunggal) Dimana di cerita ini harus bisa memilih satu dari dua orang. Karena, Tidak ada dua wanita dalam satu hati seperti halnya tidak ada dua Tuhan dalam satu kehidupan. Tak kalah menarik dari percintaan dan juga persahabatan. Tentang kekeluargaan yang begitu harmonis dalam setiap memecahkan masalah. Dari sini kalian juga akan belajar langkah apa saja yang harus kamu ambil ketika mendapatkan sebuah masalah yang kecil maupun masalah yang besar.

Ervantr · realistisch
Zu wenig Bewertungen
354 Chs

Tidak Sengaja

"Onadd bangun!" Seru Dona.

"Baru juga merem"Jawabku yang masih setengah sadar.

"Bangun Onaddd!!" Seru Dona lebih kencang dari sebelumnya.

"Mata gua masih sipit njir, gak bisa melek" Lirihku.

"Bangunn woyy bangun, kuy lah sholat subuh" ucapnya sambil menyabet badan Onad dengan sajadah.

"Magerrr, jam berapa sih?"

"Jam setengah 5"

"Buzettt gak salah? Bangunin gua jam setengah 7 woy!"

"Lo gilaa? Masuk sekolah aja setengah 7"

"Bomattt!!! Gua mau lanjut mimpi dulu. Sonoh jauh-jauh dah syuhh"

"Istighfar woyyy!!!" Ucapnya sambil teriak ditelinga ku.

"Sakitt sengakk!!!!" Seruku sambil melempar bantal.

"Yaudahlah Nad ntar gua bangunin lu lagi ok?"

"Jam setengah 7" Jawabku sambil memberikan jari telunjuk tengah.

Aku berusaha menutup mataku namun tidak bisa.

"Sial, Dona ganggu gua sampe ngilangin rasa ngantuk" Desihku sambil melihat Dona yg melaksanakan kewajibannya.

"Nadd bangun nad udah jam 6" Ucapnya kemudian.

"Alah gua tau lu nipu gua kan? Belum jam 6"

"Nihh liatt" Ujar Dona sambil memberikan jam weker yang memang sudah menunjukkan pukul 06.00.

"Merem 10 menit doang"

"Buruan mandi sono" Ujar Dona.

Akupun mengikuti perkataan Dona dengan perasaan yang masih campur aduk.

"Masa sih udah jam 6?"

Setelah selesai dengan ritual mandi akupun langsung menyusul Dona ke meja makan bersama kedua orangtua nya.

"Onad, nanti pulang dulu kan?" Tanya Pak Darko.

"Ngapain pak emngnya?" Aku balik bertanya sambil memberi selai cokelat pada roti.

"Walaupun seragam sekolahnya pakai punya Dona. Tapi kan buku pelajarannya hari ini gak kamu bawa"

"Yaelah pak. Emangnya Onad sekolah bawa buku?" Ujar Dona seraya memberi cokelat pada roti.

"Loh emang itu tas isinya apa?" Tanya Pak Darko.

"Kosong pak, paling handphone sama earphone dan cash. Bukunya mah dia taro di laci meja sekolah" Jelas Dona panjang lebar.

"Rajin kan?" Tanyaku yang kemudian membuat mereka geleng-geleng.

"Udah sana berangkat udah jam 6.15 tuh" Ucap Ibu Dona.

"Whattt?! Jam berapaa?"

"Jam setengah 7 kurang. Onad emang lo gak liat jam tangan lo?" Ujar Dona sambil tertawa kencang.

"Sialan gue kena tipu!" Batinku dengan tatapan mematikan.

"Kuy Nad berangkat" Ucap Dona sambil tersenyum bangsat.

"Tai luu!" Ucapku dan langsung bergegas ke arah luar setelah menyalami orang tua Dona.

"Hahahah sorry Nadd" Ucap dona sambil mengejarku.

Akupun langsung mempercepat kecepatan motor meninggalkan Dona yang masih memarkirkan motornya.

"Waittt sekarang lu berangkat pagi ya Nad?" Tanya Mail setelah melihatku memarkirkan motor dihalaman sekolah.

"Dona anjingg" desusku kesal, "jam dirumahnya dicepetin, sial"

"Hahah, demi kebaikan lu brok" Ucap Dona setelah sampai disekolah, "lagian lo kemarin gak dengerin curhatan gua"

"Lo pikir gua papah dedeh! Curhat aja sonoh sama rexona setia sama lo setiap saat!"

"Yaelah Nad sejak kapan lo baperan?"

"Bodoamat Don demi ratu beling gua marah sama lo fix!" Ucapku sambil mengarah ke lapangan basket.

"Hahaa, Onad ngambek" Ujar Bagas.

"Jangan ganggu gua sampe pulang sekolah!" Aku menendang botol kosong sembarangan.

Saatku sedang berjalan tiba-tiba ada orang menarik tanganku "Wey apaan sih?"

"Gua Rian"

"Ada apa sih?" Ucapku sambil melepaskan tangan, "gausah tarik-tarik bisa kan?"

"Gua udah lama mau ngasih tau sesuatu sama lo"

"Apaa?"

"Ntar pulang sekolah ke basecamp"

"Iyaa jing. Laen kali jangan tarik-tarik sakit goblok!"

"Iya-iyaa maaf"

"Onad tunggu jangan marah dongg" seru Dona seraya berlari ke arahnya.

"Bangsat larii"

"Hahh? Mana bisa?" Tanya Rian sok polos.

"Nohh. Bangsat bermuka teman"

Aku berlari sekencang-kencangnya ke arah kelas sebelum Dona menangkapku.

"Lo kaya di film-film india tau gak?" Desih Mail yang duduk disebelahku sambil melihat Dona masih berada di luar kelas.

Lagu wajib sudah berdering menandakan bel masuk telah tiba.

"Pelajaran siapa pertama?"

"Bu Vivi" jawab Mail.

Tak lama kemudian orang yang sedari tadi ditunggu tiba juga.

"Okeyy anak-anak sudah siap ulangan?"

"Whattt?!"

"Ada apa Onad?"

"Kecoaa bunting dikolong mejaku. Udah pendarahan bu" ucapku yang membuat seisi kelas tertawa.

"Kamu jangan coba-coba buat keributan agar saya tidak jadi mengadakan ulangan ya!"

"Ahh ibu Sivit negatif mulu sama saya" jawabku sambil mengedipkan mata kanan.

"V-I-V-I, Nad. Udah jangan mengulur waktu. Cepat kumpulkan tas kalian kedepan"

"Nad?"

"Onadio Syahputra!"

"Apaa?"

"Cepat kumpulkan tas kamu"

"Gamao"

"Terus mau kamu apa?"

Aku pun berjalan ke arah pintu kelas "ke kantin laper"

"Ada apa lagi Onad? Daripada kamu buat keributan lebih baik kamu keluar kelas" ujar Bu vivi setelah melihat langkahku berhenti.

"Lo gak ada yang mau ikut?" Tanyaku ke pojok kelas, "yaudahh gue sendiri aja berani"

Niatku mencari keributan setiap harinya entah dengan siswa ataupun guru adalah agar aku bisa dikeluarkan dari sekolah. Tapi why guru-guru di sini bisa sabar?

"Buu nasi ayam satuuu!" Teriakku setelah mendarat pada meja kantin.

Aku tiduran diatas meja kantin sambil menunggu makanan favorit.

"Nakk Onad bolos lagi?" Tanya Bu Pardi seraya meletakkan makanan pesenanku.

Aku pun menjawab dengan anggukan lalu duduk diatas bangku. Melahap makanan dengan lahap.

"Uhukkk uhukk"

Aku mengelus leherku, tanganku mengetuk meja untuk meminta pertolongan.

"Minum?"

Aku pun mengangguk dan menerima gelas minuman itu pemberian seseorang.

"Thanks" ujarku lalu kembali melahap makanan tanpa melihat wajah seseorang yang memberikan ku minuman.

"Halo"

Aku mendadak melihat wajahnya, "hmm"

"Minuman akuu" Ujar Selsa sambil menunjuk minumannya.

"Abisss" jawabku seadanya.

"Akuu haus"

"Siapa suruh lo kasih gue?"

Selsa menelan salivalinya, Onad yang selama ini ia kagumi memang sangat dingin.

Aku pun memberikan uang selembaran 50.000.

Selsa menautkan alisnya, "Buatt apa?"

"Ganti minuman lo" aku memberikan uang itu secara paksa lalu berjalan ke arah lemari pendingin.

Setelah memasukkan koin, minuman yang ku pilih keluar.

Aku meneguk minuman itu sampai habis lalu berjalan keluar kantin.

Selsa tersenyum lebar, "uangnya gak bakal aku jajanin. Bakal aku simpan terus"

"Onadd?" Mail menyadarkan ku kepalanya dipundakku yang sedang tertidur posisi duduk.

"Onadio?" Mail menggoyangkan lenganku, "bangunn begoo bentar lagi balik"

"Hmm"

"Bangun Nad"

"Brisik" aku mengucak mataku, "masih ada 15 menit lagi"

Mail memperlihatkan deretan giginya, "Sindi tumben ya gak ke kelas?"

Aku menaikkan bahuku, "auu amat"

"Lo kenapa cuekin gitu sih sama dia? Kasihan Onad dia naksir lu udah dari jaman Majapahit"

"Lo bangunin ku cuma buat omongan manusia ular itu?"

"Ya nggak juga, katanya nih ya Sindi kerja di club buat biayai sekolah"

"Gak peduli gue"

"Dia juga sering jadi cewek bayaran"

Aku tersenyum picik, "pilihan gue tepat. Gak ada yang harus dibanggakan dari dia"

"Tapikan kasihan juga gue liatnya"

"Gue bersyukur"

"Anehh lo! Lo kenapa gak buka hati lu sedikit aja buat dia?"

"Gue gak mau"

"Lo udah naksir cewe laen?"

"Gak"

"Terus kenapa lu masih jomblo?"

"Belom ada orang yang beruntung dapetin gue"

"Amiit dahh"

Kringggggg!!!

"Yoshhh gua pengen cepet balik men pen tidur" aku menggerakkan otot-ototku.

"Gilaaaa lo! Pas pelajaran Pak Kustur ae lo udah tidur. Masih kurang??? ujar Dona.

"Susugendong! Mata-mata sapah? Hidup-hidup sapah?"

"Bodoamat Nad makan ati ngomong sama manusia purba macem lu"

"Luu tuh phitenchantropus!" Aku berjalan keluar tanpa memperdulikan omongan Dona.

"Weeett Nad, lo gak inget kita pen ke basecamp?" Rian menghentikan langkahku.

"Gak bisa besok-besok apah?"

Rian langsung menarik tanganku ke arah parkiran.

"Lo kebiasaan deh maen tarik-tarik aja. Lo pikir gue apaan dah?! Teh tarik? Nasi tarik? Apa gue cewe bayaran yang tinggal ditarik dipinggir jalan?"

"Udahh lu gak usah ngomong, kuy lah keburu maghrib" ucapnya sambil menyalakan motor.

"Yaudah tar gue nyusul gue mau ke kampus kakak gue dulu" Aku menghidupkan motorku.

"Loo gak nipu gue kan?"

"Anti tipu-tipu club!"

Rian menganggukan kepalanya, "okee gue pegang omongan lo"

Aku pun memakai helm, sementara Rian sudah melesat meninggalkan parkiran sekolah.

"Kakkk?"

Baru saja ku menancap gas, seseorang menarikku.

"Tolong kak ada yang pingsan" ujar seorang siswa sambil ngos-ngosan.

"Bukan urusan gue"

"Kakk please kak. Disekolah gak ada orang lagi"

"Masih ada. Di kantin"

"Kak ini gawat!!"

Aku membuka helmku, "emng bener gak ada orang lagi hah?"

Siswi itu terkejut, "maaf kak aku pikir siapa"

Aku menghela nafas, "dimana yang pingsan?"

"Disana kak deket lapangan"

Aku berjalan ke arah lapangan yang berada deket mushola, "gue harap ini pertama dan terakhir gue bantu lo!"

"Makasih kak" ujar siswi yang bernama Sintia, "tapi kakak bukan bantu aku tapi bantu Selsa"

"Siapa?"

"Selsa kak, dia yang pingsan"

Aku mengangguk dan mempercepat langkahku.

Beberapa murid yang mencoba membangunkan Selsa mencoba mundur, mempersilahkan aku lewat membopong Selsa.

Aku pun membawanya ke UKS.

Setelah meletakkan Selsa di kamar. Aku menghampiri Sintia, "udah kann?"

"Makasih kak nanti aku telfon kakak"