webnovel

30

Di Dapur.

"Kamu mau ngapain jo?" tanya Purnomo.

"Saya mau ambil gelas, kemudian taruh kopi, gula, dan air panas ke dalam gelasnya Purnom.." jawab Paijo.

"Purnomo, bukan Purnom, jo.." Purnomo mengeluh, karena namanya di gandi oleh Paijo.

"Hehe.." Paijo tertawa.

"Oalah jo, jo, bilang saja saya mau membuat kopi Purnomo, gitu loh pakai di terangkan segala, dasar BBS." keluh Purnomo.

"Haa.., BBS apa sih?" tanya Paijo.

"Berlebihan Banget Sih.." jawab Purnomo.

"Lagian kamu tanya ya saya jelaskan sekalian." kata Paijo lagi.

"Tapi gak begitu juga kali." sambung Purnomo.

"Assalamu'alaikum." Titah memberikan salam pada Paijo dan Purnomo.

"Wa'alaikumussalam." Purnomo dan Paijo menjawab salam dari Titah.

"Eh cah ayu." kata Paijo.

"Bu Titah." sambung Purnomo.

"Kalian kenapa sih pada ribut saja, berisik tahu dan kedengeran juga sampai depan sana, oh ya jo saya minta tolong ya untuk buatkan sirup untuk saya dan suami, sementara itu saya mau goreng pisang goreng untuk suami." pinta Titah.

"Laksanakan cah ayu." kata Paijo patuh.

Lima belas menit kemudian..

"Permisi pak Kamil, ini es sirupnya." kata Purnomo yang mengantarkan minum.

"Loh kok kamu yang antar, istri saya mana Purnom..?" tanya Kamil.

"Maaf pak, Purnomo pak bukan Purnom.." keluh Purnomo.

"Nah itu maksudnya saya." kata Kamil.

" Hmm, padha wae karo Paijo. " kata Purnomo di dalam hati.

"Loh kok diam, istri saya mana?"

"Bu Titah, itu pak."

"Permisi Purnomo, ini mas pisang gorengnya." kata Titah.

"Jadi gak sabar ingin makan pisang goreng buatan istriku tercinta." sambung Kamil.

Ketika aku ingin memakan pisang goreng buatan istriku, Tiba-tiba saja Rivan datang ke rumah memberitahu ku, kalau aku di panggil oleh pak kyai Abdullah bersama dengan istriku.

Kemudian aku dan istri, ke rumah pak kyai Abdullah, beserta Rivan juga.

"Assalamu'alaikum." Rivan memberikan salam pada Kamil, Titah, dan Purnomo.

"Wa'alaikumussalam." Kamil, Titah, dan Purnomo menjawab salam dari Rivan.

"Siapa ya mas?" tanya Titah.

"Entah yank, Purnomo.." jawab Kamil.

"Tidak perlu Purnomo, saya saja yang buka pintunya, kamu di sini saja ya, sebentar ya mas Kamil." kata Titah.

"Iya sayang, makan pisang goreng nya ah.." sambung Kamil.

"Assalamu'alaikum." Rivan memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam." Titah menjawab salam dari Rivan.

"Oh mas Rivan ta, masuk mas." kata Titah yang mempersilahkan Rivan masuk ke dalam rumahnya.

"Kamil ada?" tanya Rivan.

"Ada mas, silahkan masuk." jawab Titah.

"Siapa yank, eh kamu van." kata Kamil.

"Purnomo buatkan minum untuk mas Rivan ya." pinta Titah.

"Ujub bu Titah, amit pak Kamil, den mas Rivan." kata Purnomo patuh.

"Inggih" kata Kamil, Rivan, dan Titah.

Di Dapur Rumah Kamil.

"Teh untuk siapa Purnom?" tanya Paijo.

"Purnomo, jo bukan Purnom." keluh Purnomo.

"Padha wae, kuwi teh kanggo sapa?"

"Kanggo den mas Rivan, jo." jawab Purnomo.

"Oh ana den mas Rivan ta neng ngarep." kata Paijo.

"He'eh jo." sambung Purnomo.

Beberapa menit kemudian..

"Mangga den mas Rivan, teng unjuk tehnya." kata Purnomo.

"Inggih maturnuwun mas Purnom.." sambung Rivan.

"Hmm padha wae ya." keluh Purnomo.

"Hehe.." Rivan, Kamil dan Titah tertawa.

"Oh iya mil, tah, saya lupa, saya kesini di suruh oleh pak kyai Abdullah untuk menyampaikan bahwa kalian berdua di minta untuk menghadap, dan membicarakan sesuatu pada kalian berdua., kata Rivan yang menyampaikan amanah dari pak kyai Abdullah.

"Oh iya nanti saya dan istri ke rumah pak kyai Abdullah, tapi habis saya makan pisang goreng ini ya." kata Kamil.

"Oke..!!" seru Rivan.

Empat puluh lima menit kemudian..

"Sudah selesai kan mil, ayo kita ke rumah pak kyai Abdullah." ajak Rivan.

"Ayo, sayang ayo." sambung Kamil.

"Inggih mas, tengga sekedhap nggih." kata Titah.

"Iya sayang."

"Paijo, Purnomo." Titah memanggil Paijo dan Purnomo.

"Inggih cah ayu." jawab Paijo.

"Inggih bu Titah." jawab Purnomo juga.

"Kawula ugi garwa kawula karep dhateng dalem pak kyai Abdullah, kalian berdua reksa dalem kemawon nggih ugi ampun kemana-mana nggih." kata Titah yang berpesan pada Paijo dan Purnomo untuk tetap di rumah.

"Inggih bu Kamil." kata Paijo dan Purnomo patuh.

"Ya sudah kami pamit pergi ya jo, Purnom.." kata Kamil.

"Inggih pak Kamil." sambung Paijo dan Purnomo.

"Assalamu'alaikum." Titah, Rivan dan Kamil memberikan salam pada Paijo dan Purnomo.

"Wa'alaikumussalam." Paijo dan Purnomo menjawab salam dari Kamil, Rivan, dan Titah.

Di RUMAH FRENSKY

"Saking gerak gerik bojoki kok koyo e mencurigakan sekali nggih, kresa kemana bojoku punika, tak ikuti kemawon lah." kata Annisa yang curiga pada suaminya.

"Bojoku nembe ribet teng pawon, saat e miyos dalem, tapi kemana nggih, aha..!!, dhateng dalem dik Titah kemawon deh." kata Frensky yang akan pergi ke rumah Titah.

"Emm tenan ta mencurigakan, arep kemana bojoku, tak ikuti wae , awas kowe mas, yen ketahuan marang omah e mbak Titah, entek kowe mas karo aku." sambung Annisa.

Di RUMAH RIVAN

"Assalamu'alaikum, ana apa mi?" tanya Nadira.

"Wa'alaikumussalam, tolong panjenengan aturi abi nggih teng kelas, teng pesantren darussalam." jawab istri Rivan.

"Inggih mi, assalamu'alaikum." kata Nadira.

"Wa'alaikumussalam, ati-ati nduk." sambung istri Rivan.

Di RUMAH KAMIL

"Akhirnya sampai juga di depan rumah dik Titah." kata Frensky sambil senyum-senyum sendiri.

"Tuh tenan ta bojoku marang omah e mbak Titah, mas Frensky.." sambung Annisa.

"Waduh bojoku." kata Frensky ketakutan saat mendengar suara istrinya.

"Mas Frensky.." teriak Annisa memanggil Frensky.

"Inggih dik." kata Frensky ketakutan saat istrinya memanggilnya.

"Ngapain neng ngarep omah e mbak Titah?" tanya Annisa.

"Ora ngapa-ngapain kok dik, aku marang omah e dik Titah mung karep silahturahmi wae kok dik." jawab Frensky.

"Arep silahturahmi atau arep menggoda mbak Titah, mas?"

"Tenan dik, aku marang omah dik Titah arep silahturahmi wae ora ana pangarah sing liya kok dik."

"Alah ngapusi, hayuk mulih.." kata Anissa yang menyuruh suaminya pulang dari rumah Titah dengan menjewer telinga Frensky.

"Aww.., ampun dik." Frensky kesakitan karena di jewer oleh Annisa.

Di RUMAH PAK KYAI ABDULLAH

"Assalamu'alaikum." Kamil, Rivan dan Titah memberikan salam pada pak kyai Abdullah.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." pak kyai Abdullah menjawab salam dari Kamil, Rivan dan Titah.

"Oh kalian, ayo masuk, ada yang ingin bapak omongin sama kalian, kamu juga ikut ya van." pinta pak kyai Abdullah.

"Inggih pak kyai Abdullah." kata Kamil, Rivan dan Titah patuh.

Kami pun masuk ke dalam rumah pak kyai Abdullah untuk membicarakan sesuatu yang penting. Sementara itu, mantan pacar Titah yang bernama Fandi tiba di Indonesia, dia baru saja lulus S3 di Arab Saudi.

Tujuan Fandi pulang ke Indonesia untuk melamar Titah, ketika Fandi mengetahui Titah dan aku sudah menikah, Fandi berusaha untuk menghancurkan pernikahan kami, dan pernikahan kami di uji kembali, sampai akhirnya Fandi bertemu dengan Aini.

Jakarta

BANDARA

"Now I have graduated from S3, how are you there, I'm back, I'm back for you, my very loved woman." kata Fandi.

Kediri

Di RUMAH PAK KYAI ABDULLAH.

"Jadi mulai besok saya sudah mulai bisa mengajar di pesantren darussalam pak kyai?" tanya Kamil.

"Inggih leh, ampun timbali pak kyai, pak dhe kamawon, panjenengan sakmenika adalah bagian saking batih bapak." jawab pak kyai Abdullah.

"Iya pak kyai Abdullah, maksud saya pak dhe" kata Kamil.

"Nah begitu dong, bagaimana nak dengan kelas batikmu hari ini?" tanya pak kyai Abdullah.

"Alhamdulillah kembali seperti dulu pak dhe, ramai dan banyak yang berminat untuk membatik pak dhe." jawab Titah.

"Syukur alhamdulillah." kata pak kyai Abdullah.

"Ya sudah pak dhe, Titah pamit ya, saya dan mas Kamil mau pulang, mau siap-siap untuk berjama'ah di masjid." sambung Titah.

"Oh nggih nduk, Rivan."

"Inggih pak kyai Abdullah."

"Sampeyan kancani bapak keliling pesantren darussalam nggih, enggal telas punika berjama'ah ing mesjid." pinta pak kyai Abdullah.

"Inggih pak kyai Abdullah." kata Rivan patuh.

"Nggih sampun mangga budhal sakmenika kamawon leh.."

"Inggih pak kyai Abdullah."

Jakarta

Di APARTEMEN FANDI.

"Titah tunggu saya, saya akan kembali untuk melamarmu, besok saya akan ke pesantren darussalam, sabar ya Titah, aku jadi teringat masa lalu kita, dan Frensky yang  bersaing denganku untuk mendapatkan kamu." kata Fandi.

Sepuluh tahun yang lalu (dalam cerita Fandi).