webnovel

28

Di Rumah Frensky.

"Waktunya berangkat ke pesantren darussalam, eh iya lupa iPad ku." kata Frensky.

"Mas Frensky.." seru Annisa.

"Waduh si semprul panggil lagi." kata Frensky.

"Apa, mas Frensky panggil saya apa?" tanya Annisa.

"Eng, eng, enggak dik.." jawab Frensky.

"Emange aku ra krungu apa, mas Frensky ngomong apa mau, mas Frensky ngomong semprul, sapa sing semprul mas, aku, iya aku si semprul kuwi?" tanya Annisa.

"Ora dik, maksud  aku kuwi.." jawab Frensky yang sedang mencari alasan.

"Ora usah alasan mas, ngaku ra kowe, ngaku.." kata Annisa mengancam Frensky.

"Ora, aku ra arep ngaku wong aku ra ngomong apa-apa kok." sambung Frensky.

"Oh ngono, dadi mas Frensky tetap ra arep ngaku mas, pitaya?" tanya Annisa lagi yang masih mengancam Frensky.

"Ya aku panggah wae ora akan mengakuinya, amarga memang aku ora ngomong apa-apa kok dik." jawab Frensky.

"Tenan?" tanya Annisa lagi.

"Inggih dik tenan." jawab Frensky lagi.

"Pitaya kowe, mas Frensky?" tanya Annisa lagi.

"Inggih dik pitaya." jawab Frensky lagi.

"Inggih sampun yen ngono, awas kowe ngapusi awak ku tanggung dhewe mengko nggih." kata Annisa yang masih mengancam Frensky dan Annisa pura-pura pergi.

"Huh.., untung wae pintar ngeles dadi aman , mugo-mugo si semprul ra walik meneh deh.." kata Frensky yang menghela nafas dan Frensky tidak menyadari kalau Annisa masih ada di balik pintu dan Annisa juga mendengar perkataan dari Frensky.

"Mas Frensky, em.., rasakan Iki akibat e kowe ngapusi awak ku, bojone kowe." kata Annisa yang mencubit dan mendengar perkataan dari suaminya.

"Aauu.., dik.., ampun dik, ampun.." kata Frensky yang teriak kesakitan saat Annisa mencubitnya.

"Hmm.." keluh Annisa.

Prancis

Di Bandara..

"Mah, pah, Kamil dan Titah pamit ya, Kamil junior dan Citra jangan nakal ya dan nurut dengan nenek dan kakek." kata Kamil.

"Ya papi.." seru Kamil junior dan Citra.

"Hati-hati di jalan ya mil, tah." kata bu Prameswari.

"Iya mah.." seru Titah dan Kamil.

"Assalamu'alaikum.", Titah dan Kamil memberikan salam pada pak Galih, bu Prameswari dan anak-anaknya.

"Wa'alaikumussalam." pak Galih, bu Prameswari dan anak-anaknya menjawab salam dari Titah dan Kamil.

Kediri

Di PESANTREN DARUSSALAM,

Di Kelas..

"Nah para santri sudah mengerti penjelasan dari saya?" tanya Rivan.

"Sudah pak ustaz." jawab para santri putra.

"Baik kalau begitu saya rasa cukup materi hari ini." kata Rivan.

"Assalamu'alaikum." Rivan memberikan salam pada semua santri putra.

"Wa'alaikumussalam." semua santri putra menjawab salam dari Rivan.

Keesokan harinya..

Jakarta

Di Bandara..

"Akhirnya sampai juga di jakarta, sayang kita nginep rumah papa dua hari ya, lusanya baru ke Kediri, pesantren darussalam." kata Kamil.

"Terserah mas Kamil saja." sambung Titah.

"Ya sudah, kalau begitu saya pesan taksi online dulu deh."

Di RUMAH PAK GALIH.

"Sayang kita sudah sampai di rumah ayah, bangun yuk." kata Kamil.

"Iya mas.." seru Titah.

"Assalamu'alaikum bi Inah." Kamil memberikan salam pada bi Inah.

"Wa'alaikumussalam." bi Inah menjawab salam dari Kamil.

"Den Kamil dan den Titah." sorak bi Inah yang kaget melihat Titah dan Kamil berada di depan rumah.

"Iya bi.." seru Kamil.

"Tunggu sebentar den, ja, Jaja.." bi Inah memanggil mang Jaja.

"Muhun Inah, aya naon?" tanya mang Jaja.

"Ieu, tulung di angkat nya koper na den Kamil." jawab bi Inah.

"Muhun nah, mangga den.." seru mang Jaja.

"Iya.." seru Titah.

Sesampainya di rumah papa, bi Inah terlihat senang di saat melihat aku dan istriku berada di depan rumah begitu juga dengan mang Jaja. Kami pun langsung masuk ke dalam kamar untuk bersih-bersih dan beristirahat.

"Mas, ini teh nya, mas mau telepon siapa?" tanya Titah.

"Telepon pak kyai Abdullah, sayang.." jawab Kamil.

"Oh.., mau memberikan kabar pada pak dhe ya mas?"

"Iya sayang."

"Ya sudah kalau begitu Titah tidur duluan ya mas." kata Titah.

"Iya sayang.." sambung Kamil.

**

[Assalamu'alaikum pak kyai Abdullah.] Kamil memberikan salam pada pak kyai Abdullah.

[Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.] pak kyai Abdullah menjawab salam dari Kamil.

[Maaf ini siapa ?] tanya pak kyai Abdullah.

[Saya, Kamil, pak kyai Abdullah.] jawab Kamil.

[Oh Kamil, ada apa nak?]

[Kamil hanya ingin memberikan kabar, kalau Kamil ada di jakarta sekarang, dan ada yang ingin Kamil bicarakan juga dengan pak kyai Abdullah, Kamil ke pesantren darussalam bersama Titah.]

[Oh.., ya sudah pak dhe tunggu di pesantren darussalam ya, kapan kamu mau ke pesantren darussalam, nak?]

[Insyaallah lusa pak kyai Abdullah.]

[Oh ya, pak dhe tunggu ya.] kata pak kyai Abdullah.

[Oh ya pak kyai Abdullah.] sambung Kamil.

[Ya sudah kalau begitu salam untuk Titah ya nak..]

[Baik pak kyai Abdullah, nanti akan saya sampaikan.]

[Sudah dulu nak, lusa di sambung lagi sesampainya di pesantren darussalam.]

[Baik pak kyai Abdullah, sampai bertemu di pesantren darussalam.]

[Iya nak, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.] pak kyai Abdullah memberikan salam pada Kamil.

[Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh pak kyai Abdullah.] Kamil menjawab salam dari pak kyai Abdullah.

**

Keesokan harinya..

Kediri

PESANTREN DARUSSALAM

Di Kelas.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." pak kyai Abdullah memberikan salam pada Frensky.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Frensky menjawab salam dari pak kyai Abdullah.

"Ngger, Frensky, enten ingkang karep bapak bicarakan kaliyan sampeyan telas dzuhur uga tedha siyang, sampeyan dhateng griya bapak nggih." kata pak kyai Abdullah.

"Iya, ujub pak kyai Abdullah." sambung Frensky.

"Nggih sampun lanjutkan iseh mengajarnya, bapak karep dhateng kantor riyen."

"Inggih pak kyai Abdullah."

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." pak kyai Abdullah memberikan salam pada Frensky.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Frensky menjawab salam dari pak kyai Abdullah.

Di DAPUR PESANTREN DARUSSALAM.

"Mangsak menapa sampeyan konjuk tedha siyang dinten niki Marni?" tanya Annisa.

"Dinten niki kula mangsak ala kadar e kamawon mbak Annisa, tempe, tahu, sambal, kerupuk, uga jangan sampah." jawab Marni.

"Haa.., kok sampeyan mangsake ingkang punika, punika kamawon saking wingi, ingkang benten mboten enten apa, kados ayam, ikan, mboten enten ugi?"

"Nggih mboten enten mbak, menawi karep tedha eca nggih ing tambahin dong arta tumbasanne."

"Eh Marni mireng nggih, kita punika kedah irit, ampun kersa ne ingkang awis-awis terus, menawi mboten saking sakmenika benjing iseh irit e ngerti sampeyan sakmenika Marni?"

"Ngerti kula mbak, ngerti, nah amargi ngerti nggih sampun enten ne niki, syukuri kamawon."

"Sampeyan punika nggih menawi ing bilangin selalu kamawon ngeyel." keluh Annisa.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." umi Fatimah memberikan salam pada Annisa dan Marni.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Annisa dan Marni menjawab salam dari umi Fatimah.

"Nisa, Marni, niki enten menapa, kok kalian berdua ribet ta?" tanya umi Fatimah.

"Niki loh umi Fatimah, mbak Annisa tedha sami kula ampun mangsak ingkang punika kamawon, nggih terlewat kula omong menawi kersa tedha eca uga ugi menu ingkang eca ing tambahkan arta tumbasan ne, eh malah ing kengken kengken irit." jawab Marni.

"Tapi kula benarkan umi, menawi kedah irit ?"

"Irit menapa cethil.." keluh Marni yang menyindir Annisa.

"Sampeyan niki nggih, nyindir kula nggih sampeyan, hmm.." keluh Annisa juga yang merasa di sindir oleh Marni.

"Sampun, sampun  kalian berdua niki nggih, mboten isin menapa kaliyan santri putri uga santri putra ing pawon ribet-ribet kados niki, sampun ah.., sampeyan ugi Annisa ampun kados punika, irit ta angsal tapi nggih ampun keterlaluan ugi mintanya uga kedah ing syukuri ugi menapa ingkang sampun tersedia ing pesantren darussalam niki." keluh umi Fatimah juga.

"Inggih umi.." seru Annisa dan Marni.

"Nggih sampun, menawi mekaten umi dhateng griya riyen nggih." kata umi Fatimah.

"Inggih umi.." seru Marni dan Annisa lagi.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." umi Fatimah memberikan salam pada Marni dan Annisa.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Marni dan Annisa menjawab salam dari umi Fatimah.