Author POV
Hari senin adalah hari yang paling tidak di sukai banyak orang, karena hari ini awal semua kegiatan dimulai. Lain hal nya dengan sosok perempuan berambut sebahu yang sangat senang menyambut hari senin, karena ia pikir hari senin adalah hari keberuntungan baginya, siapa lagi kalo bukan 'Nayla'
Pagi pagi sekali Nay sudah disibukan dengan berbagai macam pekerjaan, Nay harus cepat menyelesaikan nya jika ia tidak ingin terlambat berangkat sekolah.
"huffttt cape banget" keluh nya setelah sebagian pekerjaan rumah nya selesai.
Bayangkan saja dari jam 3 pagi dia bangun dan sekarang jam sudah menunjukan pukul 05.30, kurang lebih 2 jam sudah dia membereskan rumah megah ini.
Tak lama setelah dia mengucapkan kata lelah nya teriakan dari lantai 2 mulai terdengar
"Babu, ambilin baju sama sepatu gue cepetan" teriakan itu berasal dari kaka tiri nya, siapa lagi kalo bukan Laureen.
"i..ya kak, tunggu" lagi lagi nay hanya bisa pasrah ketika orang orang di sekitarnya hanya bisa menjatuhkan nya
"Heh pembantu cepetan siapin makanan, nanti saya telat pergi kekantor nya" belum selesai perintah dari laureen, kini ibu tiri nya sudah menyuruh nya lagi.
"Ta..pi mah, aku disuruh sama kaka buat ambi.." belum selesai Nay berbicara tapi sudah di potong oleh Devi.
Devi berjalan kearah tangga dimana Nay berdiri, dia langsung menangkup pipi Nay sambil berucap.
"Berani bantah saya kamu tidak akan saya biarkan makan hari ini" lalu setelah itu suara tamparan terdengar
"Cepat saya tidak mau tau" ujar nya kembali
Nay pun berlalu pergi lagi kedapur dengan mengabaikan perintah dari Lureen.
setelah cukup lama akhir nya makanan pun sudah siap di sajikan, tidak lupa dia kembali memanggil ibu nya yang tadi sudah berlalu pergi kekamar.
Tok Tok Tok
"Mah, makanannya sudah siap. nan..ti keburu dingin" ujarnya
"Hemm"
hanya gumaman yang terdengar dari balik pintu tersebut
Tidak lama setelah itu
dari arah belakang ada seorang yang menarik rambut Nay dengan kuat "Awww awww" ringisan mulai terdengar dari gadis berusia 18 tahun, siapa lagi kalo bukan Nay
"Heh tikus, gue suruh elo ambilin baju sama sepatu gue. Gue udah nungguin dari tadi dan lo malah asik asikan ngelamun disini. hah? Gue hampir telat gara gara lo bang*at yang gak becus tau gak. gue bilangin sama mama gue, awas lo" dihempaskan nya rambut yang tadi sempat di tarik oleh laureen
"Ada apa sayang, kenapa teriak teriak pagi pagi. hemm?" Devi datang dan merangkaul bahu putri nya
"Ini mah, si tikus. Tadi kan aku suruh dia buat ambilin baju sekolah aku sama sepatu aku, tapi dia gak dateng dateng, untung aku gak kesiangan, emang gak becus tau gak mah dia itu" ujarnya dengan nada yang sangat kesal
"Heh kamu mau bikin anak saya terlambat datang kesekolah, iya? sebagai hukuman nya pagi ini kamu gak usah sarapan, berangkat sekolah jalan kaki, dan saya tidak akan memberikan kamu uang jajan. Minggir" Devi pun berlalu sambil sedikit menubruk tubuh Nayla
"Ta..pi mah, a..ku dari semalem be..lum makan" ucapnya sambil menunduk karena takut akan mendapatkan amukan lagi
"Terus saya peduli? jangan mimpi. Udah sana pergi ngerusak pemandangan yang lagi makan aja" devi kembali berujar sambil memakan masakan buatan Nayla.
akhirnya Nayla pun pergi dengan tubuh yang lelah, hati yang hancur dan jiwa yang sakit.
"Nanti aku mau bawa mobil yang merah ya mah, yang baru mamah beli kemarin, aku mau pamer sama temen temen" suara dari Lureen terdengar di telingan Nayla yang belum sepenuhnya pergi .
"Iya sayang, apa sih yang engga buat anak mamah ini, heemm" devi berucap sambil mencium kening Laureen
Nayla yang mendengar percakapan ibu dan anak itu hanya bisa terisak sedih "Ayaahhh" ucapnya pilu sambil melanjutkan jalan menuju ke kamarnya.
----------
Sekolah..
Kini Nay sedang duduk di sebuah bangku taman sekolah sambil memegang salasatu buku yang selalu menemaninya, terdengar isakan kecil yang keluar dari mulut seorang Nayla
12 october 2020
Aku selalu berfikir setiap hari, apakah alasan tuhan mengambil bunda sewaktu aku kecil, dan mengambil ayah sewaktu aku akan tumbuh menjadi remaja. Apakah ini yang dinamakan proses pendewasaan? Tapi kenapa berat sekali? Aku harus siap disiksa setiap hari hanya karna ke salahan yang bahkan tak pernah aku lakukan, mereka menyiksaku seakan aku adalah penghalang untuk mereka. Ayahhh nay mohon nay cape Ayaahhh, kenapa ayah gak ngajak nay pergi aja? Kenapa Ayah malah tinggalin nay disini sama mereka? Nay kangen Ayang nay Kangen bundaaa.
Tertanda
Nayla Queenta A
setelah selesai, dia lalu menyimpan buku tersebut disamping paha nya. Mencoba memejamkan sebentar matanya berharap sakit di perut dan kepalanya sedikit berkurang.
"Arrgghh sungguh ini sakit sekali, aku harus apa" ringisan kecil terdengar dari mulutnya
"aku harus bisa, sadar Nay ngeluh gak akan buat kamu kenyang, bangkit Nay bangkit" kata semangat terus di ucapkan nya berharap ia akan bisa untuk melanjutkan hari esok yang lebih kejam. Setelah itu dia mencoba bangkit untuk pergi ke kelas karna bel masuk sudah terdengar dari 1 menit yang lalu.
Tanpa sadar dia melupakan sesuatu di taman sekolah tersebut, yaa! dia melupakan bukunya, buku diary nya yang terdapat 1001 keluhan di dalamnya.
Tanpa Nay sadari dari tadi ada sosok lelaki yang memperhatikan nya, setelah Nay pergi lalu dia mendatangi kursi tersebut dan mengambil buku yang berada di atas,, seringai mulai muncul dari bibir nya
"Aku merindukanmu ay" setelah berucap lalu dia pergi sambil membawa buku tersebut ke dalam kelas nya.
--------
A
rvin Pov
"perhatian sebentar anak anak" Pak kepala sekolah masuk kedalam kelas dengan aku yang mengikuti nya dari belakang
"Kalian semua akan memiliki teman baru, ayok nak perkenalkan dirimu kepada semua orang" lanjut sang kepala sekolah
"Nama Arvin Matteo Pradiva, terimakasih" ucapnya singkat
suara riuh terdengar dari para chili chili,, ahh sungguh aku muak mendengar nya
'sumpah anjir itu anak tunggalnya pradiva sekolah disini?'
'sumpah itu ganteng banget'
'fiks dia jodo gue'
"cih dasar para jalang gila harta" gumamku dalam hati
"kalo begitu nak Arvin silahkan meduduki sala satu kursi yang kosong. Dan untuk kalian semua di harap untuk tidak berisik karna ibu Devi tidak bisa masuk di jam pelajaran hari ini" dan kepala sekolah pun pergi
Arvin pun berlalu dan duduk di kursi paling belakang, semua siswi di kelas XII IPA 1 tidak bisa menyembunyikan rasa kagum nya terhadap Arvin.
Arvin sendiri hanya diam dan enggan untuk merespon mereka semua, ia berpikir itu terlalu membuang buang waktu.
Aku hanya diam dan ah iya aku baru ingat bahwa tadi aku membawa sesuatu dari taman, seringai muncul saat aku mencoba membaca halaman pertama dari buku itu.
"Tenang ay, aku akan membalaskan semuanya untukmu. Tunggu saja" gumamku penuh keyakinan
POV End
-------------
Sorry kalo banyak typo, maklum jempol nya gede😂😂
serius gue baru banget bikin cerita, seru gak sih? tolong komen ya, jangan lupa vote juga
Salam manis dari akuuuu untuk kalian semua❤❤
oktober.2020