webnovel

ABOUT LAST NIGHT

Roseline yang begitu mendambakan cinta dari suaminya pada akhirnya malah terlibat sebuah hubungan terlarang dengan kakak iparnya sendiri, Mark Brown. Terikat dengan sebuah perjanjian yang di namakan ‘Sebatas Teman Ranjang’. Sebuah perjanjian di mana keduanya saling membutuhkan dan saling menghangatkan di atas ranjang, tetapi tidak untuk cinta. Karena pada dasarnya Cinta adalah kata terlarang yang tak boleh ada di antara mereka. Meskipun terus mendapatkan perlakuan kasar dari sang suami, Rose tak bisa memungkiri perasaan cintanya yang tulus kepada suaminya. Rose terus menjaga cintanya hanya untuk suaminya. Sampai pada akhirnya Mark Brown datang menawarkan sebuah kehangatan yang begitu ia rindukan selama ini. Sebuah kehangatan yang tak bisa Roseline tolak. Sebuah hubungan yang rumit dengan sebuah perjanjian gila yang pada akhirnya membuat Rose terus terbelenggu dengan sebuah ikatan yang tak jelas tersebut. “Kamu boleh memiliki tubuhku, Mark. Namun, tidak untuk cintaku. Tak boleh ada cinta sedikit pun dalam hubungan kita ini. Saat kata cinta itu ada, berarti hubungan ini pun juga harus berakhir.”

Emma_Ree · Geschichte
Zu wenig Bewertungen
3 Chs

BAB 3

***

Seakan mendengar sebuah kata pembelaan dari bibir Rose membuat Jason menjadi semakin marah. Jason langsung kembali menampar wanita itu. Bertubi-tubi secara kasar tangan kekar Jason mendarat di pipi Rose. Wajah Rose tampak memerah bekas dari pukulan kasar tangan Jason. Tangis Rose meluap, rasa sakit di pipi dan rasa sakit di hatinya begitu bergemuruh di batin Rose.

Entah mengapa setelah mendengar berita kehamilan Rose, bukannya sebuah kebahagiaan yang tengah Jason rasakan, tetapi malah menjadi suatu rasa marah dan juga tampak begitu beringas. Hingga akhirnya wanita hamil itu pun menjadi korban atas apa yang telah Jason lakukan terhadapnya. Kini pipi Rose tampak begitu memerah dan juga lebam.

Rose hanya bisa menangis dan terus menangis. Ia masih bisa merasakan perasaan sakit hati dan juga rasa nyeri di wajahnya saat ini. Rose hanya bisa terus menangis tanpa tahu apa yang harus ia lakukan terhadap perlakuan kasar sang kekasih tersebut.

"Aku tak menginginkan anak itu sama sekali! Aku sungguh tak menginginkannya! Jangan pernah sekalipun sangkut pautkan kehamilanmu itu denganku! Karena aku sungguh tak menginginkannya! Hubungan kita berakhir di sini dan cepat gugurkan anak itu! Dan kamu pun juga harus pergi jauh-jauh dariku!"

Setelah cukup puas melampiaskan rasa amarahnya pada Rose, Jason pun langsung meninggalkan Rose sendiri dengan rasa nyeri di wajahnya.

Rose hanya bisa terus terisak mendapati perlakuan kasar dari Jason tersebut. Jason yang selama ini terlihat begitu tulus mencintainya tiba-tiba saja saat ini tampak seperti sosok Jason yang berbeda. Meskipun sejak beberapa bulan ini sikap Jason terlihat begitu dingin, tetapi ia tak pernah sekali pun melayangkan pukulan terhadap Rose. Namun, kali ini Jason dengan terang-terangan menampar Rose dengan sangat kasar hanya karena Rose mengatakan bahwa saat ini ia sedang mengandung.

Meskipun tamparan itu rasanya terasa begitu menyakitkan bagi Rose, tetapi yang paling membuat Rose terluka adalah karena perlakuan kasar itu telah menyakiti hatinya. Menyakiti hati tulus Rose yang begitu sangat mencintai sosok Jason. Rasanya begitu menyesakkan sampai membuat hati Rose begitu hancur dan kecewa terhadap sosok Jason.

Setelah puas mengeluarkan air matanya itu, Rose langsung bergegas untuk menuju ke arah dapur. Rose bergerak ke arah kulkas dan mengambil sebongkah kecil es batu untuk ia oleskan di permukaan pipinya yang tampak memerah itu. Rose tak ingin bekas tamparan dari Jason akan menimbulkan sebuah bekas lebam di wajah cantiknya. Bukan karena Rose tak ingin terlihat jelek, tetapi Rose tak ingin semua orang mengetahui perbuatan kasar Jason terhadap dirinya. Rose ingin menutupinya hanya demi melindungi hubungannya dengan Jason.

Setelah hari itu Jason tampak jelas menghindar dari Rose. Jason terlihat sama sekali tak ingin berbicara dengan Rose. Berbagai cara Rose lakukan hanya untuk ingin berbicara pada Jason. Namun, Jason tampak sama sekali tak merespon Rose. Jason seolah sudah merasa enggan dan malas berurusan dengan Rose semenjak ia mengetahui berita tentang kehamilan Rose tersebut. Jason menganggap bahwa hubungan keduanya memang telah berakhir dan kini ia sama sekali tak menganggap lagi bahwa Rose adalah kekasih tersembunyinya.

Meskipun Jason dan Rose menutupi hubungan keduanya Mark sebenarnya sudah mengetahui hubungan tersebut. Mark yang selama ini diam-diam mencintai Rose tampak pasrah ketika ia tahu bahwa sosok laki-laki yang Rose cintai adalah adiknya sendiri yakni Jason.

Sebenarnya Mark ingin menunggu hingga keduanya putus dan ia bisa merebut hati Rose. Tapi seolah hubungan antara Rose dan Jason selalu terlihat baik-baik saja di sudut pandang Mark selama ini. Mark pun juga tahu bahwa wanita yang ia cintai itu begitu sangat mencintai Jason dan seolah tak menganggap laki-laki lain manapun di dunia ini selain Jason.

***

Beberapa hari pun berlalu.

Rose mulai sedikit merasakan rasa mual di perutnya setiap kali makan. Tak ada yang menyadari keadaan Rose saat ini, kecuali Mark. Karena bagi Mark, Rose adalah segalanya sehingga ia tak pernah sekalipun luput mengawasi Rose. Melihat kondisi Rose yang tak biasa Mark pun menyadari bahwa Rose dalam keadaan tak sehat.

"Kamu kenapa, Rose? Apakah kamu sedang sakit?" tanya Mark penuh perhatian.

Rose tampak menggeleng pelan seraya menjawab, "Ah, tidak Mark. Aku baik-baik saja." Dengan senyuman terpaksanya Rose berusaha menunjukkan pada Mark bahwa ia memang baik-baik saja.

Mark melihat dengan jelas kebohongan yang tengah Rose katakan. Ia bisa melihat bahwa ada sesuatu hal yang saat ini sedang Rose sembunyikan. "Lalu, apakah yang terjadi dengan dirimu saat ini, Rose? Aku yakin saat ini kamu tak baik-baik saja Rose."

"Aku benar-benar tak apa Mark. Aku baik-baik saja," ucap Rose dengan tetap terpaksa tersenyum.

"Hmm … lalu, apakah saat ini kamu sedang hamil, Rose?" tanya Mark dengan kecurigaan yang ada di benaknya saat ini.

Mendengar pertanyaan Mark yang tiba-tiba itu seketika membuat Rose begitu terkejut. Ia tak menyangka bahwa Mark akan menyadari perihal kehamilannya saat ini. Rose begitu terkejut dengan pertanyaan tersebut sehingga ia pun sampai tak sanggup untuk menyangkalnya. Rose hanya terdiam sembari menatap tajam ke arah Mark. Mata Rose tampak membulat sempurna memandang Mark.

"Diam berarti jawabannya adalah iya, Rose. Lalu, apakah Jason sudah mengetahui soal kehamilanmu ini, Rose?."

Belum berhenti keterkejutan Rose, ia kembali di kejutkan dengan perkataan Mark yang secara langsung bisa menebak bahwa saat ini ia sedang mengandung anak dari Jason. Tanpa keraguan Mark bisa mengungkapkannya secara gamblang bahwa Jason adalah sosok ayah dari anak Rose tersebut.

Mark dapat melihat wajah cemas dan juga rasa terkejut yang saat ini Rose tampakkan kepadanya. Sebenarnya Mark pun tak ingin bicarakan hal ini. Namun, ia pun tak ingin menutup matanya dan membiarkan wanita yang di cintai itu harus terus berjuang sendiri terlebih ia bisa melihat bahwa kemungkinan besar Rose sedang hamil saat ini.

Sakit. Sebenarnya hati Mark terasa begitu perih saat ini mengetahui fakta yang ada di hadapannya, tetapi ia berusaha tegar dan itu semua demi kebahagiaan Rose.

"A-apakah kamu sudah tahu hubunganku dengan Jason, Mark?" tanya Rose gugup yang masih dengan perasaan terkejutnya itu.

"Ya, aku tahu Rose. Aku tahu semuanya tentang hal itu."

Rose sungguh tak mengira bahwa Mark akan benar-benar mengetahui hal tersebut. Padahal Rose mengira bahwa ia dan Jason sudah menyembunyikan dengan sangat baik hubungan mereka berdua selama ini dari semua orang.

"Lalu, sejak kapan kamu mengetahuinya, Mark? Apakah ada orang lain yang mengetahuinya kecuali dirimu, Mark?"

"Aku sudah mengetahuinya sejak lama Rose. Sejak kalian pertama kali menjalin berhubungan kekasih. Mungkin itu terjadi sudah sekitar dua tahun yang lalu. Dan untuk orang lain yang mengetahui hubungan kalian berdua aku sama sekali tak tahu. Akan tetapi menurutku mungkin mereka sama sekali tak mengetahuinya. Karena kalian sungguh sangat pintar dalam menyembunyikan hubungan kalian ini."

"Tapi mengapa kamu bisa mengetahuinya, Mark?" selidik Rose.

"Kalian memang sudah sangat pintar merahasiakan hubungan kalian berdua. Namun, sayangnya aku masih terlampau pintar untuk kalian bohongi."