M
alam menjelang, semuanya sudah berkumpul di ruang keluarga Orlando. Brotherhood sudah datang semuanya, Little mereka yang datang hanya Chella, Vino, Leon, Datan, Adrian, Rasya dan Pretty sisanya tak terlihat batang hidungnya. "Hai mama, papa." teriak Leonna yang baru menuruni tangga.
"Jangan lari," tegor Leon membuat semuanya kebingungan dan Leonna hanya nyengir saja seraya berjalan perlahan dan langsung memeluk Dhika.
"Bagaimana kabar kamu, Princes?" Tanya Dhika.
"Sangat sangat sangat baik," kekeh Leonna terlihat ceria.
"Terlihat jelas sekali," ucap Dhika dengan senyumannya.
"Apakah papa keduamu tak di kangenin, Princes." ucap Farel,
"Papa Farel," Leonna berlari ke pelukan Farel dan semuanya terkekeh melihat tingkah Leonna yang seperti anak kecil.
"Si Ona manja manja sama om Farel, lama-lama minta uang jajan." celetuk Datan membuat yang lain terkekeh dan Leonna hanya bisa mencibir.
"Itu kebiasaan loe, Kunyuk." cibir Chella,
"Dihh apaan loe Lonja, bawa-bawa gue."
"Lonja apaan?" Tanya Irene terlihat penasaran.
"Itu lho tante, lonceng gereja. Kan si Lonja kalau ngomong memekakan telinga oranglain." ucap Datan membuat yang lain terkekeh mendengarnya.
"Benar-benar keturunan alligator." kekeh Elza.
"Tapi ngomong-ngomong kenapa kamu mengundang kami kesini, Princes?" Tanya Lita.
"Leonna mau mengumumkan sesuatu." Leonna tersenyum misterius.
"Mengumumkan apa?" Tanya Dhika penasaran.
"Paling Kakak mau ngumumin hal yang gak penting, kakak kan selalu heboh." ucap Adrian dengan santainya membuat Leonna mencibir.
"Tunggu kak Verrel datang dulu," Leonna terus menatap ke arah pintu di mana Verrel belum juga menunjukkan batang hidungnya.
"Sudah ayah hubungi, mungkin sebentar lagi sampai." ucap Daniel seakan tau kegelisahan Leonna.
"Khem," Vino berdehem. "Sambil menunggu Verrel, aku juga ada yang mau aku umumkan di depan kalian semua." ucap Vino membuat semuanya menatap ke arahnya. "Aku-" Vino mengusap tengkuknya sendiri, dia terlihat sangat gugup.
"Ayolah Vino, jangan gugup begitu." ucap Farel tak sabar.
"Loe yah psyco, kagak sabaran bener. Kasih Vino waktu buat menghirup udara segar." ucap Okta.
"Diem loe Kope," cibir Farel.
"Usia tak mengubah mereka," kekeh Claudya.
"Begini om, tante, ayah bunda, papa mama. Vino ingin mengatakan pada kalian semua kalau Vino dan Chella akan menikah."
Deg ... Chella terpekik kaget mendengarnya, bahkan semua yang ada disana mematung mendengar penuturan Vino barusan.
"Vino?" gumam Farel yang kaget dan tak menyangka.
Vino hanya memasang wajah malunya, dan segera menarik tangan Chella untuk berdiri di hadapannya. Ia duduk rengkuh di hadapan Chella, seraya mengeluarkan kotak kecil berisi cincin berlian ke hadapan Chella.
"Will you marry me, Chell?"
Chella menunduk malu, dan bingung harus menjawab apa. "ku mohon jangan menolakku."
Chella melirik ke arah Elza dan Jack meminta persetujuan mereka dengan rona merah di pipinya, kedua orangtuanya mengangguk diiringi senyumannya. Chella juga melihat ke arah Leonna yang tengah mengacungkan kedua jempolnya. Chella senang bukan main,,
Cinta datang menjemput..
Tuhan mengabulkan doanya,
Inilah saatnya Chella menggapai cintanya, tanpa harus lagi menunggu dan mengejar. Saatnya Chella menggapai cintanya yang sudah lama dia nantikan.
"Astoge Lonja, cepetin bilang iya, aku mau Abang. Jangan mupeng gitu dong." pekik Datan membuat yang lain terkikik. Datan memang titisan sang alligator.
"Iya aku mau," cicit Chella menunduk malu, ia tidak menyangka Vino akan melamarnya di hadapan semua orang. Ini sungguh mengejutkannya.
Vino segera menyematkan cincin di jari manisnya Chella. "Terima kasih," Vino yang sekarang sudah berdiri di hadapan Chella, tepuk tangan menggema disana.
"Pa," cicit Vino pada Farel.
"Ah iya oke oke boy. Sepertinya kita beneran berbesan sekarang Jack." ucap Farel membuat Jack dan Elza terkekeh.
"Tidak perlu ada lamaran atau tunangan lagi, toh mereka berdua sudah setuju dan sepertinya ngebet untuk menikah." goda Jack.
"Papi," Chella terlihat malu-malu.
"Ayo bersulang untuk keluarga Mamake dan Mr. Psyco." Okta mengacungkan gelas minumannya.
"Ceers,"
Ucap mereka serepak dan kekehan mengiringinya. Vino dan Chella terlihat sangat bahagia, keduanya saling berpegangan tangan tanpa ingin melepaskannya.
'Terima kasih tuhan, akhirnya kami bisa bersama. Aku tidak akan menyia-nyiakannya lagi. Aku sangat mencintaimu Alvino.' Chella terus menatap Vino dengan senyumannya. Tak lama, Verrelpun datang. Leonna yang tengah meminum tehnya menghentikan gerakannya karena melihat kedatangan Verrel.
"Kakak," panggil Leonna dengan binar bahagia.
Verrel menghentikan langkahnya saat mata mereka terpaut, mata bulat Leonna yang berbinar menusuk ke mata Biru Verrel yang redup. Tak ada yang memalingkan pandangan mereka satu sama lain, seakan tak ingin lepas sedikitpun. Hingga Verrel lebih dulu memalingkan pandangannya. "Kak, aku-"
"Kalian semua sedang berkumpul ternyata, kebetulan sekali." ucap Verrel masih memakai stelan kerjanya.
"Kak aku mengundang mereka untuk mengatakan berita bagus." Leonna semakin antusias mengatakannya dan berdiri di dekat Verrel. Verrel menatap Leonna kembali dengan tatapan datarnya. "Kak, aku mau umumin ke semuanya kalau-"
"kalau aku Verrel Alexander Orlando menjatuhkan talakku pada Leonna Fidelia Adinata."
Deg
Semua orang yang ada disana berdiri dari duduknya, bahkan gelas yang Leonna pegang pun jatuh ke lantai hingga hancur lebur seperti hatinya. "K-kak,"
Bahkan tanpa di minta air matanya luruh membasahi pipi. Tubuhnya terasa lemas, dan tak bertenaga lagi. Leonna merasa jantungnya terasa di tarik paksa dari tempatnya. Semuanya sangat syok mendengar penuturan Verrel barusan.
Verrel menarik lengan Leonna menghadap Dhika dan Thalita. "Maafkan saya Om, tetapi saya tidak bisa menjaga dan mengayomi putri Om lagi. Saya kembalikan dia pada Om." Setelah mengatakan itu Verrelpun berlalu pergi meninggalkan semua orang yang speechless, dan Leonna yang sangat hancur.
"Kakak," Leonna hendak mengejar Verrel tetapi di tahan Dhika.
"Papa, ini salah paham." isak Leonna yang terus berontak ingin pergi.
"Diam, kamu sudah di jatuhkan talak dua!" ucap Dhika dengan tajam.
Dhika beranjak hendak menyusul Verrel tetapi di tahan Okta. "Jangan berbuat hal konyol, Dhika." Okta yang tau akan amarah Dhika.
"Minggir!" ucap Dhika.
"Tidak Dhik, ini masalah anak anak kita. Tidak seharusnya kita-"
"MINGGIR!" bentak Dhika membuat Okta terdiam. "Daniel, gue masih menghargai loe. Gue hanya akan menanyakan alasannya." ucap Dhika tanpa menoleh.
"Lakukan sesuka loe," ucap Daniel.
Dhika beranjak menyusul Verrel, tetapi Leonna berlari memeluk kaki Dhika. Leonna duduk di lantai menahan kaki Dhika. "Jangan lakukan Pa, Leonna mohon."
Dhika menarik Leonna untuk berdiri dan menatap wajah Leonna yang sendu. "Jangan menyakiti kak Verrel, Leonna mohon." isak Leonna.
"Kenapa? Papa hanya ingin menanyakan alasannya kenapa menjatuhkan talak padamu." Dhika mengusap pipi Leonna yang basah karena air mata.
"Leonna akan menjelaskan semuanya ke Papa, tetapi jangan sakiti ayah dari calon bayiku."
Deg… Dhika mematung mendengar penuturan Leonna yang mengusap perutnya sendiri. "Bayi?" Tanya Dhika lirih.
"I-iya Pa, Leonna sedang hamil anak Kakak." cicitnya membuat semua yang ada disana semakin syok mendengarnya.
"Shitt!" umpat Daniel dan beranjak menuju kamar Verrel. "VERREL!" teriak Daniel menggelegar.
"Lita, Leon, Rian kita pulang sekarang!" Dhika membawa Leonna pergi.
"Lita, tolong jangan pergi dulu. Kak Dhika, ini pasti ada kesalahan." Serli yang juga sangat kaget dan syok.
"AYO PULANG!" teriak Dhika yang sudah sangat emosi.
Lita, Leon dan Adrian segera beranjak. Mereka tau bagaimana kalau Dhika sudah emosi,
"Ini kenapa?" gumam Chella saling pandang dengan Datan. Okta beranjak menyusul Daniel.
Bug
Bug ... Daniel memukuli Verrel, tetapi Verrel tak melawan dan hanya diam saja di pukuli sang ayah. "KAU MEMPERMALUKANKU!"
Daniel terlihat sangat emosi. "Dimana otakmu Verrel? Kamu ingin membuatku tak punya muka di depan Dhika!"
Daniel kembali ingin melayangkan tinjunya ke Verrel tetapi Okta segera menahannya. "Cukup Niel,"
"Apanya yang cukup, Gator? Dia membuat gue malu di depan Dhika. Tanpa berunding dulu, dia langsung saja menjatuhkan talak pada Leonna. Talak Dua, Gator!" pekik Daniel.
"Gue tau, tapi tidak dengan cara kekerasan."
"Lalu harus dengan bagaimana mendidik anak kurang ajar ini, hah?"
"Verrel, pergi dari sini." ucap Okta.
"Tidak," jawab Verrel datar.
"PERGI VERREL!" bentak Okta dan akhirnya Verrelpun beranjak pergi meninggalkan ruangan kerjanya. "Tenang Niel, tenang oke." Okta melepaskan pelukannya yang menahan tubuh Daniel. Daniel menghembuskan nafasnya kasar dan memijat pangkal hidungnya
"Apa yang ada di pikiran anak itu, kenapa dia melakukan ini."
"Percayakan semuanya pada Verrel, ini yang terbaik, Niel." ucap Okta membuat Daniel menengok ke arahnya dengan kernyitan di dahinya.
"Loe?" ucapan Daniel terhenti. "Loe menyembunyikan sesuatu dari gue."
"Iya gue tau semuanya, sekarang loe duduk dan tenangkan diri loe. Percayalah untuk saat ini, inilah yang terbaik untuk mereka." ucap Okta.
"Apa yang kalian sembunyikan?" Tanya Daniel semakin penasaran.
Okta bergegas mengunci pintu ruangannya, dan menjelaskan semuanya ke Daniel. Okta menjelaskannya dengan sangat detail. Daniel terpekik kaget mendengar penuturan Okta, dan dia tak menyangka kalau kasusnya seperti ini. "ini yang terbaik Niel. Verrel sudah memikirkannya dengan sangat matang."
"Tapi bagaimana dengan keluarga Dhika? loe tau kan gimana dia."
"Dia akan tau, gue nanti yang akan menjelaskannya," ucap Okta.
"Gue gak percaya hubungan mereka akan berakhir seperti ini," gumam Daniel terdiam.
"Menurut gue, Verrel udah melakukan hal yang benar." Daniel menatap Okta.
Di dalam kamar, Verrel mengguyur tubuhnya dengan air shower. Kedua tangannya menyentuh dinding dan kepalanya menunduk membiarkan air mengguyur tubuhnya sendiri. Pikirannya melayang memikirkan Leonna, hatinya ikut sakit melihat tangisan Leonna tadi. Pukulan Daniel tadi tak seberapa di banding dengan apa yang Leonna rasakan.
Di dalam kamarnya, Leonna menceritakan segalanya kepada Dhika dan Thalita. "Ya tuhan!" Thalita menutup mulutnya dengan tangisan yang luruh. Dhika masih terdiam tak berkutik di ujung ranjang.
"Leonna mengatakan yang sesungguhnya, Leonna bersumpah kalau Leonna tak pernah mengkhianati Kakak. Leonna benar-benar tidak tau kalau Martin sudah menjebakku."
"Apa Verrel tak ingin menyelidikinya?" Tanya Dhika masih geram.
"Sepertinya sudah, tetapi Martin memanipulasinya. Setiap teman kampus yang Kakak tanya semuanya sudah di sogok Martin." isak Leonna.
"Dia sungguh licik," Dhika mengepalkan kedua tangannya.
"Aku tidak mau bercerai dengannya," isak Leonna.
"Dia sudah menjatuhkan talak, Leonna. Kamu tau kan apa artinya, buan. Sekarang berhenti menangisinya dan fokus ke kehamilanmu." ucap Dhika dingin.
"Papa jangan melukai Kakak, Leonna mohon." ucap Leonna dengan wajah memelas
"Sudahlah Princes, jangan memikirkan itu. Sebaiknya kamu tidur." Dhika berjalan mendekati Leonna. Ia duduk di sisi ranjang menggantikan Lita yang sekarang sudah berdiri di sisinya. Ia mengusap air mata Leonna dan membelai kepala Leonna dengan sayang. "Papa dan Mama ada disini untukmu sayang, kami akan menjagamu dan menjaga bayi kamu. Kamu tidak sendiri." Dhika menarik Leonna ke dalam dekapannya.
"Terima kasih Papa, Leonna senang karena kalian masih di sini bersama Leonna." ucap Leonna.
"Iya Sayang, kamu tidak akan pernah sendirian." Lita mengusap kepala Leonna dengan sayang. Setelah perbincangan singkat mereka, Leonna akhirnya terlelap juga.
Saat ini Dhika baru saja keluar dari kamar mandi, dan terlihat Thalita menangis terisak di sisi ranjangnya. "Ada apa?" Dhika duduk di hadapan Thalita.
"Kenapa seperti ini, Dhika? apa salah kita." Isaknya. "Kamu lihat Leon dan Leonna, Leon menjadi sosok yang seakan tak memiliki semangat untuk hidup. Dan sekarang Leonna. Dia di ceraikan saat dia tengah hamil, kenapa seperti ini Dhika? katakan apa salah kita??? Hikzzz." isak Thalita.
"Tuhan seperti ingin menunjukkan ini kepada kita, yang di alami Leon pernah aku alami. Dan Leonna-," Dhika menatap Thalita dengan tatapan sendunya.
"Kita harus bagaimana? Aku bisa merasakan rasa sakit yang Leonna alami selama ini. Saat pria yang aku cintai tidak mampu mempercayaiku, rasanya sangat sakit saat tak ada yg mempercayaiku. Hinaan cacian selalu aku dapatkan, bahkan rasa sakitnya terasa lebih menyayat saat dia mengatakan-"
"Jangan di teruskan ku mohon." Dhika menempelkan telunjuknya di bibir Thalita. "Sekarang kita fokus ke twins, Kita bantu twins melupakan rasa sakitnya. Ini tugas kita berdua." ucap Dhika membelai pipi Thalita. "Aku yakin ini semua akan segera berlalu, kalau perlu kita tinggalkan Negara ini untuk beberapa tahun agar mereka bisa tenang dan melupakan rasa sakit mereka."
"Kita harus membantu mereka berdua kembali bangkit dan ceria seperti dulu," ucap Lita. "Aku tidak ingin kehilangan Putra putriku, Dhika."
"Iya Sayang, aku berjanji akan membantu mereka untuk kembali pulih. Aku tetap berharap dan selalu berdoa supaya mereka tidak pernah mengalami apa yang pernah kita berdua alami." Dhika memeluk tubuh Thalita yang masih terisak.