webnovel

A Love For My Little Brother

Untuk aku, adik laki-lakiku yang bernama Ricky itu, adalah sesuatu yang berharga bagi hidupku. Kalau diibaratkan benda, Ricky itu adalah sebuah permata berlian 24 karat seberat setengah kilogram yang harus dijaga dan dilindungi. Ribuan personel TNI--baik AU, AD, maupun AL--rela aku kerahkan untuk menjaga benda paling diincar itu. Agak berlebihan memang, namun itulah yang aku rasakan. Sudah bertahun-tahun aku berpisah dengannya dan tidak disangka-sangka saat aku kembali, dia sudah tumbuh besar dan semakin tampan. Aku ingin sekali memeluknya dan mencium-ciumnya sama seperti apa yang aku lakukan saat kami masih kecil. Tapi kenapa dia malah menjauh? Wajahnya selalu memerah setiap aku memanjakannya. Malu kah? Atau mungkin jijik? Yah, apapun itu sudah membuatku senang dengan ekspresi baru itu. Aku dapat kabar kalau dia sedang jatuh cinta dengan teman sekelasnya. Apa itu benar? Kalau benar, aku tidak akan membiarkan itu terjadi! Dia masih terlalu muda untuk mempunyai kekasih dan aku menjadi orang pertama yang menolak dengan keras hubungan itu walau kedua orang tuaku mendukungnya untuk memiliki kekasih. Kenapa tidak kakak saja yang mencarikan kekasih untukmu? Aku yakin kamu tidak akan menyesal dengan pilihanku ini! Cerita yang mengisahkan tentang kakak-beradik yang tinggal di keluarga serba berkecukupan. Cerita yang mengisahkan tentang betapa cintanya Sang Kakak kepada adiknya yang sudah bertahun-tahun ia tinggalkan untuk menempuh pendidikan dan meraih mimpi. Cerita yang mengisahkan tentang betapa malu dan jengkelnya Sang Adik kepada kakaknya karena kelakuannya yang menganggapnya sebagai anak kecil. Melihat Sang Kakak bersifat kelewat batas seperti itu, akankah Sang Adik bisa memiliki kekasih yang ia idamkan? A Love For My Little Brother

tahraanisa · Teenager
Zu wenig Bewertungen
155 Chs

Perkemahan Jumat Sabtu Hari Kedua

"Bangun, dah subuh!" teriak Doni di depan tenda regu harimau. Laki-laki itu mengembuskan napasnya sedikit lelah. Kenapa harus dirinya yang mendapatkan tugas membangunkan anak-anak. Dan lagi, salah satu anak di dalam tenda ini sangat sulit dibangunkan. Untung saja hidungnya tidak patahーnamun tetap saja menyakitkan.

Doni mulai melangkah masuk. Matanya langsung bertemu pandang dengan Ricky yang sedang duduk memeluk kakinya di ujung tenda. ("Oh baguslah kalau dia nggak lanjut tidur,") batin Doni bersyukur. Dirinya tidak perlu mengorbankan hidung atau bagian wajahnya yang lain sebagai tempat mendaratnya tinju hangat dari adik kelasnya tersebut.

"Bangun, bangun. Solat subuh." Doni menggoyang-goyangkan tubuh anak-anak yang tertidur. Kaki Doni melangkah hati-hati dikarenakan posisi tidur mereka yang berantakan. Tampaknya mereka langsung merubuhkan diri ke dalam tenda dan langsung tertidur.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com