webnovel

PROLOG 1.1

Malam itu, keheningan menyelimuti, menyisakan suara jangkring dan burung hantu dalam kegelapan duniawi. Doa-doa dilantunkan bagai nyanyian di sebuah tempat suci—bagi persaudaraan tak terjamah ini.

Pertemuan ikatan yang telah direncanakan, membawa serta kandidat baru yang hendak dilantik penuh sumpah kesiapan. Dia berdiri di atas pentagram semerah darah, di bawah langit-langit dari ruangan luas yang tua, terkesan kuno dimakan zaman.

Bangunan kolosan ini, tersembunyi di suatu tempat yang tak diketahui orang lain—kecuali persaudaraan mereka. Pintu perak dijaga dengan patung-patung cerberus berbobot 15 ton. Di dalamnya terdapat bilik-bilik ritual, makam kematian, lorong-lorong rahasia, perpustakaan kuno, tempat yang dikunci, ruang penyiksaan, serta lorong bawah tanah—ruang kuil yang lebih banyak memiliki rahasia dibanding tempat lainnya.

Ruang kuil persegi ini dipenuhi replika patung dewa-dewi dunia bawah. Gambaran Tartarus yang sebenarnya, jangan lupa makhluk mitologi yang berhias mata hantu mengkilap di sisi ruangan.

Kandidat itu menyadari satu hal, seluruh anggota hadir malam ini. Anggota memakai jubah merah dengan kalung pengenal masing-masing. Di samping itu semua, ada delapan orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi.

Master Terhormat berdiri di depannya dengan topeng yang tak akan ia lihat di luar ruang ini, semakin mencekam dengan patung Anubis bagai penjaganya yang dikelilingi oleh tujuh pendamping dengan baju kebesaran masing-masing, kandidat baru menatap sekeliling—saudara yang lain menjadi saksi pengucapan sumpahnya malam ini. Lilin temaram yang dipegang Master Terhormat memperjelas aura ketakutannya. Bilamana ia melanggar sesuatu yang ia janjikan malam ini, kematian menjadi bayaran janji yang ia ingkari.

"Saudaraku, ucapkan sumpah terakhirmu."

Kandidat itu merasakan dingin membeku, padahal pakaian jubah merah yang melingkupi dirinya luar biasa tebal menyatu bagai kulit lembu. Bagaimana jika mereka tahu? Senyap menggerogoti dirinya, suara peringatan jelas-jelas terngiang di kepala dari perjalanan yang telah ia ambil.

"Leher digorok... Hukum adat dengan konsekuensi pilihan mitos... Lidah tercabut tanpa jengkal tersisa... Isi perut dikelurkan... Dipermalukan di seluruh tempat... Jantung diberikan kepada binatang buas dalam belantara. Kematian tanpa belas kasih tak sedikit pun didapat."

"Saudaraku, ucapkan sumpah terakhirmu." Master Terhormat membuyarkan lamunannya, membiarkan kandidat mengangguk tanpa berpikir apapun yang bisa ia jawab.

Tangan kandidat terangkat, memegang cawan suci berisi anggur hitam pekat dengan darah setiap anggota dalam ini tempat. Ia mengucapkan sumpah terakhir yang tengah ia persiapkan.

"Aku bersumpah," dusta sang kandidat tanpa gentar. "Aku memegang rahasia kuno persaudaraan ini sampai kematianku. Rahasia yang kupegang menjadi racun bersamaan dengan anggur ini, yang nantinya perlahan menggerogot i tubuhku."

Kata-katanya menggema, membiarkan bunyi dari anggur yang ia minum menjadi harmoni tiap detik yang bergulir lambat, menyisakan sesak di dalam dadanya yang terlanjur mengikuti aturan, tanpa berpikir ia salah kaprah.

Malam itu, kehangatan memenuhi dirinya, bersamaan dengan perasaan yang resmi mengikat persaudaraan di antara mereka.

Sekarang, lihat siapa yang akan menjadi pemenang dalam ikatan persaudaraan terlarang?