webnovel

Chapter 8

A Clown

Chapter 8 :

Aku tidak terlalu menanggapi perkataan Val dan melanjutkan menyantap makananku. Tak terasa makanan yang aku pesan tadi sudah habis, aku hanya diam begitu pun dengan Val nampaknya dia tidak menghabiskan makanan nya.

Hahh suasana canggung lagi hal yang tidak aku inginkan. "Bagaimana kabar mama papa?" Tanyaku untung mencairkan suasana.

"Baik hanya papa mungkin karena terlalu sibuk ngurus perusahaan jadinya agak demam," Jawab Val.

Aku hanya diam dan memperhatikan nya sambil tersenyum.

"Kenapa?" Tanya Val.

"Kenapa apanya?" Aku balik bertanya.

"Kenapa kamu ngeliatin aku kaya gitu?" Val kembali bertanya sambil menutupi wajahnya. "Jangan liatin kaya gitu, maluu.." Lanjut Val.

Aku hanya tersenyum melihat tingkah nya, lalu. "Teo kamu masih ngeroko?" Tiba tiba Val bertanya.

"Udah nggak." Jawabku singkat.

Bagaimana aku akan terus merokok sedangkan dulu kamu yang minta aku berhenti untuk meroko, karena kamu benci asap rokok yang tidak sehat itu.

"Kamu dulu perokok banget ya, tapi sekarang udah ngga hebat ya kamu." Lanjut Val.

Ngga justru kamu yang hebat bisa menghentikan ku yang perokok aktif ini.

Selanjutnya kami mengobrol biasa seakan akan tidak ada yang menghalangi, rasa canggung yang tadi hadir kini sudah pergi entah kemana, kasian hanya di jadikan kambing conge saja kalo diam disini.

Entah kenapa jika bersama orang yang di sayang waktu terasa cepat. "Eh udah jam segini aku harus pulang." Jelas Val.

"Aku antar pulang ya?" Ucapku menawarkan tumpangan.

Val hanya tersenyum lalu. "Boleh." Ucapnya singkat.

Berduan bersama Val, astaga aku gugup sekali. Kami berdua berada dalam mobil yang sama, jalanan mulai sepi mungkin karena sudah malam, tiba tiba teringat sesuatu dulu saat bersama Val.

Flasback kemasa lalu..

"Sayang ayo pulang!" Ucapku pada Val.

"Ih kan belum larut malam, nanti aja yaa masa ketemunya cuman sebentarr." Bujuk Val.

"Heh kamu punya jam malam, liat papamu udah nanyain lagi dimana." Kataku sambil meperlihatkan layar handphone.

"Yauda bilang aja lagi dijalan gitu." Val cemberut.

"Jangan gitu, aku udah janji ke papa mu gakan lewat dari jam 10 malam."

"Iya tapikan ini masih jam 9." Val memperlihatkan jam tangannya.

"Dari sini ke rumahmu itu perjalanan hampir sejam, belum lagi kalo macet." Jelasku.

"Gamau pokoknya gamau pulang titik!" Val merajuk.

Astaga gemas sekali melihat Val yang sedang cemberut seperti itu. "Ayok sayang pulang yaa.." Bujukku.

"Ngga mau, kenapa sebentar sih ketemunya kamu dari kemarin sibuk mulu." Jelas Val.

"Iya sayang maaf yu pulang," Bujukku sekali lagi.

"Aku bilang gamau ya gamau!" Val semakin merajuk.

Ingin rasanya mencubit pipinya yang chuby itu, tapi dia bakal marah karena keseringan dicubit pipinya.

"Sayang pulang yaa, nanti weekend kita jalan lagi."

"Beneran ya ga bohong?" Tanya Val.

"Bener sayang gakan bojong."

"Plus eskrim kan?" Tanya Val sekali lagi dengan mata yang penuh akan harapan.

"Iya plus sama eskrim nya, yang rasa vanila kan."

"Hehe iyaa."

Dasar sifatnya yang manja seperti ini yang aku makin sayang gemas sekali, seakan dunia milik berdua yang lain hanya ngontrak. Tak terasa sudah sampai di depan rumah Val.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Gapapa," Jawab Val singkat.

Memang ya kata gapapa nya wanita itu menandakan sesuatu. Aku mencoba lagi membujuknya.

"Sayang," panggilku sambil mengelus pipinya. "Kan nanti weekend ketemu lagi."

"Ya tetep aja badmood, masa ketemunya cuman sebentar sih." Val kembali cemberut.

Cup aku mencium pipinya. "Udah ya jangan cemberut lagi."

Val diam tidak menjawab. "Sayang liat sini," Kataku lalu mencium bibirnya dengan lembut, Val hanya diam.

Aku seketika menghentikan ciuman, aku tatap mata Val sambil mengusa pipinya. "Udah yaa jangan cemberut weekend kita ketemu lagi," Bujuku.

Sepertinya cara ini berhasil, Val mendadak jinak tidak mengomel lagi. "Iyaa," Ucapnya singkat.

Tiba tiba. "Teo Teo!" Aku tersadar dalam lamunan, astaga apa yang aku pikirkan? Sayangnya flasback masa lalu sudah terhenti.

"Teo jalan itu udah lampu ijo, kenapa bengong?" Lanjut Val.

Astaga malu sekali tiba tiba saja aku melamun, kenangan itu muncul begitu saja dalam benak, apakah kali ini bisa di ulang lagi ya? Hehe.

Kami berdua tidak banyak bicara hanya diam satu sama lain. "Makasih ya Teo udah nganterin," Ucap Val sambil tersenyum.

"Iyaa sama sama." Jawabku singkat.

Kenapa Val tidak turun dari mobil? Padahal ini sudah sampai didepan rumahnya, keheningan kembali menghampiri seakan akan berkata.

"Suprises motherf--"

Akhirya Val turun dari mobil sambil tersenyum, lalu aku pamit untuk pulang. Diperjalanan pulang Val mengirim pesan.

'Kamu orang baik, kabarin aku ya kalau udah sampe rumah.' Isi pesan dari Val.

Aku hanya tersenyum membaca pesan dari Val, ada pikiran lain yang menggangguku. "jika aku orang baik, kenapa kamu meninggalkanku?" Tanyaku dalam hati.

Ah sudahlah jangan terlalu overthingking yang penting hari ini aku bertemu dengan Val. Sesampainya dirumah Teo mengabari Val lalu bergegas mandi dan berganti pakaian untuk tidur, sebelum tidur seperti biasa Teo membaca buku sebentar.

Tring notif pesan masuk. Teo buru buru mengambil handphone nya berharap itu balasan dari Val.

'Teo jangan lupa ya besok datang ke rumah.'

Teernyata pesan dari mama mengingatkan bahwa besok harus datang kerumah. Bagaimana kali ini cara Teo untuk menolak perjodohan? Sementara Teo masih mengharapkan Val kembali, walau belum tentu hati Val masih seperti dulu bisa saja dia menjadi kepunyaan orang lain.

Ketahuilah sayang hanya kamu yang aku inginkan, masabodo dengan wanita lain diluar sana aku tidak peduli, hanya kamu yang aku inginkan. Rasanya ada satu lirik lagu yang pas untuk suasana hari ini.

'All i want is just to stay..' One Only - Pamungkas.

**

Di tempat lain, Val tengah duduk ditepi ranjang setelah selesai mebersihkan diri. Ia menyentuh dada kirinya sendiri, merasakan detak jantungnya yang sedari awal bertemu Teo selalu berdegup kencang.

"Kenapa.. Perasaan ini harus ada lagi saat semuanya sudah terlambat?" Gumamnya.

Val menatap jendela besar didepannya, yang menghadap langit langit malam. Pemandangan indah bertabur bintang, bulan bersinar terang seakan mendukung suasana hatinya yang berbunga bunga.

"Apa jika, aku ingin bersamanya lagi diperbolehkan? Tapi.."

Val menatap perut ratanya sendu, dia berpindah memandang bukan purnama dilangit sana. Dengan perlahan dia menggelengka kepala, tertawa miris dengan apa yang baru saja dia pikirkan.

"Jangan aneh aneh Val, kamu sendiri aja tahu kalau dia bukan lagi milikmu. Emang kamu mau dia tersakiti lagi cuman gara gara keegoisanmu sendiri?" Monolog Val.

Satu tetes air mata lolos melewati pipi, Val terkejut saat merasakan rasa sesak menghujam uluk hatinya. Sudah lama ia merasakan rasa sesak ini, setiap hari dia selalu merasa bersalah terhadap Teo yang sudah ia tinggalkan tanpa alasan.

"Maaf Teo, jujur aku masih sangat berharap kita bisa bersama. Tapi aku tahu, semua akan percuma karena semua sudah terlambat diperbaiki." Lirih Val meremas rasa sakit didadanya.