webnovel

Chapter 4

A clown

Chapter 4 :

"Heh Teo!" Panggil Lee berbisik, tapi yang dipanggil hanya diam membisu.

"Ni anak malah bengong," Gerutu Lee dalam hati.

Seketika Lee menginjak kaki Teo untuk menyadarkan. "Oh hai!" Secara Repleks Teo membalas sapaannya dengan singkat.

Ya tuhan dia masih tetap cantik seperti dulu, jantung Teo kini berdegup kencang. Seketika dirinya bingung harus melakukan apa. Kikuk, itulah yang sedang Ia rasakan.

"Hai Val, bagaimana kabarmu?" Tanya Jane mencairkan suasana.

Yap namanya Valerie Margaretha. Anak pertama dari dua bersaudara, Teo biasa memanggilnya dengan sebutan Val atau sayang semasa dulu.

"Baik Jane. Bagaimana kabarmu sendiri?" Tanya Val dengan suara halus.

"Seperti yang kamu liat aku ya begini,"

"Val lo masih cantik ya dari dulu? Kesini bukannya tua malah makin bening," Puja Joo dengan santai.

Val hanya tersenyum tipis.

"Bagaimana kabarmu Teo?" Tanya Val meliriknya kali ini.

Teo masih diam dan tidak berkata apa apa, dirinya bingung harus bagaimana. Perasaan senang, sedih, terharu bercampur aduk melihat sang Mantan didepan mata, tiba tiba Lee menyikut tangannya.

"E-eh ya?" Tanya Teo seketika tersadar dari lamunan.

"Aku tanya, bagaimana kabarmu?" Ucap Val mengulang pertanyaanya.

"O-oh ya ba-baik," Jawab Teo terbata bata, sumpah demi apapun Teo terlihat gugup,

"Jangan terlihat menyedihkan Teo, lo harus profesional di depan mantan!" Ucap Teo menekan batin dalam hati.

"Ini kok anak anak tongkrongan kita pada nggak ada ya?" Tanya Val melirik sekitarnya.

"Pada sibuk." Jawab Lee singkat, Teo paham kenapa Lee menjawab dengan ketus.

"Ouhh.." Sahut Val sambil mengangguk anggukan kepala.

Ada perasaan aneh dalam hati Teo. Perasaan senang karena bisa bertemu dengan Val dan perasaan sakit yang teramat sakit mengingat Val pernah meninggalkannya tanpa kejelasan. Itu mengakibatkan Teo menjadi Sad Boy selama beberapa tahun lamanya.

Obrolan kembali berlanjut, kami mengobrol satu sama lain. Dibalik obrolan diam diam Val memperhatikan Teo. Entah apa yang dipikirkannya. Teo menyadari akan hal tersebut, tanpa sengaja tatapan mereka bertemu, seketika Teo mengalihkan pandangan. Astaga kalau sudah jadi mantan cantik nya nambah.

"Teo!" Val memanggil.

"Iya?" Jawabnya singkat.

"Bisa ikut sebentar? Ada yang harus aku omongin," Kata Val.

Jantung Teo kembali berdegup kencang, seketika pula muncul pertanyaan pertanyaan dibenaknya. "Ada apa ini? Apa mau ngajak balikan ya?" Pikir Teo ngawur, tapi siapa tahu kan?

"Oh oke."

Kami berjalan keluar menuju arah parkiran, sementara itu Lee memperhatikan Teo dan Val yang berjalan keluar dari cafe.

"Teo," Val memanggil.

"Iya kenapa?" Tanya Teo.

"Sebelumnya aku ingin minta maaf," Ungkap Val. Teo tahu arah pembicaran ini akan kemana.

"Aku tau aku gak berhak datang lagi ke kehidupan kamu, tapi.." Val menggantung kalimatnya.

"Nggak Val, justru aku senang kamu datang lagi setelah sekian lama. Walau jujur begitu sakit rasanya saat aku nginget kepergian kamu dulu," Jelas Teo dalam hati.

"Kamu masih ingat awal pertemuan kita bagaimana?" Tanya Val beralih menatap langit malam diatas sana.

"Iya, aku masih ingat." Jawab Teo.

Bagaimana Teo lupa akan hal itu, ayolah apa yang mau dia bicarakan? Jangan mengulur waktu seperti ini, bisa bisa Teo mati penasaran.

"Makasih ya Teo, dulu kamu sering banget dukung aku. Selalu perhatian, walau aku ngeyel orangnya dan kamu tetep sabar ngadepin aku yang absurd. Aku gak nyangka orang dengan sikap dingin seperti kamu ternyata mempunyai sisi hangat," Ingin rasanya berkata kalau obrolan Joo tentang Adolf Hitler tadi lebih absurd dari tingkah Val sekarang.

"Teo sejujurnya-"

'Drrrrrt drrrtt..'

Suara handphone berbunyi, Val mengangkat telponnya.

"Halo Ma? Mama udah sampai? Oh Mama di Hotel mana? Iya Val kesana sekarang,"

"Teo, maaf Mamaku udah dateng. Aku harus pergi dulu, Maybe Next time ya!" Jelas Val.

Dan terjadilah kisah Ghosting terulang kembali.

"Oh oke gapapa," Jawab Teo.

"Daaah Teoo!" Ucap Val setengah berteriak melambaikan tangannya sambil berjalan menuju mobil yang terparkir tak jauh disana.

Teo hanya bisa melambaikan tangan dan melihat Val yang semakin menjauh dengan mobilnya. "Hahhh.." Teo menghembuskan nafas berat, mungkin belum waktunya.

Kenapa dirinya tadi terlalu berharap jika Val akan mengajak balikan? Ah sudahlah jangan dipikirkan. Teo berjalan kembali menuju dalam Cafe.

"Ngomongin apaan lo berdua?" Tanya Lee tiba tiba.

"Kepo banget lo jadi orang," Jawab Teo kesal sambil meminum Caramel Mocha yang dia pesan tadi.

"Oh ya Teo. Gua denger dari Jane katanya perusahaan lo mau ngebangun rumah yayasan untuk anak anak yatim di daerah Stein ya?" Tanya Joo.

"Belum tentu Joo, masih banyak tempat rekomendasi lain nya kok," Jelas Teo.

"Lo yakin didaerah sana?" Tanya Lee berbisik.

"Belum yakin Lee," Jawab Teo.

Dari teman teman Teo lainnya hanya Lee yang tau sesuatu tentang daerah bernama Stein dan Teo. "Udahlah gua mau pulang dulu," Ucap Teo beranjak bangun dari kursinya.

"Eh lo mau pulang? Baru jam 10 kaya anak kecil aja," Canda Joo.

"Bacot Joo. Gua sibuk ga kaya lo," Ucap Teo kesal mengikuti gaya bicara Lee tadi. Joo hanya terkekeh, dasar tukang bercanda.

"Teo aku ikut pulang bareng ya?" Pinta Jane.

"Lho lo gak bawa mobil?" Tanya Teo.

"Nggak,"

"Yauda ayok!" Jawabnya singkat.

"Gua pulang dulu ya bye!" Ucap Teo sambil berjalam meninggalkan Cafe.

"Dadah gantengnya aku!" Sahut Joo bercanda.

Anak sialan, jika terdengar orang lain pasti bahaya. Akan menimbulkan pikiran yang aneh aneh. Didalam mobil Teo tidak banyak bicara, pikirannya masih tertinggal di Cafe tadi, dia penasaraan apa yang mau Val sampaikan padanya.

"Lo gapapa Teo?" Tanya Jane.

"Hah? Oh iya gapapa," Jawab Teo.

"Lo kaya yang banyak pikiran deh,"

"Kemari kemarin aku kamu, sekarang lo gue. Maunya apa si?" Ujar Teo terkekeh menggelengkan kepala.

"Ya gak papa, pengen aja." Jawab Jane polos.

"Yah mau gimana lagi CEO memang banyak kerjaan Jane," Jawab Teo.

"Bukan itu yang gue maksud Teo.. Lo dari kemarin banyak ngelamun tau gak?"

Teo diam.

"Gua denger dari Lee, lo mau dijodohin kan?" Tanya Jane serius.

Ah, Lee sialan ngomong apa aja dia ke Jane? "Jane, maaf tapi itu hal privasi jangan dibahas." Sahut Teo.

Memang Teo tidak ingin membahasnya, astaga Moodnya makin hancur. "Oke, maaf kalo gitu," Ucap Jane.

Selebihnya kami berdua tidak banyak bicara, Teo lebih memilih diam begitu pun dengan Jane. Dia lebih memilih sibuk dengan laptopnya, mungkin sedang mengerjakan pekerjaan? Terkadang Teo kasihan dengan Jane dan juga pegawai lainnya, mereka harus tetap bekerja meski sudah lewat jam kerja kantor.

"Makasih ya Teo," Ucap Jane ketika mereka sampai didepan pekarangan rumah wanita itu.

"Iya Jane sama sama,"

"Lo kalo ada masalah bisa curhat ke gue kok," Usul Jane.

"Iya iya, udah lo masuk istirahat kalo besok telat masuk kantor gua potong gaji lo," Peringat Teo.

"Ish galak bener." Dengus Jane.

"Dah gua pulang dulu bye!"

"Iya hati hati dijalan!" Sahut Jane.

Beberapa menit berlalu dan jalanan yang tadinya macet sudah mulai sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang melaju dijalanan. Didalam mobil, Teo masih penasaran dengan kejadian tadi di parkiran Cafe. Sial sekali kenangan mulai kembali menyerang pikiran.

'..Have i told you lately

That i miss you badly

Sometimes i wish

That i could still call you mine

Still call you mine

Now all I've got is

The stain on my blue jeans

The only way i cloud remember

That your were once mine..'

Blue Jeans - Gangga Kusuma. Sepertinya lagu tersebut bisa menggambarkan perasaan Teo sekarang.

Sesampainya dirumah Teo membersihkan diri dengan mandi air hangat, lalu setelah itu makan dan kembali kekamar.

'Tik tok tik tok'

Suara jam dinding terdengar menguasai ruangan disetiap sudut rumahnya.

"Aargghhhhhh! Penasaran banget gua, mau ngomong apa coba si Val?"

"Gak tahu apa gue sampai deg degan kayak gini?" Teo kesal.

Memang benar, hanya wanita yang mampu menggoyahkan hati seorang pria yang punya prinsip tinggi seperti Teo. Lihat saja betapa bodoh tingkahnya malam ini saat bertemu dengan Valerie Margaretha. Mantannya dulu.

"Apa chat aja ya?" Tanya Teo dalam hati pada dirinya sendiri.

Lalu beberapa menit kemudian teringat, bahwa Teo tidak mempunya nomor Val. "Tuh kan.. bego si lo Teo. Udah tahu cuman sekali ketemu tadi, gak punya nomor nya kan lo sekarang?" Teo bermonolog sendiri menyalahnya dirinya yang bodoh.