Setelah mereka keluar dari ruangan tersebut, Pak Nathan yang sebagai kakaknya Angga merasa ada yang berbeda dari adiknya. Seperti tidak biasanya.
"Aku gak tahu apa firasat ku benar atau tidak, yang pasti aku selalu mendoakan yang terbaik buat mu Angga."
Angga dan Lidya pun sampai di taman, sebenarnya Angga yang memaksa Lidya untuk ke sini. Mereka berdua memutuskan untuk duduk di kursi taman yang berada sedikit jauh dari keramaian. Angga ingin agar taman ini milik mereka berdua saja.
"Angga gue mau ngomong serius sama lo." Lidya membuat pembicaraan dengan muka serius.
"Heum. Apaan sayang? Mau tanya apa?" Jawab Angga dengan suara lembutnya.
Lidya langsung menetralkan detak jantungnya yang sedang berdetak kencang, kenapa sifat Angga jadi begitu manis sekarang.
"Angga ini beneran kita pacaran? Gue masih gak nyangka ya, kok kayak cepat banget kita pacaran." Lidya berbicara dengan wajah bingungnya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com