webnovel

Chapter 26

Hari ini Teo mendengar kabar, bahwa Joo telah menemukan siapa dalang dibalik kecelakaan papanya. Hati Teo hancur, kini ia hanya bisa bersedih mengingat betapa malangnya nasib sang ayah.

Matahari mulai menunjukan pesonanya, ia bersinar terang memberi semangat kepada penduduk bumi. Tapi ada satu yang tidak bersemangat sama sekali hari ini.

Ia terlihat sangat kacau dan lesuh karena kejadian kemarin di rumah sakit, seakan-akan semua energinya terkuras habis saat itu juga.

Teo bangun dari tempat tidurnya, ia tertidur tanpa ganti baju terlebih dahulu. Kepalanya terasa sangat berat karena banyak pikiran akhir-akhir ini. Ia berjalan menuju arah kamar mandi seperti mayat hidup, tak ada semangat dalam dirinya.

Setelah mandi Teo memakai pakaian seadanya, ia hanya memakai kemeja putih dan jas hitam. Tanpa memakai dasi dan jam tangan seperti biasanya.

Lalu turun ke lantai bawah untuk sarapan. "Loh tumben pakaiannya kaya gini?" Tanya mama keheranan karena biasanya Teo terlihat rapih dan fresh, tapi pagi ini ia terlihat kacau dan lesuh.

"Gapapa ma cuman lagi males aja." Kawab Teo yang langsung mencomot makanan yang ada di depannya.

"Kamu gak ada masalah lagi kan di kantor?" Tanya mama khawatir karena anaknya hari ini sangat berbeda.

"Ngga ada kok, cuman lagi banyak kerjaan aja jadi males." Jawab Teo berusaha menenangkan mamanya.

Teo tidak mungkin memberitahu kebenaran jika mendiang suami mamanya itu tewas karena pembunuhan berencana. Yang ada mamanya akan histeris dan stress, Teo tidak mau itu terjadi. Sebisa mungkin ia harus tetap menyembunyikan kebenaran sampai dalang di balik kejadian ini terungkap.

"Oh ya kamu waktu itu sama Lala pergi kemana?" Tanya mama teringat jika mereka pergi berdua menggunakan pakaian yang rapih.

"Lala mau ketemu gebetannya, terus ngajak Teo buat nemenin." Jawab Teo sama sekali tidak bersemangat.

"Hah Lala punya pacar, serius?!" Tanya mama kaget mendengar anak bungsunya punya pasangan.

"Bukan pacar, baru gebetan Teo belum setuju dan Lala belum tentu mau." Jawab Teo memberi kejelasan terkait hubungan Lala.

"Loh kenapa? Emang orangnya kaya gimana?" Tanya mama penasaran dengan sosok laki-laki yang sedang mendekati putri kecilnya.

"Mama tau Ben Hadman temen Teo sewaktu SMA dulu?" Tanya Teo.

"Tau, temenmu yang dulu sering kesini buat main sama Lee kan?" Mama balik bertanya untuk meyakinkan jawabannya.

"Iya, nah yang deketin Lala itu adiknya Ben. Namanya Abigail Hadman." Ungkap Teo memberitahu nama yang mendekati Lala.

Mama terkejut mendengar siapa yang sedang mendekati anaknya. "Serius? Berarti yang ngedeketin Lala tentara dong." Ucap mama seakan tidak percaya.

"Iya, dia tentara berpangkat kapten. Dia kurang lebih seumuran sama Lala." Ucap Teo membenarkan pertanyaan mamanya.

"Hebat ya umur segitu udah jadi kapten, temenmu aja yang seumuran baru jadi letkol."

Yang dimaksud mama adalah Ben yang baru saja naik pangkat setelah pulang dari tugas di luar negeri.

"Yah sepertinya Abigail lebih pintar dari Ben." Kata Teo.

"Mama kira waktu itu Lala mau ketemu temennya ternyata bukan." Ucap mama masih tidak percaya.

"Teo berangkat dulu." Ucap Teo berpamitan berangkat ke kantor.

Teo melangkah keluar menuju garasi lalu pergi menggunakan mobil.

Drrttt drrtttt.

Suara panggilan masuk.

"Halo kenapa?" Tanya Teo cuek.

"Nitip dong kayak biasa, udah lama gak nitip kopi pagi." Pinta Jane.

"Iya." Jawab Teo tidak bersemangat sama sekali lalu menutup teleponnya.

Mobil itu melaju di jalanan kota, matahari bersinar sangat indah hari itu tapi dalam pandangan Teo hari itu sangat suram.

Teo berbelok sebentar membelikan Jane kopi di tempat seperti biasa. Dai kejauhan ia melihat seseorang yang sepertinya ia kenal.

Orang tersebut sedang meminum kopi di pinggir kaca besar, sepertinya ia sedang sibuk dengan pekerjaan atau semacamnya karena pandangannya tertuju ke laptop.

Teo menghampiri orang itu lalu menyapanya. "Sendirian aja?" Tanya Teo duduk di depannya.

Orang itu terkejut saat Teo duduk tepat di depannya. "Eh kok lo disini?" Tanya Amel keheranan saat melihat Teo.

"Yah gua mampir aja kesini beli kopi sebelum ke kantor." Jawab Teo.

"Ohh." Sahut Amel mengangguk lalu tidak bereaksi sama sekali ia tetap fokus dengan laptopnya.

"Lo lagi sibuk kerja ya?" Tanya Teo penasaran karena baru pertama kali melihat Amel begitu serius.

"Iya gua lagi banyak kerjaan hari ini, gua harus ngedesain ulang baju." Ucap Amel menjelaskan.

Teo lupa jika Amel adalah seorang desainer. "Oh coba gua lihat." Ucap Teo penasaran dengan desain Amel.

Amel memperlihatkan desain pakaian yang sedang ia buat. "Uumm menurut gua ini udah bagus sih." Ucap Teo memuji karya Amel.

"Iya gua juga mikir gitu, tapi masih ada yang kurang sih menurut gua." Jawab Amel.

"Apanya yang kurang?" Tanya Teo penasaran karena dirinya tidak tahu.

"Ini." Tunjuk Amel mengarah ke bagian lengan baju.

"Menurut gua kurangnya disini, ini terlalu kecil seharusnya gua bikin agak lebar dikit." Kata Amel menjelaskan.

Teo tidak berkomentar apa-apa karena menurutnya sama saja tidak ada bedanya.

Kelihatannya Amel memang sedang sibuk ia tidak tega untuk menjaili Amel agar moodnya kembali. "... Nah jadi ini tuh sebenarnya bisa dibikin lebi-" Omongan Amel terhenti.

Ia lalu melirik ke arah Teo yang sedang memainkan handphonenya. "Tumben lo pake pakaian kaya gini." Sindir Amel, ia baru sadar jika Teo berpakaian seadanya.

"Yah lagi males dandan aja sih." Jawab Teo cuek.

"Lo ada masalah?" Tanya Amel penasaran, karena sebagai seorang desainer ia tahu betul jika pakaian mempengaruhi seseorang yang memakainya.

Kali ini Teo tiba-tiba saja berpakaian seadanya. Menggunakan kemeja putih, jas hitam dan tidak menggunakan jam tangan.

"Nggak, gua lagi banyak kerjaan aja jadi males buat dandan." Jawab Teo berusaha mengelak.

Amel diam saja, sebenarnya ia sangat peka jika Teo sedang ada yang menganggu pikirannya tapi ia lebih baik diam tidak bertanya lagi.

"Atas nama Teo." Ucap barista itu memberi tahu jika pesanannya sudah siap.

"Gua berangkat dulu, pesanan gua udah jadi." Ucap Teo berpamitan.

Amel yang melihat Teo hari ini penasaran, sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan Teo? Teo melangkah keluar tempat tersebut lalu kembali melanjutkan perjalanannya menuju kantor.

Sesampainya di kantor, Teo langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Jane yang melihat Teo sudah sampai di kantor lalu menghampiri ruangan Teo untuk mengambil pesanannya.

"Mana pesenan gua?" Tanya Jane.

"Tuh." Jawab Teo menunjuk bingkisan yang ada di depan mejanya.

Jane mengambilnya. "Asekk makasih." Ucap Jane senang.

Tapi Teo tidak menjawab ucapan Jane, ia langsung fokus dengan laptopnya.

"Heh kenapa lo?" Tanya Jane penasaran dengan tampilan Teo yang benar-benar seadanya.

"Apanya?" Teo balik bertanya.

"Tumben lo gak seadanya aja ke kantor." Ucap Jane.

"Gapapa lagi males dandan aja." Jawab Teo cuek.

Sudah tiga orang hari ini yang mengomentari penampilan Teo.

"Oh ya btw gimana lo udah dapet info lainnya?" Tanya Jane penasaran, karena seingatnya kemarin Teo pernah bilang jika ia sudah menemukan orang yang ia cari.

"Jane gua mohon jangan ganggu gua hari ini, gua bener-bener gak mood." Jawab Teo serius.

Bukannya kemarin ia ingin Jane berada di samping nya? Tapi kenapa hari ini ia malah memilih untuk sendiri?

"Oh oke sorry, take your time." Ucap Jane lalu keluar ruangan.

Teo tidak bermaksud untuk mengusir Jane. Tapi setiap ia ingat kejadian kemarin di rumah sakit, ada rasa kepedihan dalam dirinya. Apalagi ditambah fakta yang sudah Joo jelaskan sebelumnya padanya, rasanya ia tak mampu menopang ini sendirian tapi juga tak mau membuat gadis itu terus menerus terbebani oleh kehidupannya.