webnovel

Chapter 24

Terlihat lampu kerlap kerlip dari kejauhan, Teo sangat beruntuk karena malam ini tidak mendung sehingga kota terlihat jelas dari dataran tinggi.

Begitu pula dengan bintang, mereka bersinar memancarkan cahaya di tambah dengan cahaya bulan purnama menambah keindahan langit malam itu.

Amel begitu menikmati suasana nya. "Syukurlah jika ia menyukainya." Ucap Teo dalam hati. Karena jika Amel tidak suka dirinya malah akan repot, sudah jauh jauh malah nanti minta pulang.

"Lo sering kesini?" Tanya Amel.

"Yah lumayan sih kalo pengen nikmati suasana gua ke sini." Jawab Teo.

Tempat ini dulu sering ia datangi jika sedang merindukan Val yang hilang, biasanya ia datang sendiri atau ditemani Lee hanya untuk sekedar mengobrol atau melihat pemandangan sekitar.

"Gila ya bisa liat kota dari sini keren banget." Ucap Amel antusias saat melihat keindahan kota malam itu.

Mereka berdua berada di balkon lantai dua cafe yang menghadap ke arah kota. Cafe itu mempunyai interior yang unik seperti rumah pohon, terdapat ruangan indoor dan outdoor.

Di lantai bawah ada taman yang lumayan luas bisa untuk menampung sekitar 20 orang, biasanya jika weekend di taman tersebut banyak orang yang nongkrong dengan lesehan karena memang tidak ada kursi.

Taman itu terbuat dari rumput sintesis dengan bantal sebagai tempat duduknya. Di atasnya terdapat lampu kuning yanh membentang panjang menghiasi nya.

Teo melihat mata Amel yang berbinar, ia seakan sangat takjub dengan kecantikan kota malam itu.

"Lo liat itu." Tunjuk Teo ke arah langit.

"Bintang?" Tanya Amel bingung.

"Iya itu rasi bintang sagitarius." Jawab Teo.

"Lalu?" Amel kembali bertanya.

"Nah lambang zodiak dari sagitarius itu centaur." Jawab Teo.

"Centaur itu apa?"

"Centaur itu makhluk mitologi dengan kepala, tangan, dada manusia sedangkan badan nya kuda." Jawab Teo.

Amel hanya mengangguk seakan mengerti apa yang di jelaskan Teo. "Dulu para pelaut sebelum adanya gps seperti sekarang, mereka menentukan arah mata angin melalui rasi bintang." Ucap Teo memberi pengetahuan kepada Amel.

"Caranya bagaimana?" Tanya Amel penasaran.

"Kita tinggal menarik garis lurus antar bintang ke bintang maka sebuah konfigurasi terbentuk, contoh nya rasi bintang crux yang menunjukan arah selatan, jika musim kemarau rasi bintang ini sangat mudah di temukan." Jawab Teo menjelaskan walau tidak detail.

Amel hanya memandang saja, entah apa yang ia pikirkan saat Teo memberi tahu tentang rasi bintang.

Terkadang kita hanya perlu orang yang bisa menghargai kita, tidak penting orang itu mengerti semua yang kita ucapkan. Asal ia bisa mendengar dengan baik maka sudah cukup.

"Lo sesuka itu sama bintang?" Tanya Amel dengan tangan menopang pipi.

Teo melihat ke arah Amel lalu tersenyum. "Ya gua sesuka itu sama bintang." Jawab Teo.

"Kenapa?"

"Entah, gua suka aja terkadang orang orang takut malam karena gelap tapi gua kebalikan nya. Padahal dibalik gelapnya malam kita bisa melihat indah nya cahaya bintang dan bulan." Jawab Teo.

Bagi Teo malam mempunyai filosofi tersendiri, di saat orang memiliki masa paling gelap dalam hidupnya. Masih ada cahaya walau setitik yang menerangi hidupnya.

Begitu juga dengan malam, segelap apapun malam pasti ada bintang dan bulan menyinari.

"Selain bintang apa yang lo suka?" Tanya Amel penasaran.

"Selain itu gua suka hujan." Jawab Teo.

"Loh kenapa? Padahal hujan tu dingin."

"Haha iya memang hujan itu dingin, tapi bagi gua hujan itu bisa menjadi hiptonis alami. Tiba tiba saja jadi tenang kalo liat hujan." Ucap Teo.

"Tapi hujan nya yang gerimis gitu ya bukan yang badai." Lanjut Teo memberi disclaimer.

"Iya iya gua paham." Jawab Amel.

"Lo tau ga, kalo air hujan menyentuh tanah dan mengeluarkan aroma itu ada nama nya." Ucap Teo.

"Oh ya? Apa namanya." Tanya Amel karena dia baru tahu.

"Namanya petrichor." Jawab Teo.

Tiba tiba Teo teringat sebuat kutipan lagu dari Eurythmics yang berjudul. 'Here comes and rain again.' (1983)

"Here comes the rain again, falling on my head like a memory. Falling on my head like a new emotion." Isi kutipan lagu tersebut.

Yang menggambarkan perasaan banyak orang ketika hujan turun, dan aroma petrichor ini lah yang bertanggung jawab atas perasaan emosional banyak orang yang mencium nya.

"Lo tau soal ginian dari mana sih?" Tanya Amel penasaran.

"Gua baca buku." Jawab Teo simple.

Ternyata bukan omongan belaka jika Teo suka membaca buku. "Sesuka itu lo sama buku." Ucap Amel keheranan karena dirinya tidak suka membaca.

"Yap, awalnya waktu umur 9 tahun gua iseng iseng baca buku astronomi, eh taunya malah kecanduan baca buku sama suka liatin benda benda langit pas malam hari." Jawab Teo.

Lagi lagi Teo menjelaskan semuanya tanpa diminta.

"Selain buku astronomi lo suka baca buku apalagi?" Tanya Amel karena dirinya semakin penasaran dengan apa yang dibaca Teo.

"Gua suka baca antropologi, sejarah terlebih sejarah yunani, romawi dan timur tengah entah kenapa suka aja bacanya." Jawab Teo.

"Kaya tadi yang gua omongin tentang centaur, itu makhluk mitologi dari yunani." Lanjutnya.

Teo terus bercerita tentang apa yang dia suka malam itu, mulai dari menceritakan kisah 12 misi hercules, asal usul perang dunia pertama sampai dengan sejarah keluarganya sendiri.

Dan Amel sangat senang mendengar Teo bercerita walau ada beberapa bagian yang ia tidak mengerti, tapi Teo kembali menjelaskan dengan senang hati.

"Bokap gua dulu ga sekaya sekarang, dia buat bisnis pertama kali saat masih kuliah sama paman paman gua yang lain." Ucap Teo menceritakan keluarganya.

"Oh ya? Gua kira kekayaan keluarga Danuarta itu dari kakek lo." Ucap Amel.

"Sebagian kekayaan iya dari kakek gua, tapi yang membesarkan perusahaan sampai sekarang itu bokap gua di bantu oleh paman paman gua yang lain." Jawab Teo.

"Oh ya boleh gua tanya satu hal?" Ijin Amel.

"Boleh." Jawab Teo singkat.

"Bagaimana hubungan lo sama cewe itu sekarang?" Tiba tiba Amel bertanya tentang Val.

"Entah gua juga bingung." Jawab Teo.

"Kenapa?"

"Dulu dia tiba tiba ninggalin gua dan sampai sekarang gua ngga tahu alasan nya apa."

"Apa lo udah coba nanya?" Tanya Amel.

Teo menggelengkan kepalanya. "Belum gua belum nanya apapun." Ucap nya.

"Secinta itu lo sama dia?" Tanya Amel.

Teo tersenyum. "Gua juga ngga tau, mungkin karena dia cinta pertama gua jadi lebih berkesan untuk gua." Jawab Teo.

"Lo mulu yang nanya, gantian gua yang nanya." Ucap Teo.

Amel hanya diam. "Lo udah pernah pacaran?" Tanya Teo penasaran.

"Belum, gua belum pernah pacaran atau apapun itu." Jawab Amel.

"Loh kenapa? Gua pikir lo sering ganti ganti pacar." Ucap Teo seakan tidak percaya.

"Mata lo, gini gini gua belum punya pacar. Mami gua terkalu protektif soalnya." Jawab Amel.

"Tapi ada dong orang yang lo suka dulu?" Teo kembali bertanya.

"Ada." Jawab Amel malu malu.

"Siapa siapa." Tanya Teo antusias untuk mendengarkan cerita Amel.

"Jangan kepo deh lo." Jawab Amel karena tidak ingin menceritakan nya.

"Dih lo curang sendiri, dari tadi gua yang ngomong sana sini lo cuman diem dengerin doang." Jawab Teo tidak terima.

Tanpa disadari malam itu mereka berdua menjadi dekat satu sama lain.