webnovel

Chapter 23

Sore tiba matahari mulai terbenam, seakan-akan bulan berkata. "Gantian cok."

Teo bergegas menjemput Amel di rumahnya, sepanjang jalan ia mendengarkan lagu dari band favoritnya Reality Club yang berjudul.

"I wish i was your joke."

".... Well the faster that you come the sooner that you leave i must-"

Drrrttt drrrtttt.

Nyanyian Teo harus terpotong karena ada yang menelpon. "Apa?" Tanya Teo agak ketus karena terganggu.

"Udah berangkat belum?" Tanya Amel.

"Udah lagi di jalan." Jawab Teo.

"Oke."

"Cih ganggu orang lagi enjoy aja ni anak." Ucap Teo.

Tak berselang lama Teo sampai di depan rumah Amel. "Eeh ada calon menantu." Ucap Tante Fania ketika melihat Teo.

"Halo Tante." Sapa Teo ramah.

"Masuk dulu masuk Amel lagi di kamarnya." Ucap Tante Fania menyuruh Teo masuk.

Teo pun masuk ke dalam rumahnya lalu duduk di sofa yang ada di ruang tengah. "Mau minum apa Teo? Kopi, teh atau jus?" Tanya calon mertuanya menawarkan minuman.

"Nggak perlu repot-repot tante hehe." Jawab Teo karena ia tidak akan lama berada disini.

"Gak papa, tante bikinin kopi yaa tunggu sebentar." Lalu Tante Fania pergi ke arah dapur untuk menyiapkan minumannya.

Tiba-tiba seorang perempuan menyusul lalu berkata. "Sama saya aja Bu." Ucapnya menawarkan bantuan.

"Udah gak papa, saya sendiri yang bikin ini khusus untuk calon menantu saya." Jawab Tante Fania. Rupanya yang tadi menyusul adalah asisten rumah tangga.

"Oh itu calonnya kak Amel?" Tanya perempuan tersebut.

"Iya itu calonnya Amel, cakep kan?" Tante Fania balik bertanya.

Perempuan itu lalu mengangguk. "Saya minta bantu, panggilin Amel ya bi, bilang aja Teo udah di bawah gitu." Ucap Tante Fania.

"Iya Bu." Jawab perempuan itu, tanpa basa-basi ia langsung meluncur ke kamar Amel di lantai dua.

Tok Tok Tok.

"Iya siapa?" Tanya Amel di dalam kamarnya.

"Maaf kakak Amel, di bawah sudah ada orang yang menunggu." Jawab perempuan itu.

"Siapa ya Bi?" Amel balik bertanya.

"Kata ibu namanya Teo."

"Oh iya tunggu sebentar gitu."

"Baik."

Perempuan itu langsung turun ke lantai satu untuk melanjutkan pekerjaannya. "Amelnya mana bi?" Tanya Tante Fania.

"Katanya tunggu sebentar bu." Jawabnya.

Tante Fania mengangguk, lalu perempuan itu pamit undur diri untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Teo ini di minum dong kopinya masa ngga di minum." Ucap Tante Amel.

"Iya tante hehe." Ucap Teo tapi tidak meminum kopi yang ada di depan.

"Oh ya tante liat klarifikasi kamu kemarin." Icap Tante Fania.

"Kenapa kamu gak ngomong aja kalau udah tunangan sama Amel?" Lanjutnya.

Teo sudah menduga cepat atau lambat ia akan di tanya seperti ini. "Maaf tante Teo ngga ngomong hal itu, karena kalau pun Teo ngomong udah tunangan. Publik akan berpikir bahwa itu hanya settingan agar meredam opini publik, Teo ngga mau kalo nama Amel dan keluarga Tante Fania tercoreng akan hal itu." Jawab Teo menjelaskan.

"Ternyata kamu berpikir sampai situ ya, gak salah tante udah milih kamu jadi calon mantu tante." Ucap Tante Fania sambil tersenyum.

"Iya tante." Jawab Teo.

"Tante tinggal dulu ya, itu di minum kopinya." Ucap Tante Fania lalu pergi dari ruang tengah entah kemana.

Teo mengambil gelas yang berisi kopi di meja lalu meminumnya. "Hmm arabica ya." Ucapnya setelah mengetahui cita rasa kopinya.

"Udah lama nunggu?" Tanya Amel saat turun dari tangga.

"Lama lo daritadi gua di sini." Jawab Teo ketus.

"Yee sabar napa cewe kan butuh dandan." Ucap Amel kesal.

"Oh ya mami gua kemana ya?" Tanya Amel karena perasaan tadi dia mendengar suara mami sedang mengobrol dengan Teo.

"Tadi sih gua liat keluar gak tau kemana." Jawab Teo.

"Oh yaudah lah, yuk keburu malem ntar." Ucap Amel sambil melangkah keluar.

Teo pun mengikuti dari belakang. "Gak mau bukain pintu buat gua nih?" Tanya Amel saat di depan mobil Teo.

"Buka sendiri lo punya tangan." jawab Teo yang langsung masuk ke dalam mobilnya, Amel pun mengikuti langsung masuk ke dalam mobil.

Mobil yang mereka kendarai melaju di jalanan komplek menuju pintu keluar. "Oh ya mau kemana ini?" Tanya Teo karena tidak tahu tujuan.

"Terserah gimana lo aja." Jawab Amel. Teo merasakan akan adanya adu mulut yang sangat sengit kali ini.

"Ya gimana lo lah kok gimana gua." Jawab Teo kesal karena Amel menjawab terserah.

"Lah lo kan yang mau beli baju, seharusnya lo tau dong mau kemana." Ucap Amel tak mau di salahkan.

"Beli baju apaan?" Tanya Teo keheranan.

"Ya lo mau beli baju apa, malah balik nanya ke gua." Jawab Amel.

"Siapa yang mau beli baju anjir." Ucap Teo yang langsung menghentikan mobil di pinggir jalan.

"Loh kata mami gua, lo minta anter buat beli baju?" Tanya Amel dengan wajah bingung.

Keduanya saling bertatapan dengan ekspresi kebingungan, sepertinya ini hanya akal-akalan kedua orang tua itu agar anak-anaknya pergi jalan-jalan.

"Astaga." Ucap Teo kesal karena terjebak permainan mamanya.

"Kenapa lo? Ayo cepetan malah berhenti di sini." Ucap Amel keheranan karena Teo tiba-tiba menghentikan mobilnya.

"Mami lo ngomong apaan kemarin?" Tanya Teo penasaran dengan apa yang di ucapkan Tante Fania kepada Amel.

"Katanya lo ketemu mami gua secara gak sengaja di mall, terus lo ngomong ke mami buat gua minta anter lo beli baju." Jawab Amel.

"Anjer lah." Ucap Teo kesal.

"Emang kenapa?" Tanya Amel karena tidak tahu apa-apa.

"Mama gua ngomong katanya lo yang minta anter." Ucap Teo.

"Loh kok beda sama yang mami gua omongin sih?" Tanya Amel.

Teo menyandarkan badannya ke kursi, tampak ekspresi bingung tempampang jelas di wajahnya.

"Kenapa sih ada apa?" Tanya Amel yang masih tidak mengerti dengan situasi yang ada.

"Lo kena bohong sama Tante Fania, begitu juga gua yang kena bohong sama mama." Jawab Teo.

"Oh iya baru ngeh." Ucap Amel.

Teo tak kuasa melihat Amel yang lemot, rasanya ingin tak hiiiii gregetan.

"Terus apa tujuan mereka bohongin kita?" Tanya Amel.

"Ya biar kita jalan bego gitu aja masih nanya kesel lama lama gua kalo sama lo." Jawab Teo emosi dengan kelemotan Amel.

"Heh ngapain lo ngatain gua." Ucap Amel tidak terima.

"Lo lemot anjerr." Jawab Teo gregetan.

"Lo ngomongnya belibet." Ucap Amel tak mau kalah.

"Dih anjir lo tuh yang-"

Teo menghentikan ucapannya karena ia merasa akan berbuntut panjang jika dirinya membalas omongan Amel.

"Yaudah lah." Ucap Teo lalu melanjutkan perjalanan.

"Loh mau lanjut kemana ini?" Tanya Amel.

"Udah ah ikutin aja jangan banyak omong, udah di jalan juga nanggung." Jawab Teo fokus menyetir.

"Heh mau bawa gua kemana lo? Jangan aneh-aneh ya gua pites pala lo." Ucap Amel dengan waspada.

"Gak akan, bawel udah diem aja gak usah banyak komen." Jawab Teo.

Amel berhenti mengomel setelah dimarahi Teo, ia masih penasaran kemana Teo akan membawanya.

Sepanjang jalan Amel tidak banyak bicara ia lebih sering melihat keluar. "Ini kemana kok gua gak tau ya jalan ini." Ucap Amel.

Teo membawa Amel ke dataran yang agak tinggi, disana ada Cafe bernama Moonlight Cafe.

Tempatnya berada di dataran tinggi wilayah Stein, untung Teo datang hari rabu dimana tempat ini sepi. Biasanya jika weekend tempat ini pasti ramai.

"Ih kok lo tau tempat ginian." Ucap Amel.

"Yah gua lumayan sering sih kesini." Jawab Teo.