webnovel

Chapter 22

"Cerah juga hari ini." Ucap Teo yang sedang memandang keluar melalui kaca yang ada di ruangannya.

Teo masih memikirkan kejadian kemarin, dirinya penasaran siapa musuh kali ini yang sedang keluarganya hadapi dan siapa pengkhianat di dalam keluarga kali ini.

Bukan kah sangat kebetulan, sebentar lagi paman Daniel keluar dari penjaran dan tiba-tiba saja ada berita hoax tersebar tentang Teo. Dan kejadian tak terduga dari Danuarta Corp'.

Dirinya penasaran siapa yang bermain di belakang layar, ia merasakan jika setiap gerak-geriknya di awasi tapi entah oleh siapa.

Tringgg.

Ada pesan masuk itu dari Amel. "Janjian dimana hari ini?" Tanyanya.

Hampir saja lupa jika Teo hari ini ada janji dengan Amel. "Bebas terserah lo." Jawab Teo.

"Loh jangan terserah gua dong, gimana sih jadi cowo ngga tegas banget." Balas Amel dalam pesan singkat.

"Sabar sabar masih bocil." Ucap Teo menenangkan dirinya. Bukan tidak mau menentukan tempat, tapi sebenarnya ia tidak tahu akan pergi kemana.

"Yaudah, di cafe deket alun-alun aja." Jawab Teo.

"Cih banyak orang males sesak."

"Terus dimana?" Tanya Teo.

"Bebas sih ngikut aja." Jawab Amel.

"Di nuansa cafe aja."

"Jauh malas." Jawab Amel.

Teo mulai agak kesal karena merasa di permainkan. "Yaudah lo yang nentuin tempatnya aja, rese banget." Ucap Teo.

"Jemput aja gua di rumah." Jawab Amel.

Setelah melihat balasan dari Amel, Teo mengetik dengan semangat. "Ngomong aja minta di jemput bangsat." Dan jempol kanannya menekan tombol kirim.

Tidak ada balasan lagi dari Amel. "Dasar padahal tinggal ngomong jemput aja di rumah apa susahnya, jadi gak usah muter-muter." Ucap Teo menggerutu.

"Kenapa marah marah dah?" Tanya Jane yang sudah ada di ruangan Teo.

"Itu si Amel minta di jemput aja susah, ngomong sana sini ribet." Jawab Teo yang fokus melihat layar handphonenya.

Eh tunggu! Teo mendongakkan kepalanya. "Kapan lo masuk?" Tanya Teo keheranan, karena tidak mendengar suara pintu terbuka.

"Tadi pas lo lagi ngomel-ngomel." Jawab Jane yang langsung duduk di sofa.

"Kebiasaan lo main langsung masuk aja ke ruangan gua." Ucap Teo kesal. Jane tidak peduli dengan omongan bossnya, dirinya sedang sibuk dengan dengan laptop yang ada di depannya.

"Lo ngapain sih kesini?" Tanya Teo karena sedari tadi Jane hanya fokus dengan laptop, biasanya jika Jane datang untuk melaporkan sesuatu tapi kali ini tidak.

"Diem, bawel mulu jadi boss." Jawab Jane sinis.

"Ini ruangan gua, kalau nggak ada yang penting balik lagi sono ke ruangan lo jangan disini ganggu pemandangan gua aja." Ucap Teo karena merasa privasinya terganggu.

"Males, gua pengen disini aja biar ada temen ngobrol." Jawab Jane yang masih fokus dengan laptopnya.

"Balik balik sono ah." Ucap Teo menyuruh asistennya itu pergi.

"Ish ikut disini bentar bawel amat jadi orang." Jawab Jane kesal, karena ia hanya ingin menumpang sebentar di ruangan Teo.

Akhirnya Teo mengalah, membiarkan Jane bekerja di ruangannya. Suasana hening keduanya fokus dengan pekerjaan masing-masing, kadang-kadang Teo menghela nafas berlebihan.

"Lo kenapa sih dari tadi gua liat ngehela nafas mulu heran." Tanya Jane bertanya kepada bossnya.

"Aduh gak usah komen deh serah gua mau ngapain aja." Jawab Teo kesal karena di protes.

"Kalau lo lagi banyak pikiran, cerita aja ke gua." Ucap Jane memberikan saran.

Saran Jane terdengar bagus, sudah berapa kali ia menyuruh Teo untuk curhat jika ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, tidak ada salahnya kalo dirinya curhat kali ini, pikir Teo.

"Nggak ah, entar lo minta duit curhat." Jawab Teo iseng.

"Kagak, kayak ke siapa aja lo biasanya juga sering curhat ke gua." Ucap Jane.

"Yahh gua lagi pusing aja banyak pikiran." Sahut Teo yang istirahat sejenak dengan pekerjaannya.

"Masalah kemarin?" Tanya Jane.

"Itu salah satunya, tapi ada lagi yang ganggu pikiran gua. Entahlah gua bener-bener pusing." Ungkap Teo sambil memandang langit-langit kantor.

"Tell me, coba cerita aja gua dengerin." Jawab Jane yang sudah tidak fokus dengan laptopnya.

"Gua masih mikirin kejadian kemarin Jane, gua masih belum tahu siapa dalang di balik berita hoax yang tersebar."

"Berita tentang kakak lo juga hoax?" Tanya Jane penasaran.

"Untuk perusahaan keluarga yang di pimpin Bang Danu itu bukan hoax." Jelas Teo dengan tatapan kosong.

"Eh serius ada pencucian uang?" Jane kembali bertanya.

"Iya, anak perusahaannya melakukan pencucian uang. Tapi orang yang melakukannya hanya jadi boneka, ada orang yang mempunyai kekuasan lebih di belakangnya." Ucap Teo menjelaskan.

"Lo tau siapa itu?"

"Gua belum tahu, tapi gua punya firasat kalo ada pengkhianat di keluarga gua." Kawab Teo yakin.

"Apa lo yakin?" Tanya Jane memastikan.

"Gua yakin Jane." Jawab Teo sambil menghela nafas berat.

"Di tambah Val tiba-tiba datang, terus gua di jodohkan sama anak temennya mama buat gua nambah pikiran aja." Lanjut Teo merebahkan badannya ke kursi.

"Eh jadi lo serius di jodohkan?" Tanya Jane seakan tidak percaya.

"Iya serius, yang lo denger tadi saat masuk ke ruangan. Itu orang yang di jodohkan sama gua." Jawab Teo.

"Itu siapa namanya tadi gua lupa?"

"Amel." Jawab Teo.

"Nah iya, terus perasaan lo ke Val gimana sekarang?" Tanya Jane.

"Entahlah gua juga bingung sama perasaan gua sendiri, setiap gua lihat Val ada perasaan campur aduk aja."

"Tapi lo udah nerima perjodohan sekarang." Jane mendelik.

"Iya, tapi itu cuman sandiwara aja biar mama gak minta gua buat buru-buru nikah, gua belum bisa memastikan perasaan gua." Jawab Teo.

Ada perasaan lega dalam diri Jane, saat mendengar jika perjodohan

nya itu hanya sadiwara saja.

"Menurut gua pastikan dulu perasaan lo ke Val, jangan sampai bingung kaya gini." Jawab Jane memberi saran.

Sekarang ia lebih antusias mendengarkan curhatan Teo.

"Gua masih belum tahu alasan dia yang ninggalin gua dulu, mungkin itu yang buat gua bingung sampai sekarang." Ucap Teo.

Jane melihat adanya kesedihan yang mendalam jika mengobrol tentang hal ini, dasar dari dulu dia tidak berubah sama sekali, ucap Jane dalam hati.

"Kalo dia ngga ngasih tahu alasannya, kenapa gak lo aja yang to the point nanya? Jangan sampai saling menunggu. Dia nunggu lo nanya dan lo nunggu dia beri kejelasan, nggak akan ada akhirnya." Jawab Jane.

"Nggak semudah itu Jane, gua belum siap." Sahut Teo lemas.

"Lo harus siap, semua pasti ada konsekuensinya Teo dan lo harus bisa menerima itu. Baik ataupun buruk penjelasan yang lo terima nanti, lo harus bisa menerima agar lo ngga kebingungan kayak gini lagi." Jawab Jane.

"Lo bener Jane, gua terlalu takut untuk mendapat kejelasan yang nggak sesuai ekspektasi gua." Ucap Teo sambil melihat wajah Jane.

"Thanks ya udah dengerin curhatan gua." Lanjut Teo.

"Sama sama." Jawab Jane.

"Btw lo di liat-liat cantik juga ya." Ucap Teo tiba-tiba, wajah Jane memerah.

"Tapi aneh lo jomblo terus."

"Itu karena lo yang gua pengen bukan orang lain." Alasan Jane dalam hati.

"Kayanya gua tau deh kenapa lo jomblo." Ucap Teo serius.

Apakah Teo menyadari jika Jane menyukai dirinya?

"Itu karena lo emang gak laku aja." Lanjut Teo di barengi dengan tawa terbahak-bahak.

Sial padahal Jane sudah berharap. "Bajingan!" Umpat Jane sambil melemparkan pulpen yang ada di meja.