webnovel

Chapter 20

Matahari sudah mulai muncul kini bulan bergantian shift dengannya, cahaya merah kekuningan terlihat di ufuk timur menyinari bumi memberi kehidupan ke setiap makhluk yang ada.

Pagi itu Teo sudah di perbolehkan pulang, sesaat sebelum pulang Teo mengunjungi kamar Joo yang akhirnya diberitahu oleh Lee.

"Gua ngerasa ada yang ngebuntuti dari keluar ruangan lo sampe gua masuk mobil." Ucap Joo ketika ditanya kronologi kecelakaan.

"Karena gua liat dia masih ngikutin akhirnya gua sengaja banting stir ke kanan terus nabral." Lanjutnya.

Joo sengaja membuat kecelakaan itu agar terlepas dari orang yang membuntutinya.

"Apa lo tau siapa yang ngikutin lo?" Tanya Teo khawatir.

"Gua belum tau," jawab Joo.

"Apa ini ada hubungan nya karena lo menyelidiki bokap gua?" Teo kembali bertanya.

"Belum tentu, bisa aja musuh-musuh gua yang ingin balas dendam. Lo tau sendiri gua kerjaannya apa," jelas Joo.

Memang Joo adalah seorang pengacara jadi wajar saja jika ada beberapa pihak yang tidak suka dengannya karena kalah di pengadilan, dan rata-rata kasus yang Joo tangani selalu terkait dengan bisnis, seperti permasalahan sengketa tanah atau penggelapan uang perusahaan.

"Iya sih, tapi gua tetep khawatir kalo misalkan ini ada kaitannya dengan lo yang nyelidiki bokap gua," ucap Teo.

"Udah jangan overthinking deh lo, santai aja gua udah tau nomor plat mobilnya nanti gua cari tuh mobil." Jawab Joo.

"Tapi lo beneran gapapa ini?" Ucap Teo menanyakan kondisi Joo.

"Sans aja gua gapapa," jawab Joo percaya diri.

Lihat si bodoh satu ini so kuat padahal tangan kirinya retak akibat benturan keras. Kepalanya juga di perban, ini yang Lee ucapkan hanya luka ringan? Dasar Lee bangsat berbohong.

"Yauda kalo ada apa-apa hubungi gua," ucap Teo sambil berdiri siap-siap untuk pulang.

"Iyaa sans nanti gua call," jawab Joo memeluk Teo.

Teo keluar dari ruangan Joo dengan rasa khawatir.

Drrtttttt drrrtttt.

Teo mengecek layar handphonenya tertulis. "Mama." Di layarnya.

"Iya halo ma?" Ucap Teo saat menjawab telepon.

"Dimana kamu mama udah di bawah ini," ucap mama.

:Loh bukannya Lala yang jemput Teo?" Tanya Teo.

"Ngga Lala ada acara sama temennya, udah cepet beresin barang kamu kita pulang ke rumah mama," ucap mama.

Padahal kemarin Lala ngomong jika besok akan di jemput dirinya tapi sekarang malah mama dan pulangnya bukan ke rumah Teo.

"Mama padahal gak usah jemput Teo aja kalo gitu, nanti biar Teo nyuruh Pak Samsul jemput," ucap Teo saat berada dalam mobil.

"Udah jangan bawel, kalo kamu telpon satpam mu itu nanti kamu gak bakalan pulang ke rumah mama," jawab mama.

Kan emang itu tujuannya ucap Teo dalam hati. "Untuk sementara waktu kamu diem di rumah mama, biar mama bisa mantau kesehatan kamu," lanjut mama.

"Astaga ma Teo bukan anak kecil lagi gak usah segitunya," jawab Teo merasa tidak enak dengan sikap mamanya.

"Mama khawatir sama kamu, soalnya kamu sekarang udah punya calon," jelas mama.

"Ma tapi kan baru calon, Teo pulang ke rumah aja ya?" ucap Teo.

"Ngga boleh," jawab mama singkat.

"Yauda gapapa, sini Teo aja yang nyetir jangan mama," ucap Teo menawarkan bantuan.

"Ngga boleh, udah diem kamu baru keluar di rawat masih lemes. Terus kalo kamu yang nyetir bukan ke rumah mama, malah ke rumah kamu ujung-ujungnya," jawab mama.

Akhirnya Teo pasrah, ia sudah bisa membayangkan pasti akan selalu di suruh makan dan di omeli jika telat makan. Itu hal yang membuat Teo tidak suka karena jika dirinya lapar maka dia akan makan begitu logika kecilnya.

"Oh ya bagaimana menurut mu si Amel?" Tanya mama tiba-tiba.

"Yah biasa aja begitu," jawab Teo singkat.

"Gitu gimana cantik kan?" Mama kembali bertanya.

"Yahhh lumayan," jawab Teo kembali singkat.

"Mama udah bisa ngebayangin sih nanti anakmu bakalan gimana rupanya," ucap mama.

"Astaga ma nikah aja belum udah ngomong kaya gitu," jawab Teo kaget.

"Loh emang kenapa, mama pengen kembar ya Teo," ucap mama.

"Ma satu aja belum tentu ini malah minta kembar," jawab Teo.

Sepanjang jalan mamanya selalu berbicara tentang hal-hal pernikahan yang membuat Teo jenuh dan bosan mendengarnya, toh baru calon belum tentu jadi pikir Teo.

Teo hanya menginginkan Val tidak ada yang lain, ia begitu mencintai Val sampai bisa bertahan selama lima tahun dengan perasaan yang sama.

Sesampainya dirumah orang tuanya, Teo langsung pergi ke kamar dan rebahan. "Astaga udah kek anak kecil aja gua," ucapnya.

Teo kembali bosan karena belum mulai kerja sepertinya besok baru bisa kerja, terlintas di benak untuk menghubungi Val.

"Hallo Val," ucap Teo dalam pesan singkat, beberapa menit kemudian Val membalas.

"Iya kenapaa?" Tanya Val.

"Uummm gapapa cuman nyapa aja."

"Oh iyaaa." Jawab Val singkat. Sekarang harus apa jika sudah begini?

"Lagi sibuk kerja ya?" Tanya Teo.

"Ngga aku lagi santai di rumah," jawab Val.

"Oh sama aku juga udah pulang ngga di rumah sakit lagi."

"Oh ya?"

"Iyaaa," Jawab Teo. Astaga bingung sekali mencari topik.

"Val kamu tau gak apa bedanya kamu sama DPR?" Tanya Teo tiba-tiba.

"Nggaaaa," jawab Val singkat.

"Kalo DPR dewan perwakilan rakyat, kalo kamu dewan and only," ucap Teo.

Astaga apa yang ia ucapkan sungguh sangat menggelikan jika ingat orang yang berkata seperti itu sudah berumur 27 tahun hampir kepala tiga.

"Hahaha bisa aja kamu," jawab Val.

Sial malu sekali rasanya.TOK TOK TOK.

"Iya siapa?" Tanya Teo saat pintu kamarnya di ketuk.

"Ini mama, keluar gih ada Tante Fania sama Amel," ucap mama.

Astaga apalagi kali ini? Yang aku inginkan hanya istirahat ucap Teo dalam hati. Dengan terpaksa Teo keluar kamar dan menuju ruang tengah di lantai satu.

"Halo tante," Sapa Teo.

"Gimana udah agak mendingan?" Tanya Tante Fania.

"Yah lumayan," jawab Teo singkat.

"Gimana Fan sama tadi yang gua bilang," ucap mama kepada Tante Fania.

"Gua sih setuju aja lucu juga nanti kan," jawab Tante Fania.

Tunggu dulu ada apa ini setuju apa terus apanya yang lucu? Ucap Teo dalam hati.

"Tuh denger calon mertuamu aja setuju kalo nanti kalian punya anak kembar," ucap mama.

Teo dan Amel kaget mendengar ucapan itu. "Astaga ma masih dibahas? Dari tadi loh mama ngomongin hal ini sepanjang jalan," jawab Teo.

"Mii apaan udah ngomongin anak nikah aja belum," ucap Amel ke Tante Fania.

"Biarin mami udah ngebayangin anak kamu nanti kaya gimana," jawab Tante Fania.

Astaga kedua orang tua ini terlalu jauh pikirannya, bahkan Teo saja masih memikirkan Val.

"Udah ya Teo jangan banyak komentar mama sama Tante Fania mau pergi hangout dulu," ucap mama.

"Begitu pun dengan Amel, kamu temenin calon suamimu ya takutnya Teo butuh sesuatu," lanjut Tante Fania.

"Hah ngapain Amel nemenin dia, kata mami tadi ngajak hangout," ucap Amel tidak terima.

"Iya mami ngajak hangout calon mertuamu," jawab Tante Fania.

Amel dan Teo saling bertatapan. "Udah ya mami pergi dulu byee," ucap Tante Fania.

"Oh ya Teo jangan lupa pake pengaman ya, tapi gak pake juga gapapa lebih bagus," ucap mama sebelum pergi.

Apa yang sedang dipikirkan kedua orang tua itu astaga. I