webnovel

Chapter 18

Kini Val tengah jalan bareng bersama Teo ia sengaja mengajak Tae jalan hanya untuk sekedar menghabiskan waktu dengannya.

"Kenapa kamu demam ya?" Tanya Teo.

"Nggak." Jawab Val singkat.

"Kok kayak yang lesuh gitu belum makan ya, aku pesenin makanan ya?" Ucap Teo menawarkan.

"Nggak gak usah." Jawab Val.

Val masih memikirkan perkataan Lee tadi, di lorong itu yang mengganggu pikirannya sekarang. Dia ingin memberitahu kebenarannya, jika dia dulu selingkuh dan sudah mempunyai anak, tapi dia takut Teo akan pergi menjauhinya.

"Hei kenapa kok murung?" Tanya Teo sambil memegang dagu Val.

"Gal papa, aku cuma kepikiran kerjaan aja." Jawab Val berbohong.

"Oh emang jadwal pemotretan kamu lagi padet ya?" Tanya Teo.

"Yahh begitu lah." Jawab Val.

"Kamu tahu gak? Aku senang kamu balik lagi kesini." Ucap Teo.

Val hanya tersenyum. "Makasih ya udah balik lagi." Lanjut Teo.

Hati Val tiba-tiba saja sakit mendengar ucapan itu dari Teo, ia merasa bahwa dirinya tidak pantas bagi Teo. Tapi ia mencintainya dan tidak ingin melepaskannya kembali.

"Maaf ya Teo aku gak bisa lama lama." Ucap Val.

"Oh iya gak papa, makasih ya udah datang menjenguk." Jawab Teo sambil tersenyum.

Val keluar ruangan berjalan menuju arah parkiran, sesampainya dimobil ia menangis. Air mata yang ia tahan dari tadi akhirnya keluar dengan deras, ada rasa penyesalan tumbuh dalam hatinya.

Penyesalan kenapa dulu ia memilih untuk meinggalkan Teo dan memilih laki-laki yang tak bertanggung jawab, yang akhirnya meninggalkan Val dan malah memilih menikah lagi dengan wanita lain.

Kenapa dulu dirinya begitu bodoh? Padahal jelas jelas Teo sangat mencintai dirinya. Ia rela menunggu sampai 5 tahun lamanya hanya agar bisa kembali bersama dan tatapannya pun masih sama seperti dulu.

Val sangat frustasi dengan keadaan sekarang bagaimana tidak, ia ingin jujur tapi takut Teo pergi menjauh sementara jika berbohong dirinya tidak tega berbohong untuk kesekian kalinya.

Bagaimana cara mengatakannya? Val benar-benar tidak bisa menerima kenyataan jika Teo pergi menjauh, sudah cukup lima tahun lalu mereka saling berjauhan walau itu karena keegoisan Val.

Tapi apakah kali ini dia boleh lagi menjadi egois? Hanya untuk sementara waktu ia ingin bersama Teo selanjutnya,  ia akan jujur dengan semua keadaanya. Sampai waktunya tiba Val akan terus berada dekat Teo.

Sementara itu Teo merasa khawatir, karena Val tadi terlihat begitu lemas. Ia tahu sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikiran Val, tapi tidak berani bertanya lebih.

"Sial si Joo bener bener gak bales chat." Omel Teo, karena sedari tadi dirinya mengirim pesan tidak ada jawaban dari Joo. Akhirnya Teo menelpon Lala karena gabut.

"Halo La." Ucap Teo menelpon Lala adiknya.

"Kenapa Bang?" Tanya Lala.

"Kesini dong, temenin gua gabut." Ucap Teo.

"Dih? Ngapain gua nemenin lo gak ada kerjaan banget." Jawab Lala sewot.

"Uang jajan 5 juta deh." Bujuk Teo.

"Sorry ya gak segampang itu gua mas-"

"Plus skincare buat satu bulan deh." Ucap Teo memotong perkataan Lala.

"Otw." Jawab Lala.

Teo sangat tahu cara membujuk adiknya, yaitu dengan skincare atau make up maka seketika adiknya akan menuruti perintah dari Teo.

"Bawain juga komik di rumah gua ya, sekalian juga McD gua laper." Ucap Teo.

"Dih males banget ngapain harus kesana kesini?" Jawab Lala.

"Oh yauda kalau gitu uang jajan sama skincarenya nggak jadi." Ancam Teo.

"Dih apaan main ancam!" Ucap Lala tidak terima.

"Terima atau tidak wahai anak muda." Tawar Teo sambil tertawa.

"Iya iya nanti di bawain bawel." Ucap Lala.

Setengah jam kemudian Lala sampai dengan membawa dua bingkisan, yang satu itu adalah koleksi komik Teo yang ia suruh bawa dan satu lagi bingkisan McD.

"Noh komik sama McD lo." Ucap Lala memberikan dua bingkisan tersebut.

"Makasih ya sayang." Ucap Teo mencium pipi adiknya.

"Gelo anjir." Umpat Lala sambil memukul. Teo hanya tertawa melihat reaksi adiknya itu.

"Tumben tumbenan sih bang minta di temenin, padahal besok juga udah bisa pulang." Tanya Lala.

"Ya gak papa, gua bosen aja ngga ada yang bisa diajak ngobrol." Jawab Teo cuek sambil memakan McD yang Lala bawa tadi.

"Oh ya Mama gimana kabarnya?" Tanya Teo disela sela makan.

"Mama sehat, lagi ada acara sama temen arisannya." Jawab Lala.

"Bang Danu gimana?" Tanya Teo.

"Lo chat aja sendiri bang, nanyain ke gua lagi." Sahut Lala kesal.

"Ya gua kira lo tahu, kan lo adeknya." Ucap Teo.

"Lo juga adeknya bang, anjim kesel lama lama gua sama lo, kalau bukan abang udah gua lelang di acara amal!" Lala emosi.

"Oiya lupa gua juga adeknya hehe." Jawab Teo.

"Serah lo deh bang, pusing gua denger bacotan lo." Jawab Lala.

Teo diam fokus menyantap McDnya, karena dia bosan dengan makanan rumah sakit yang rasanya selalu hambar di lidah Teo. Sementara Lala fokus dengan handphone, jarinya bergerak entah sedang chatingan dengan siapa.

"Chatan sama siapa sih lo? Serius banget gua liat liat." Yanya Teo.

"Kepo banget lo bang." Jawab Lala.

"Coba mana sini liat!" Pinta Teo mengambil handphone Lala.

"Oh siapa ini 'i lapyu tuuu' apa ini anjir geli banget gua bacanya." Ucap Teo.

"Siniin anjir! Rese banget sih lo bang jadi orang." Sahut Lala kesal, karena privasinya di ganggu.

Padahal dulu Teo lebih menjijikan jika sedang telpon berduaan dengan Val, Lala ingat dulu saat Teo sedang telponan Teo berkata.

"Iya cayangkuh met malam gut night bubu ya udah malem, atututut aku juga kangen sayang sunnn dulu dong sunnn duluuu mwuaaahh." Dan itu lebih menjijikan dari Lala tadi.

"Belajar yang bener dek bukan pacaran." Nasihat Teo.

"Heh gua udah lulus S1 ya inget itu dan berhenti manggil gua dek geli banget tahu!" Jawabnya, Lala memang tidak mau dipanggil 'dek' mending di panggil 'Lala'.

"Kan lo mau lanjut S2." Ucap Teo.

"Belum tentu dan belum pasti." Jawab Lala.

"Loh, kenapa bukannya udah fix lo mau lanjut lagi di luar negeri?" Tanya Teo.

"Gimana entar aja bang, gua lagi males kalo langsung lanjut S2. Gua pengen leha-leha dulu aja." Jelas Lala.

"Yauda itu terserah lo, tapi Mama setuju gak?" Tanya Teo.

"Mama malah nyuruh gua nikah kalau gak lanjut S2." Jawab Lala.

"Yauda nikah aja lo udah ada pacar." Jawab Teo.

"Dia bukan pacar gua bang." Jawab Lala sedih.

"Terus?" Tanya Teo.

"Cinta gua bertepuk sebelah tangan, dia milih cewe lain dari pada gua." Jawab Lala.

"Sianjing beraninya dia mempermainkan keluarga Danuarta, orang mana dia gua datengin tu anak sama bang Danu beraninya adek cewe gua satu-satunya disakiti dasar bangsat!" Umpat Teo kesal.

Lala hanya tertawa. "Hahaha bercanda Bang, itu tadi cuma temen gua yang bencong dia deket sama gua." Jelas Lala.

"Lo bohong kan biar gua gak ngelabrak tu anak?" Tanya Teo.

"Astaga beneran bang gua becanda tadi." Jawab Lala.

"Halahh gua telpon bang Danu sekarang biar nyari tu anak, siapa namanya tadi?" Tanya Teo.

Astaga Lala hanya bercanda tidak ada maksud lain, dia lupa jika mempunyai dua abang yang sangat emosian jika melihat Lala bersedih.

"Bang serius deh bercandaan tadi tuh." Ucap Lala menenangkan Teo.

"Serius?" Tanya Teo.

"Serius abang!" Jawab Lala.

"Awas aja kalau bener itu orang yang buat lo galau, gua kejar kemana pun itu monyet tua kasih pelajaran." Sungut Teo.

"Matematika?" Tanya Lala.

"Bukan itu bego, aduh lunya adek otak minion." Ucap Teo kesal.

Lala tertawa dengan keras. "Hahaha iya iya bang gua ngerti kok." Sahut Lala.

"Pokoknya kalau ada yang nyakitin lo, bilang ke gua sama bang Danu gua seret tu orang." Jawab Teo mewanti wanti.

Inilah yang Lala suka dari kedua abangnya, jika dia terancam apalagi galau karena laki-laki maka Teo dan Bang Danu akan bergerak mencari laki-laki tersebut.

Dulu sewaktu SMA ada kejadian dimana Lala diduakan oleh kakak kelasnya, Teo dan Bang Danu akhirnya bergerak mencari orang yang menyakiti adiknya tersebut.

'Huhh.. Jadi pengen flasback ke jaman SMA.' Batin Lala.