webnovel

365 Hari Bersama Sahabat Nabi

Tersedia dalam Versi Cetak. Pemesanan hubungi via WA: 0812 8798 2492 Para sahabat adalah generasi yang mengalami hidup bersama dengan Rasulullah dan turut mengimani ajaran yang dibawanya. Mereka adalah generasi yang luar biasa. Mereka dididik langsung oleh Rasulullah saw. Keteladanan mereka adalah model yang layak bagi kita. Kita semua sangat membutuhkan figur seperti mereka. Terlebih di akhir zaman ini kita benar-benar mengalami krisis figuritas.

BiruTosca · Geschichte
Zu wenig Bewertungen
60 Chs

Hari Ke-34

Ummu Kultsum binti Ali

Membantu Tugas Sang Khalifah

Khalifah Umar bin Khattab mendatangi Ali bin Abi Thalib. Dia mengungkapkan keinginannya untuk mempersunting salah satu putrid sahabatnya itu, Ummu Kultsum. Putri Ali saat itu memang masih belia. Dengan pertimbangan usia, Ali menolak lamaran Umar.

"Nikahkan aku dengan putrimu, wahai Abul Hasan. Aku melihat kemuliaan dirinya yang tidak bisa dilihat oleh orang lain," Umar kembali membujuk dan meyakinkan Ali. Dia juga menjelaskan alasan kuat untuk menikahi Ummu Kultsum karena dia mendengar Rasulullah mengatakan bahwa di akhirat semua pertalian darah (nasab) akan terputus kecuali, nasab Rasulullah. Karena itu, Umar ingin terhubung nasabnya dengan Rasulullah melalui pernikahannya dengan Ummu Kultsum.

Umar dan Ummu Kultsum pun menikah. Umar memberikan mahar sebesar 40 ribu dirham (sekira 64 milyar rupiah). Mahar sebesar itu tidak bertujuan untuk berbangga diri, melainkan hanya untuk memuliakan Ummu Kultsum.

Setelah Ummu Kultsum beranjak dewasa, barulah mereka berdua hidup serumah, yaitu pada bulan Dzul Qaidah 17 H. Mereka berdua dikarunia dua orang anak, yaitu Zaid bin Umar Al-Akbar dan Ruqayyah binti Umar.

Ummu Kultsum mendampingi suaminya hingga sang khalifah wafat. Sebagai istri khalifah, dia juga sering ikut terjun membantu tugas-tugas Umar dalam mengurus rakyatnya. Ini patut dicontoh oleh para pejabat pemerintah saat ini. Umar dan Ummu Kultsum bersama-sama terjun membantu seorang Badui (Orang kampung pedalaman Arab) yang istrinya hendak melahirkan. Layaknya seperti bidan, Ummu Kultsum menyiapkan peralatan untuk persalinan. Sementara suaminya memanggul sekarung gandum lengkap dengan minyak samin.

Keduanya berangkat menuju tempat tinggal si Badui. Ummu Kultsum mulai membantu istri Badui di dalam kemah. Sementara Umar menyalakan perapian, memasak gandum di yang dibawanya di luar kemah."

Ketika bayi lahir, Ummu Kultsum berteriak memanggil suaminya dengan panggilan Amirul Mukminin, mengabarkan bahwa bayi yang lahir laki-laki. Si Badui dan istrinya tentu saja kaget, ternyata orang yang membantunya adalah khalifah dan istrinya.