"Untunglah kamu tidak membuka pintu saat itu."
Angela memperhatikan dengan seksama saat Ghea mondar-mandir di depannya, mengecek pintu gerbang yang sedikit terbuka, lalu berpindah posisi ke sisi lain gerbang, menirukan posisi Angela saat mengintip kurir paket hari sebelumnya.
"Aku nggak nyebut ini ke mama atau papa, Kak." Angela berbisik, cukup untuk didengar Ghea. Wanita itu berbalik, wajahnya diliputi keheranan.
"Kenapa?" tanyanya.
"Biar mereka nggak banyak pikiran." Ghea membelalak mengancam saat mendengarnya. "Lagipula," Angela meneruskan sebelum Ghea sempat mengomel, "Kemarin papa sempat mengeluh saat pulang dari mengantar mama belanja. Katanya capek, dan aku lihat papa lesu banget. Aku takut papa kenapa-kenapa."
Ghea mencerna ucapan Angela dengan tampang masam, lalu setelah beberapa saat ia mengembuskan napas panjang, terlihat pasrah.
"Mereka harus tahu, minimal mamamu harus tahu." Ghea berkata.
"Aku aman-aman saja semasih Kak Ghea bersamaku." Angela mengangkat bahu.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com