webnovel

3 Times

Pertemuan kita selalu di hiasai oleh senyuman. Aku selalu menatapmu dibawah pohon sakura yang bermekaran indah. Aku belum sempat bertanya kepadamu tentang perasaanmu saat kita bersama, namun jika aku menanyakannya saat ini apa kau akan memberikan jawabannya padaku? Jika aku tidak melewati garis yang memisahkan kita ini, apa kau akan melewatinya untukku? Atau, apa kau membalikkan badanmu dan berjalan meninggalkanku?

Tarin_Swan · Teenager
Zu wenig Bewertungen
30 Chs

CHAPTER 20:RASA CEMAS

Angin dingin berhembus menyelimuti seluruh kota dan tanpa terasa libur musim dingin pun telah tiba. Aku menutup bukuku lega mengingat ini hari terakhir sekolah, aku keluar dari kelas bersama teman – temanku dan langkahku terhenti di depan pohon sakura yang dahannya telah di telan oleh salju – salju putih. Aku mendongak menatap kelas Yi Ahn yang masih tertutup rapat dan uap kecil pun langsung keluar bersamaan dengan nafas yang terhembus pelan dari mulutku. Pertemuan memang akan sampai pada perpisahan suatu hari nanti, namun aku tidak menyangka bahwa perpisahan akan datang lebih cepat tak sesuai dugaanku. Waktu yang terasa terlalu cepat berputar membuatku tidak menyadari bahwa ini adalah tahun terakhir Yi Ahn di SMA SONGHWA, entah mengapa keadaan ini membuat perasaanku tidak nyaman.

Aku duduk menatap buku pelajaran di depan mataku hampa, pikiranku tidak sepenuhnya tertuju pada buku yang sedang ku pelajari, lebih tepatnya pikiranku sepenuhnya tidak tertuju kesana, 80% memikirkan perpisahan kami yang semakin dekat dan 20% lainnya.. kosong. Tiba – tiba getar singkat ponselku membuyarkan lamunanku, aku pun segera meraih ponselku dengan penuh harapan dan rasa tidak sabar. Jariku bergerak cepat membuka pesan yang baru saja masuk itu, senyum di bibirku semakin melebar mengetahui bahwa pesan itu dikirimkan oleh orang yang ku tunggu

"tidur?"

aku menggeleng cepat sambil menggerakkan jariku membalas pesan itu "aniyo.. aniyo.."

"apa yang kau lakukan? Kenapa tidak tidur?" tanyanya

"aku sedang belajar" jawabku singkat

"ohh... begitu. Bagaimana harimu?"

"terasa melelahkan, sunbae sendiri, bagaimana dengan hari ini? Pasti sangat melelahkan"

"aku sudah mulai terbiasa, tidak terlalu melelahkan juga. Hahahahaha..."

"tetap saja, sunbae juga harus bersiap untuk ujian masuk universitas kan?"

Aku menunggu jawaban Yi Ahn dengan penuh harapan, namun jawaban itu tidak kunjung datang. Sorot mataku pun meredup seiring dengan ekspektasiku yang semakin jatuh, aku meletakkan ponselku ke atas meja perlahan dan menundukkan kepalaku lesu sambil menghembuskan nafas berat dari mulutku. Aku pun menutup bukuku cepat lalu berdiri berbaik dari meja belajarku, tiba – tiba getar panjang ponselku menghentikan langkahku, mataku melebar dan aku kembali membalikkan badanku penuh harapan akan getaran panjang itu. Aku menunduk cepat menatap layar ponselku lurus – lurus dan menggerakkan tanganku secepat mungkin mengangkat telfon yang masuk itu dengan senyum manis menghiasi bibirku. Aku menempelkan ponselku ke telinga lalu berdeham kecil sejenak

"hallo" bukaku

"begini lebih baik.." timpalnya lega dari seberang telfon,

Aku mengerutkan keningku bingung "ne?" tanyaku.

Tawa kecil Yi Ahn terdengar dari seberang telfon, ia mengehmbuskan nafas kecil lalu membuka mulutnya "aku sedang berpikir..." buka Yi Ahn, "aku harus belajar, jadi aku tidak bisa membalas pesanmu sambil belajar" lanjutnya penuh pertimbangan, "tapi dengan begini aku bisa belajar sambil mendengarkan suaramu" simpulnya lega.

Senyumku semakin melebar mendengar perkataan Yi Ahn yang terasa hangat di hatiku itu, aku berjalan pelan ke arah kasurku dan menjatuhkan diriku lepas ke atas kasur. Aku menghembuskan nafas lega dari mulutku sejenak

"apa sunbae bisa fokus jika sambil telfon seperti ini?" tanyaku ragu

"hmm... tenang saja" timpalnya cepat.

Aku mengerutkan keningku "aku tidak mau di salahkan jika sunbae tidak lolos tes masuk Universitas karena belajar sambil telfon denganku" timpalku jahil dengan satu tarikan nafas cepat. Tawa Yi Ahn pecah mendengar kata – kataku yang seperti kereta api itu, ia menarik nafas dalam "aku juga tidak mau disalahkan jika peringkatmu turun karena kau belajar sambil telfon denganku" timpalnya menirukan nada suaraku. Tawa kami pecah bersama setelah Yi Ahn menimpali perkataanku itu, aku menghembuskan nafas panjang lalu membuka mulutku lagi "apa sunbae sudah memutuskan untuk masuk ke universitas mana?" tanyaku membuka pembicaraan, Yi Ahn terdiam mendengar pertanyaanku barusan. Terdengar suara bantingan kecil dan Yi Ahn bergumam sejenak

"aku tidak tahu, aku menerima banyak penawaran dari beberapa universitas" jawabnya ragu

"penawaran seperti apa?"

"fasilitas dan beasiswa.." timpalnya santai.

Mataku melebar senang mendengar itu "waahh.. itu kan hal bagus kenapa tidak sunbae terima saja?" sahutku semangat begitu saja.

Tawa kecil Yi Ahn pecah mendengar semangatku itu, terdengar suara gerakan kecil dari seberang telfon lalu Yi Ahn pun membuka suaranya "itu yang membuatku bingung Yoo So Eun" timpalnya santai "aku tidak tahu Universitas mana yang harus ku pilih" lanjutnya lesu. Senyumku mengembang kecil "jangan bingung" sahutku cepat, aku mengangkat tangaku menopangkan dagu ke atas meja "jika aku jadi sunbae, aku hanya akan memikirkan bagaimana aku melewati masa kuliahku sesuai keinginanku, jika sunabe merasa salah satu universitas itu dapat menjadi tempatmu mewujudkan keinginamu..." sahutku terhenti sejenak "terimalah" saranku terdengar bijak. Yi Ahn terdiam mendengar perkataanku barusan, itu membuat perasaanku menjadi aneh 'apa aku terlalu berlebihan? Apa kata – kataku salah?' pikiran – pikiran buruk pun mulai memenuhi otakku dan membuat perasaanku menjadi tidak enak. Aku melipat bibirku ke dalam sambil melirik canggung diam,

"gomawo(1), Yoo So Eun" sahutnya tiba – tiba.

Mataku melebar mendengar suara lembutnya itu, pipiku perlahan terasa panas dan panas itu mengalir memenuhi seluruh tubuhku. Aku tidak pernah tahu bahwa ucapan terima kasih dapat terdengar sehangat ini di telingaku, aku menjahukan ponselku dari telinga dan menghembuskan nafas besar dari mulutku menenangkan diri sejenak. Aku mengusap kecil pipiku yang memerah lalu tersenyum canggung "aku tidak melakukan apa – apa, keputusannya kan tetap pada sunbae" timpalku gugup. Yi Ahn terawa kecil "benar juga" jawabnya santai, ia terdiam sejenak lalu memberanikan dirinya untuk menyampaikan isi pikirannya

"kau sendiri? Bagaimana denganmu?" tanyanya hati – hati

"na(2)?" tanyaku tidak mengerti,

"hmm... apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

Mendengar pertanyaan itu membuatku kembali teringat akan perpisahan kami yang semakin dekat, sorot mataku pun melemah dan tanpa sengaja aku menghembuskan nafas besar dari mulutku. Aku mengigit bibir bawahku sambil menggeleng "molla(3)" jawabku pasrah. Sesungguhnya yang membuatku cemas bukan hanya perpisahanku dan Yi Ahn yang semakin dekat, namun juga hidupku yang tanpa arah dan tujuan, aku tidak tahu apa yang ingin ku lakukan dan apa yang harus aku lakukan. Singkatnya aku tidak punya mimpi atau tujuan hidup. Keheningan membuatku semakin hanyut dalam pikiranku sendiri, pertanyaan Yi Ahn membuat otakku berputar untuk mencari jawaban atas pertanyaan itu. Namun tidak ada satupun jawaban daro otakku yang tepat untuk menjawabnya,

"gwaenchanha" timpal Yi Ahn, "jalani hidupmu secara perlahan, aku yakin kau akan menemukan jawabannya suatu saat nanti" lanjutnya tulus menenangkanku.

Senyum lega mengembang lebar di bibirku "hmm..." gumamku sambil mengangguk kuat. Perkataannya membuatku semakin yakin akan diriku dan menguatkan hatiku yang bimbang. Aku merasa lega karena aku berkata sejujurnya pada Yi Ahn saat itu, aku juga berterima kasih padanya karena ia menghapuskan rasa cemasku akan masa depanku yang tidak bisa ku bagikan pada orang lain dan selalu ku pertanyakan sendiri. Namun rasa tenang itu tidak bertahan lama.

000

Hari yang kulalui penuh dengan pikiran – pikiran buruk, meskipun kami saling mengirimkan pesan dan bicara melalui telfon, namun itu tidak dapat mengurangi rasa cemasku. Aku berdiri diam dengan kedua tangan di dalam saku jaket tebalku, berusaha menahan dingin menungggu lampu penyeberangan berganti menjadi hijau, ponselku bergetar kecil membuatku bergerak cepat mengeluarkan tanganku dari saku jaket dan melihat pemberitahuan yang terpajang di layar. Gumpalan uap keluar begitu saja dari mulutku bersamaan dengan nafas panjangku yang terhembus pelan, aku menggerakkan jariku cepat membalas pesan yang masuk itu sambil menggerakkan tubuhku kaku menahan hawa dingin yang terasa menusuk sampai ke tulangku, lalu memasukkan ponselku kembali ke saku. Lampu pun berubah menjadi hijau dan aku langsung menggerakkan kakiku cepat menyeberangi jalan. Aku pun sampai di tempat yang ku tuju dan bergegas masuk tidak kuat lagi menahan dinginnya cuaca yang sangat parah hari itu, tubuhku terasa meleleh dan ringan seketika aku menutup pintu café tujuanku. Aku melepaskan topiku santai sambil menoleh ke sekeliling mencari dimana teman – temanku duduk, melihat kedatanganku Tae Hyung pun mengangkat tangannya tinggi "So Eun ­–ah, yeogi(4)" panggilnya. Aku pun langsung menoleh ke sumber suara yang memanggil namaku itu dan melangkahkan kakiku menghampiri meja dengan senyum cerah, aku pun duduk di hadapan Tae Hyung yang sendirian di meja untuk tujuh orang dan mengerutkan keningku

"yang lainnya kemana?" tanyaku curiga

"kemana lagi? Tentu saja belum datang" timpalnya kesal.

Aku tertawa kecil mendengar jawaban Tae Hyung yang tentu saja tidak menngherankan, mengingat kebiasaan teman – temanku yang tidak tepat waktu. Aku melepaskan sarung tanganku dan meletakkannya ke atas meja santai lalu mencondongkan badanku mendekat ke arah Tae Hyung "apa kau tahu banyak tentang pria ini?" tanyaku memulai topik rahasia. Tae Hyung menggeleng kuat dan ikut mencondongkan badannya "aku juga penasaran, Ye Rin tidak pernah cerita apapun, tapi tiba – tiba dia sudah mengumpulkan kita untuk mengenalkannya pada kita" jawab Tae Hyung penasaran. Aku menutup bibirku tertawa kecil lalu menarik tubuhku bersandar santai di kursi, aku pun melihat minuman yang di pesan Tae Hyung dan menaikkan sebelah alisku "apa itu enak?" tanyaku sambil menggerakkan daguku ke arah minuman itu. Tae Hyung menurunkan pandangannya menatap minuman yang sedang di sedotnya lalu menyodorkan minuman itu setelah ia selesai menyedotnya sedikit "hmm... cobalah" tawarnya santai, aku mengamati minuman berwarna kemerahan dengan daun mint dan potongan lemon di dalamnya ragu dan akhirnya menyedot sedikit minuman itu. Rasanya, sedikit aneh namun menyegarkan. Aku mendorong kembali minuman itu ke arah pemiliknya dan melipat tanganku ke depan dada masih menebak – nebak rasa yang tidak familiar itu. Aku pun mengeluarkan dompetku cepat lalu berdiri menuju ke arah kasir memesan minuman, setelah aku kembali dengan alarm bundar Tae Hyung pun langsung membuka mulutnya "apa yang kau pesan?" tanyanya. Aku mengangkat kedua bahuku "hanya teh" jawabku santai.

Tak lama akhirnya kami pun berkumpul dalam satu meja, aku duduk di ujung di sampingku Yi El dan Hye In, sementara di samping Tae Hyung ada Woo Hee dan Ye Rin dengan seorang pria yang ingin ia kenalkan pada kami. Suasana menjadi canggung karena kami baru pertama kali bertemu dengan pria itu, aku mengamati pria itu diam – diam berusaha menerka apa dia pria yang baik atau tidak. Pria itu tidak terlalu tinggi, tubuhnya sedikit kurus, hidungnya telihat tegas menahan kaca mata dengan frame hitam yang di kenakannya, matanya sipit dan bibirnya sedikit tipis. Aku pun berdeham kecil lalu membuka mulutku berusaha menghilangkan suasana canggung dari meja kami

"hey, tidakkah kau mau memperkenalkannya pada kami?" bukaku menatap Ye Rin jahil.

Ye Rin membuka mulutnya kaget "oh?" tanyanya, ia melirik ke sekeliling canggung "ohh... benar, perkenalkan dia pacarku Lee Sang Oh" timpalnya tanggap.

Aku tersenyum lebar sambil menunduk sopan menatap Sang Oh yang menunduk kecil ke arah kami satu – persatu. Aku pun memutar mataku ke arah Ye Rin yang tampak tersenyum bahagia dengan kehadiran Sang Oh di sampingnya, tanpa ku sadari senyumku melebar melihat pemandangan itu. Aku pun lega bahwa kini hubungan kami kembali seperti semula.

***

(1)Terima kasih dalam bahasa informal.

(2)Saya / aku

(3)Aku tidak tahu.

(4)Disini.