webnovel

Jangan Bosan Berdoa Kepada Allah s.w.t.

 

Mengenai hal ini, maka Al-Imam Ibnu Athaillah Askandary telah merumuskan dalam Kalam Hikmah yang ke-6 sebagai berikut:

"Janganlah ada kiranya lam bat waktu kurnia (Allah s.w.t.) di samping bersungguh-sungguh dalam berdoa, menyebabkan putus harapanmu (kepada Allah). Karena itu Allah s.w.t. telah menjamin kepadamu pada memperkenankan doamu, pada apa yang dipilih oleh Tuhan untukmu, tidak pada apa yang kamu pilih sendiri untukmu." 

Keterangan Kalam Hikmah ini adalah sebagai berikut:

I. Kita selaku hamba Allah hendaklah berdoa dan mcmohon kepadaNya, sebab ini adalah pertanda bahwa kita adalah makhlukNya yang tidak dapat melepaskan diri daripadaNya. Dan barangsiapa yang tidak merasa perlu bermohon kepada Allah, maka dia adalah hamba-hambdNya yang sombong. Allah berfirman dalam AI-Quran sebagai berikut:

"Dan Tuhan kamu beifirman: Berdoalah kepadaKu, nanti Kuperkenankan {permintaan) kamu itu. Sesimgguhnya orang yang menyombongkan dirinya dari menyembahKu, akan masuk neraka jahanam dengan kehinaan." (Al-Mukmin: 60)

Kita harus berdoa kepada Allah s.w.t. dan Allah akan memperkenankan doa kita. Kita boleh memohon sesuatu kepadaNya, tetapi Tuhanlah yang berhak menentukan pada apa yang kita pilih. Sebab kita tidak mengetahui apakah sesuatu yang kita mohon itu baikkah di sisi Allah atau tidak. Kita bolehdalam berdoa memohon kepadaNya supaya diperkenankanNya harapan kita dalam waktu yang kita tentukan. Tetapi Allah berhak dan berlcuasa memperkenankan doa kita pada waktu yang dikehendaki olehNya, dan bukan pada waktu yang kita kehendaki. Sebagaimana telah kita sebutkan tadi, bahwa kita tidak mengetahui apakah yang kita mohonkan itu, akibatnya baik buat kita ataukah tidak. 

Mungkin apa yang kita mohon itu menurut pendapat kjta baik, tetapi menurut Allah ada yang lebih baik lagi, atau yang tadi tidak baik sama sekali. Demikian juga kebalikannya, yakni anggapan kita tidak baik, tetapi sebenarnya itulah yang baik.

Karena itulah Allah berfirman dalam Al-Quran sebagai berikut:

"... Dan boleh jadi kamu kurang menyukai sesuatu sedang ia amat baik untukmu; dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Tuhan menngetahui kamu tidak tahu." (Al-Baqarah: 216)

II. Karena itu maka manusia dalam berdoa kepada Allah terbagi dalam 3 bagian.

[a] Sebagian kita manusia dalam berdoa atau memohon sesuatu kepada Allah, menyerahkan diri kepadaNya, terserah kepada Allah, tentang apa yang lebih baik diperkenankan olehNya. Maka hasil dari ini, ia akan mencapai keridhaan Allah, selalu ada hubungannya dengan Allah, apakah maksudnya diperkenankan oleh Allah ataukah tidak. Hatinya tidak berpaling dari Allah meskipun doanya lambat makbul (diperkenankan oleh Allah s.w.t.).

[b] Sebagian orang berdoa kepada Allah dengan kepercayaan, bahwa Allah akan memegang teguh janjiNya, bahwa Tuhan. tidak menyalahi janji, sebagaimana firmanNya, dalam Surat Al-Mukmin. Apabila doanya lambat diperkenankan oleh Allah, maka ia menganggap hal keadaan itu disebabkan tidak betul-betul ia melaksanakan doanya itu. Atau mungkin karena syarat-syarat yang diperlukan dalam berdoa, seperti tidak memakan harta yang haram, mematuhi perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Mungkin sebagian syarat-syarat ini tidak ada padanya. Dari itu, maka kadang-kadang harapannya timbul lagi, agar Allah memperkenankan doanya. Dan apabila Allah telah menyampaikan maksudnya, maka hatinya gembira dan bersyukur kepada Allah. 

[c] Ada pula sebagian manusia tidak luput berdoa kepada Allah, memohon sesuatu yang ia maksudkan, tetapi ia mempunyai kesalahan-kesalahan dengan meninggalkan sebagian apa yang diperintahkan oleh agama, atau mengerjakan sebagian larangannya, di samping itu pula hatinya lalai atau tidak sejalan seperti doa yang diucapkan. Maka orang ini apabila doanya lambat diperkenankan oleh Allah s.w.t. boleh menimbulkan ragu-ragu dalam hatinya. Allah memperkenankan janjinya, lantas ia menjadi bingung, atau bahkan menimbulkan putus asa. Orang begini adalah orang yang paling mgi, karena itu kita berlindung kepada Allah semoga kita tidak jatuh dalam golongan ini. 

III. Kita harus yakin bahwa doa kita pasti diperkenankan oleh Allah. Tentang Allah memperkenankan doa kita, dapat kita pelajari dari Hadis Nabi Muhammad s.a.w.:

Diterima dari Abi Sa'id Al-Khudry r.a., bahwa telah bersabda Nabi Muhammad s.a.w.: Tidak ada orang Muslim yang membaca doa di mana tidak ada pada doanya itu hal-hal yang menimbulkan dosa dan memutuskan hubungan silaturrahmi, melainkan Allah pasti memberikan kepada orang itu dengan doanya, salah satu dari 3 macam:

1. Adakala Allah segera memperkenankan doanya.

2. Adakala doanya itu dijadikan oleh Allah sebagai simpanan. orang tersebut, untuk pahalanya di akhirat.

3. Adakala Allah memalingkan daripada orang tersebut bempa kejahatan (bala dan malapetaka) sesuai dengan doanya. 

Bertanya para sahabat: Kalau begitu baik kita membanyakkan doa! Berkata Nabi: Allah s.w.t. akan membanyakkan (pemberianNya). (Hadis riwayat Imam Ahmad dengan rawi-rawinya yang bagus, dan riwayat Al-Hakim. Berkata beliau (Al-Hakim): Bahwa segala perawi Hadis ini Sahih.

Dari Hadis ini dapat kita ambil kesimpulan, bahwa apabila doa kita baik dan bagus, tidak ada tujuan-tujuan yang jelek padanya, maka Allah akan memperkenankannya. Cuma perlu kita mengetahui, bahwa kita sebaik-baiknya jangan ada maksud cepat-cepat pada doa kita untuk diperkenankan oleh Allah.

Tetapi serahkanlah saja kepada Allah, dan Allah lebih tahu bila waktunya doa kita diperkenankan olehNya. Karena itu maka Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda: 

"Doa salah satu kamu akan diperkenankan oleh Allah asal saja seseorangitu tidak buru-buru, lalu ia mengatakan: Aku telah berdoa, tetapi doaku belum diperkenankan." 

(Hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim dan ahli-ahli Hadis lainnya)

Ketahuilah oleh kita sekalian, bahwa Nabi Musa dan Nabi Hamn pernah berdoa kepada Allah, supaya Allah mencabut segala nikmat yang diberikan olehNya kepada Fir'aun dan pengikutpengikutnya, sebab Fir'aun dan pengikutnya mempergunakan pemberian- pemberian Allah itu untuk menyesatkan manusia dari jalan yang benar yaitu jalan Iman dan Islam. 

Firman Allah dalam Al-Quran sebagai berikut:

"Dan berkata Musa: Wahai Tuhan kami! Sesungguhnya Engkau telah berikan kepada Fir'aun dan pembesar-pembesarnya berupa perhiasan kekayaan, dan kehidupan duniawi. Wahai Tuhan kami! Dengan kekayaan itu mereka sesatkan ummat! Binasakanlah harta mereka dan tutuplah hati mereka. Karena mereka tidak akan beriman sebelum mereka melihat siksaan yang pedih."(Yunus: 88)

Demikian doa Musa dan Hamn, tetapi doa kedua Nabi ini baru diperkenankan oleh Allah setelah 40 tahun kemudian. Setelah itulah, maka Allah memperkenankan doa tadi sebagaimana firmanNya lagi dalam Al-Quran:

"Tuhan mengatakan sesungguhnya telah diperkenankan doa kamu berdua, sebab itu tetaplah betjalan lurus ( dalam mengembangkan seruan kebenaran) dan jangan diturut jalan orang-orang yang tidak berpengetahuan." (Yunus: 89)

IV. Dalam rumusan Kalam Hikmah di atas, diterangkan bahwa Allah s.w.t., memperkenankan doa kita, sesuai pada apa yang dipilih oleh Allah, dan bukan pada sesuatu yang kita pilih buat diri kita. Demikian juga dalam masalah waktu, Allah memperkenankan doa dalam waktu yang Ia kehendaki, dan bukan dalam waktu yang kita kehendaki.

Pada suatu hari seorang laki-laki datang berziarah pada ulama Tasawuf bernama Abul Abbas Al-Mirsy r.a. Para waktu itu beliau dalam waktu sakit. Berkata laki-laki itu kepada beliau: "Mudah-mudahan Allah menyembuhkan tuan!" Beliau diam dan tidak menjawab apa-apa, kemudian si laki-laki tadi berkata lagi: "Semoga Allah menyembuhkan tuan!"

Maka menjawab Syeikh Abul Abbas Al-Mirsy: Aku tidak memohon kepada Allah kesihatan, sebab aku sudah lama memohon kepada Allah tentang kesihatan saya, dan apa yang aku rasakan sekarang dari penyakitku adalah kesihatan dan keselamatan. Lihatlah Rasulullah s.a.w. sesungguhnya beliau telah memohon kepada Allah agar beliau diberikan kesihatan dan keselamatan, tetapi di samping itu Nabi bersabda: "Senantiasa makanan Khaibar (makanan yang mengandung racun yang telah termakan oleh beliau), selalu mengganggu kesihatan saya, dan sekarang sungguh telah hilang lenyap kebingungan saya."

Demikian juga Saiyidina Abu Bakar As-Siddiq r.a., beliau telah memohon kesihatan dan keselamatan kepada Allah, tetapi kemudian Abu Bakar As-Siddiq meninggal dunia disebabkan keracunan. Juga Saiyidina U mar bin Al-Khaththab r. a. permohonan beliau adalah sama dengan Nabi dan Abu Bakar, tetapi beliau meninggal dunia dengan jalan aniaya pada waktu beliau sedang sembahyang, dan manusia sedang bermakmum pada beliau. Maka demikian pula Saiyidina Usman r.a. telah meninggal dunia dengan jalan terbunuh.

Demikian juga nasib dan keadaan Saiyidina Ali r.a. Kemudian Abul Abbas Al-Mirsy melanjutkan perkataannya: "Apabila engkau memohon kepada Allah s.w.t. kesihatan dan keselamatan, mohonlah kepadaNya di mana Ia lebih mengetahui, bahwa sesuatu itu adalah kesihatan dan keselamatan untukmu!"

Karena itu, maka wajiblah kita selaku hamba Allah, menyerahkan diri kepadaNya, bahwa sesuatu yang baik itu adalah pada apa yang la kehendaki dan pilihkan buat kita, meskipun itu bertentangan dengan maksud kita.

Kita jangan sampai putus asa dengan sebab Allah lambat memperkenankan doa kita cuma kita hendaklah selalu memohon dan berdoa kepadaNya. Dalam satu Hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah s.a. w. bersabda:

"Telah berkata Malaikat Tibril a.s.: Hai Tuhan! Engkau sampaikan maksud dan hajat hambaMu si fulan ..... Maka Tuhan menjawab: Biarkan hambaKu itu, karena Aku cinta mendengar suaranya (yang selalu bermohon kepadaKu) ! "

Maka dari ini semua, dapat kita ambil kesimpulan, bahwa doa kita baru dikatakan mustajab apabila Tuhan memperkenankan doa kita itu dengan ridhaNya dan pilihanNya, bukan pilihan kita, dan pada waktu yang Ia kehendaki, bukan pada waktu yang kita kehendaki, sebab amal ibadah apa pun saja, kebagusannya adalah melihat kepada penghabisannya (khatimahnya).

Apakah husnul khatimah (diakhiri dengan baik menurut Allah) ataukah suul khatimah (tidak baik pada akhirnya).

Dan kita berlindung kepada Allah dari doa yang mengakibatkan kepada kita tidak baik pada penghabisannya.

Mudah-mudahan Allah s.w.t. memperkenankan segala doa-doa kita, demi kebaikan kita sekalian, dunia akhirat

Nächstes Kapitel