webnovel

Days 02 (Part III)

Sepuluh menit penuh itulah waktu yang diperlukan oleh Leo untuk menghabiskan sarapan sederhana-nya, serta waktu yang dihabiskan oleh Irene untuk menyelesaikan ritual paginya.

Dengan sebuah handuk yang tengah membungkus erat mahkota hitamnya (Rambutnya), Irene-pun berjalan ke arah Leo yang terlihat tengah mencuci piring "Kau sarapan sendirian?? Kenapa tidak menunggu-ku sih??" Tanya Irene dengan nada yang terdengar agak kesal.

Leo hanya melirik temannya tersebut sembari mencuci peralatan makan-nya "Ayolah jangan bertingkah layaknya anak kecil Irene, hanya masalah sepele seperti ini kenapa juga harus di ributkan" Ucap Leo.

Yang spontan di sambut oleh dengusan kesal dari pihak Irene "Cihh, terserahmu saja... Mana piring lainnya??" Ucap Irene menjulurkan tangan kepada Leo, mengingat Leo menyimpan beberapa peralatan makan seperti piring, sendok, garpu, serta pisau makan juga....

"Nih ambil" Balas Leo sembari melemparkan dua buah memory card ke arah Irene, "Terima kasih" Ucap Irene yang berjalan meninggalkan Leo, dan mengarah ke meja makan.

.

.

.

.

[Time-Skip : 09.00 AM]

Sesuai dengan rencana yang telah mereka semua sepakati semalam, kini di area tak jauh tempat Sia mendapatkan ikan.

Kita dapat melihat dengan jelas keberadaan dari tiga orang yakni Irene, Ayu serta Leo yang tengah menjelajahi area sekitaran mencari beberapa pohon buah-buahan.

"Kita sudah mencari selama hampir 10 menitan, tapi tidak ada satupun tanda-tanda pohon buah-buahan" Keluh Irene yang kini tengah duduk santai di atas sebuah akar pohon tertentu.

Ayu yang mendengar perkataan tersebut hanya bisa tersenyum menanggapinya sembari berucap "Jadi mau bagaimana lagi adik?? Setidaknya kita sudah berusaha semaksimal mungkin".

"Sebenarnya kita bisa saja dengan mudah mendapatkan posisi pohon-pohon tersebut, mengingat ada keberadaan burung Pipit di pulau ini" Ucap Leo yang tengah bersandar ria pada sebuah pohon beringin mungkin??

"Uhmm, benar juga ya?!!! Burung Pipit merupakan burung pemakan biji-bijian serta buah-buahan juga kan?? Selama kita mengikuti burung Pipit tersebut, pasti kita dapat menemukannya" Timpal Irene yang kini terlihat sedikit bersemangat??

"Mustahil melakukan hal tersebut, burung-burung Pipit itu tinggal di sisi lain pulau ini... Kita harus menelusuri daerah pesisir pantai ataupun pegunungan tersebut, kedua-duanya punya bahaya tersendiri" Pernyataan Leo tersebut jelas langsung memadamkan semangat Irene.

Ayu mengangguk-kan kepalanya menyetujui pernyataan tersebut, "Leo benar, jalan satu-satunya untuk kita semua adalah membudidayakan kumpulan ikan ini" Ucap Ayu sembari menunjuk ke arah ikan-ikan yang tengah berenang bebas di aliran sungai tersebut...

Leo menghela nafas panjang "Apa yang dikatakan oleh mbak Ayu itu benar sekali, pilihan paling praktis ya kita harus membudidayakan ikan-ikan ini sih" Ucap Leo

Hal ini membuat Irene sedikit merenggut kesal memikirkannya mengingat remaja perempuan tersebut tidak terlalu menyukai makanan seperti ikan, udang ataupun kerang.

"Masih terlalu cepat, bagaimana kalau kita berjuang sedikit lagi lagipula area sekitar sini juga masih luas bukan??" Ucap Irene dengan tatapan penuh ke-engganan pada kedua netranya, "Baiklah kita lakukan pencarian satu hari ini, jika tidak ada besok kita siapkan waduk buatan setuju??" Ujar Leo yang pastinya sangat paham betul ketidak sukaan sahabatnya terhadap makanan berbau seafood ataupun ikan-ikanan.

"Yoshh, ayo kita lakukan!!" Dengan penuh semangat Irene-pun memulai tugasnya kembali di ikuti oleh Leo serta Ayu yang hanya bisa tersenyum masam menyaksikan tingkah laku kekanak-kanakan dari remaja perempuan tersebut.

.

.

.

Mari kita tinggalkan sisi Irene dan pergi ke sisi Gui yang saat ini tengah memperluas area sekitaran Gubuk :

.

.

[Gui POV]

Mencabut pohon, meratakan lubang dengan tanah yang berserakan entah sudah berapa kali aku melakukan hal tersebut??

Nama-ku adalah Zhang Gui, sosok hantu Begu Ganjang yang telah melayani 7 generasi keluarga Erlangga...

Yup, kalian tidak salah dengar itulah identitas yang aku miliki semenjak terlahir ke dunia ini.Tapi tidak pernah sedikit-pun aku membayangkan akan mendapatkan hadiah berupa tubuh fisik dari generasi ke-tujuh keluarga Erlangga tersebut.

Generasi ke-tujuh yang tengah aku layani saat ini bernama Erlangga Leonardi, keturunan dari Erlangga Gandu dan Erlangga Vani. Kenapa mereka bisa memiliki nama keluarga yang sama, tentu saja karena pasangan generasi ke-enam tersebut pada dasarnya merupakan saudara sepupu.

Pernikahan antara saudara sepupu bukanlah hal yang tabu teruntuk keluarga Erlangga, bahkan aku beserta teman-teman-ku (Para Begu Ganjang lainnya) cukup sering menyaksikan pernikahan mereka.

"Yoo Zhang Guii, apa kau tidak bosan melakukan hal yang sama sepanjang pagi ini??" Seorang anak kecil yang aku ketahui sebagai teman hantu dari generasi ke-tujuh menyapa-ku, ia adalah Zing'er Xueran.

Sosok hantu anak kecil yang karena kekuatan tak berakhlaknya mampu menghancurkan kontrak milikku, meskipun kontrak aku bicarakan ini hanyalah berupa menjaga hasil panen keluarga Erlangga dari tangan-tangan para pencuri sih??

Tapi kontrak tetaplah kontrak, meskipun perlu ku akui hantu anak kecil ini pada kenyataannya memiliki kemampuan jauh lebih mumpuni dibandingkan sosok dukun yang beratus-ratus tahun lampau menciptakan diriku.

Senang atau sedih?? Sebenarnya aku tidak tahu pasti harus menunjukkan ekspresi seperti apa terhadap tindakan hantu ini.

"Tidak ada komentar, perintah dari Leo harus dilaksanakan dengan baik" Aku membalas dengan singkat, sebab aku sangat tidak menyukai hantu anak kecil tersebut mengingat ia dengan seenak jidatnya menghancurkan kontrakku serta memberikan nama aneh ini!!!

Ya, pada awalnya aku masih sekali tidak memiliki nama tapi hantu kecil ini justru memberikan diriku sebuah nama aneh yang terdiri dari dua suku kata!!! Ini merupakan hal yang sangat-sangat menjengkelkan sekali teruntuk Begu Ganjang seperti diriku.

Karena kami para Begu Ganjang lebih menyukai nama yang terdiri dari satu suku kata saja, "Benarkah itu, lalu bagaimana jika Leo menyuruhmu untuk mati?? Apakah kau akan menerimanya??" Tanya Zing'er dengan sebuah senyuman manis bersemi di wajah mudanya tersebut.

Mendengar pertanyaan Zing'er spontan membuatku merasa kesal dan menimbulkan keinginan di dalam hati untuk mengakhiri kehidupan dari anak tersebut, Tapi aku sadar betul kalau kekuatan kami berada pada tingkatan yang sangat berbeda.

Oleh karena hal yang bisa aku lakukan hanyalah mengacuh dirinya sembari mengerjakan tugas dari Leo.

.

.

.

.

.

TBC

Nächstes Kapitel