webnovel

78. Penthouse

Rumi tersenyum. "Memangnya apa yang bisa diberikan oleh gadis cacat tanpa asal usul seperti ku? Kau adalah pria yang hebat. Kau pasti pilih-pilih untuk itu."

Mr. Tonny tersenyum seringai. "Keturunan. Aku ingin keturunan darimu. Haruskah aku melakukannya sekarang?" Pria itu mengakhiri kalimatnya dengan senyum yang tipis, menatap Rumi yang diam sembari mengulum salivanya berat. Seakan sedang memakan batu kerikil.

"Aku. ...." Rumi menggaruk sisi kepalanya yang tak gatal. Jika saja dia bangun dan berlari, maka dia akan melakukan itu. Sekarang Rumi takut dengan pria yang ada di depannya. "Aku hanya ...."

"Itu adalah bercandaan kita dulu," sahut Mr. Tonny memotong kalimat Rumi. Dia menatap ke arah lain, melirik jam dingin yang terus berjalan. Menunjukkan waktu sekarang mereka berada.

"Tidurlah. Ini sudah hampir malam. Jangan begadang. Itu tidak baik untuk kesehatanmu," ucapnya kemudian. Menutup kalimatnya.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com

Nächstes Kapitel