"Elu sudah pesen makan, Brin?" tanya Kak Rayi. Sabrina menatap ku sebal, aku merasakannya. Tapi aku berusaha bersikap biasa saja. Dia mengangguk dan kini Kak Rayi beralih menatapku yang duduk di samping nya. "Kamu mau makan apa, sayang?" tanyanya lembut.
"Yang biasa saja, Kak," sahutku dengan memaksakan senyum di bibir, melirik sekilas ke Sabrina dengan tatapan kemenangan. Yah, setidaknya satu sama. Pagi tadi dia sudah membuatku kesal, dan kini aku yang membuat nya sebal. Impas, kan?
"Oke, sayang. Tunggu bentar, ya." Ia beranjak tapi sebelumnya mengelus pucuk kepalaku dengan senyum semringah di sana, dan tentu tatapan teduhnya juga.
Kak Roger berdeham seolah tenggorokan nya tersangkut sesuatu. Aku meliriknya tajam setelah Kak Rayi pergi memesan makanan. "Apa sih!" gumamku sambil melebarkan mata. Dia malah diam dengan rahang yang terkatup. Tapi sorot matanya sungguh ingin membuatku melayangkan pukulan keras ke kepala nya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com