webnovel

Berkata-kata

"Ibu? Kenapa Ibu malah menjitak kepalaku? Apa salahku sihh? Apa aku bandel? Kan aku pulang tepat waktu, sakit tau ..." protes Yelin dengan mengerucutkan bibirnya, berpura-pura kesal, Yelin melengos lalu membalikkan badannya, setelah itu ia melipat kedua tangannya di dada, dia ingin menguji kesabaran ibunya, karena menurutnya sudah lama dia tidak pernah menguji ibunya, karena kesibukan ibunya itu, membuat ibunya agak tidak punya waktu untuknya.

Meskipun Yelin tau kalau kesibukan ibunya untuk mencari uang, tapi dia ingin sesekali berduaan dengan ibunya, seperti seorang sahabat yang selalu buat tempat curhat pada umumnya, tapi sepertinya kedataran ibunya itu, sangat jarang membuat Yelin untuk curhat kepadanya. Padahal aslinya Yelin tidak marah dan biasa saja, memang Yelin sudah terbiasa adu mulut dengan ibunya, baginya itu hal yang sungguh sangat wajar, kalau jadi orang pendiam, tidak enak rasanya.

Namun, ternyata ibunya itu tidak berusaha membujuk Yelin. Beliau malahan masuk ke dalam rumah saja. Tanpa memperdulikan Yelin yang merajuk seperti itu. Membuat Yelin benar-benar kesal sekarang. Ia langsung masuk ke dalam rumah pula, mengikuti ibunya dengan langkah kaki yang terus dihentakkan, sampai-sampai rumahnya itu terdengar seperti goncangan dan berguncang gara-gara ulah hentakan kaki Yelin.

Akhirnya ibu Yola mengeluarkan suaranya dengan memprotes putri si mata wayangnya itu. Karena ulah anaknya itu beliau jadi sedikit terjingkat. "Yeliiiin. Apa kamu mau membuat rumah ini roboh? Apa begitu? Kalau iya bersiap-siaplah untuk tidur di kolong jembatan," ucapan ibunya itu sungguh membuat Yelin terkekeh dan langsung tertawa. Ia akhirnya tak tahan lagi untuk menguji kesabaran ibunya. Kali ini Yelin sangat tau kalau ibunya itu ucapannya selalu tidak main-main, beliau sangat tegas. Namun, sungguh menyayangi anaknya, misalnya kalau Yelin belum pulang-pulang kuliah juga, beliau sungguh khawatir dan langsung mencarinya ke mana pun sampai benar-benar menemukannya. Maka-nya tak heran ibu Yola memarahi Yelin karena itu bukti sayangnya kepada anaknya.

Yelin yang sudah puas menggoda ibunya dan tangannya kini sudah mendekat ke arah ibunya. Kini sudah digelayutkan manja di bahu wanita paruh baya itu. Lalu Yelin mencoba untuk berdiskusi kepada ibunya.

"Bu ... misal nih yaaaa, Yelin ditembak sama seseorang, terus saling suka, apa Ibu merestui dan menikahkan kami?" ucap Yelin dengan semakin menggelayutkan dirinya dengan lebaynya, dia bersiap untuk mendengar ucapan ibunya, berharap jawaban ibunya positif, tidak seperti bayangannya yang akan ditolak mentah-mentah oleh ibunya.

Yelin terus menatapi ibunya. Sesekali ia menelan salivanya dengan susah payah, hatinya menjerit dan terus berdoa untuk yang terbaik, meskipun dia bilang misalnya, jelasnya ibunya itu tau kalau Yelin sedang jatuh cinta, dan pertanyaan itu nyata untuk dirinya sendiri. Kenapa dia sampai menelan salivanya dan terlihat takut? Karena ibunya itu hanya diam dan melirik ke arah Yelin dengan tatapan tajam. Lama Yelin menunggu jawaban ibunya, akhirnya ibu Yola membalas juga.

"Itu maksudnya tembak-menembak itu pernyataan cinta atau ditembak sama peluru?" Yelin yang mendengar itu langsung memegangi tepat di bagian dadanya, beliau lalu melanjutkan ucapannya kembali.

"Kalau penyataan cinta, apa kamu sedang jatuh cinta, Nak? Sama siapa? Apa dia seorang mafia?" Dan balasan ibunya itu, benar-benar membuat Yelin merasa syok, bagaimana tidak? Baginya kenapa ibunya itu, berucap dengan sedemikian rupa, padahal dia saja tidak tau kalau Raj itu apa benar seorang mafia, tapi kenapa ibunya itu seperti sudah tau betul kalau Raj adalah seorang mafia, apa beliau mengenalnya? Begitu pikir Yelin yang berkecamuk di dalam hatinya.

Awalnya lidah Yelin terasa kelu, tapi akhirnya Yelin berusaha menyangkalnya saja, karena kata Yelin, belum tentu ibunya itu benar-benar tau, siapa tau ibunya itu hanya bersifat menjebak saja, jadi sekarang pintar-pintarnya Yelin saja dalam membaca situasi dan kondisi. Karena terlihat wajah ibunya yang menggambarkan arti sudah curiga kepada Yelin.

"Jatuh cinta? Haha mana mungkin, Bu ... bukankah Yelin yang paling susah untuk didekati? Bagaimana bisa jatuh cinta dengan semudah itu. Jadi ... sangatlah tidak mungkin rasanya, kan tadi aku bertanya itu hanya misalnya, Bu, jadi tidak benar itu semua yang Ibu ucapkan, lalu balasan Ibu yang sebenarnya adalah apa? Merestui atau bagaimana?" Lagi dan lagi, Yelin berusaha mengorek informasi dari ibunya. Ibunya pun menjawab secara jujur saja, tanpa ada yang ditutupi lagi.

"Kalau lelaki itu serius, kenapa enggak? Yang penting dia mau menunggumu sampai lulus kuliah, dan terbaik, tapi kalau dia preman, buronan atau Mafia, kayaknya Ibu pikir-pikir dulu, mereka yang Ibu sebutkan tadi tidak cocok dan tidak layak buatmu."

Yelin yang mendengar ucapan ibunya itu, dia benar-benar syok dan spontan wajahnya sedikit memucat, bingung memikirkan itu, ia pun langsung berteriak. "Apa! Kenapa seperti itu, Bu? Apa benar-benar tidak boleh?"

Ibu Yola yang tidak paham maksud Yelin, beliau menatap Yelin dan menepuk pundaknya. "Kenapa kamu syok seperti itu, Sayang? Apa ada yang salah ibu ucapkan? Jangan-jangan kamu mengenal yang Ibu sebutkan dengan seseorang yang tidak cocok tadi, apa betul?"

Yelin menggeleng cepat. Dia tidak ada kata untuk membalas ibunya itu, baginya ia sudah cukup tau tentang sifat ibunya. Yelin pun sesekali melamun dan membatin. 'Hmmm gimana dong? Masak aku tidak direstui dengan Raj sama, Ibu? Iya kalau Raj manusia biasa sih alhamdulillah, tapi dia manusia luar biasa, campur-campur kayak es campur rasanya, dia kaya sekaligus tampan, juga sepertinya mafia dari yang aku duga, ini asli. Apa tetap tak akan direstui, Ibu? Astagaaaa aku harus gimana dong? Mungkin satu-satunya agar direstui nanti melihat seberapa tulus pengorbanan, Raj, pokoknya aku tidak boleh putus asa nantinya.'

Bu Yola yang melihat anaknya melamun, beliau pun melambaikan tangannya tepat di depan wajah Yelin, sehingga membuat Yelin mengerjap dan tersadar dari lamunannya. Beliau pun menggeleng dan menyentil dahi anaknya itu. Lalu menyuruh anaknya untuk segera mandi dan makan bersama.

"Malah melamun. Sana segera mandi! Bau tau kamu, Nak. Lalu setelah itu kita makan bersama, Ibu sudah masak makanan kesukaanmu!"

Yelin yang mendengarkan perintah ibunya itu, ia mengangguk dan berhamburan ke arah kamarnya, ibunya yang menatapi anaknya sungguh sangat berbeda dari kemarin, beliau benar-benar terheran-heran dan melihat gelagat yang mencurigakan dari anaknya itu, beliau tau kalau Yelin sedang jatuh cinta, hanya saja Yelin takut untuk mengungkapkannya, meskipun beliau tau, tapi ibu Yola tidak mendesak anaknya agar berkata jujur. Bagi beliau yang penting Yelin bahagia dan beliau akan menunggu Yelin curhat dengan kesiapannya.

Ibu Yola pun berjalan ke arah bingkai foto yang ada di atas meja berada. Beliau pun meraih bingkai itu dan berceloteh kepada foto suaminya yang bersama dia dan Yelin sewaktu Yelin berumur 15 tahun yang lalu.

"Suamiku, kapan kamu pulang? Tuh lihat anakmu sudah dewasa dan berumur 21 tahun, sepertinya dia sedang jatuh cinta, kita menunggu kamu pulang, putrimu itu sungguh bandel, dia hanya suka curhat denganmu dari pada denganku." Setelah puas berucap dengan foto yang dipegangnya, ibu Yola pun memeluknya erat, lalu menaruhnya ke tempat semula.

Nächstes Kapitel