Yelin sudah wangi karena memang dia sudah usai mandi, sholat juga tak pernah ia lupakan, dia yang masih malas untuk melakukan aktivitas apapun setelah itu, akhirnya menuju ke arah ranjangnya berada, berniat untuk membaringkan badannya sejenak karena dirasa capek seluruh badannya. Namun, ternyata belum sempat Yelin berbaring, terdengarlah suara ketukan pintu yang amat keras. Yelin menggeram kesal, rasanya dia sungguh malas bangkit dari tidurnya, sungguh ia terasa capek hingga sampai ke tulang, perasaan dia tidak melakukan aktifitas berat apapun, tapi entah mengapa capek itu datang. Tapi meskipun begitu dia tidak akan berani mengabaikan ketukan pintu itu, Yelin sangat tau betul itu adalah ibunya, karena siapa lagi kalau bukan beliau, memang dia tinggal hanya bersama ibunya saja.
Tok, tok, tok!
"Yeliiiin. Buka pintunya, Nak! Buka cepat dong ... kamu ngapain saja sih, Sayang? Lama sekali," keluh ibu Yolah yang masih berada di luar pintu Yelin. Beliau suka sekali menggoda anaknya itu, seperti tidak enak kalau tidak membuat Yelin kesal.
"Iya, iya, Bu ... bawel betul sih ... memangnya mau dikasih apaan sih ... huh." Dengan cepat Yelin berhamburan dari tidurnya, berjalan menuju ke arah pintu berada, dia menatapi jam dinding yang masih menunjukkan pukul 4 sore, sungguh ia benar-benar malas, lagian bertemu Raj juga masih 3 jam lagi. Yelin merasa waktu berputar begitu lama, ia benar-benar tidak sabar untuk menuju jam 7 tiba. Maka-nya Yelin ingin tidur saja, supaya waktu bisa berputar cepat, tau-tau bangun sudah tiba hampir jam 7 saja, begitu pikirnya.
Yelin pun membuka pintunya, wajahnya menggambarkan rasa malas dan seperti tidak suka karena telah diganggunya. Ibunya hanya berdecak dan menggeleng pelan, lalu mencoba menggodanya. "Kenapa wajahmu seperti itu, Nak? Sudah sore masih saja tiduran, gak baik tau, anak gadis tidur sore, tuh kamu sudah ditunggu oleh cowok tampan di luar rumah."
Yelin yang mendengar itu, wajahnya yang semula ditekuk dengan sedemikian rupa. Kini sudah berubah fresh dengan senyumannya, ia pikir lelaki itu adalah Raj, maka-nya dia sungguh sangat bersemangat, padahal dia tidak tau kalau ibunya berbohong untuk menggodanya, lagian kalau ibu Yola tidak menggoda seperti itu, sangat malas melihat wajah jelek anaknya yang cemberut itu. Lalu Yelin dengan cepat berhamburan ke arah luar rumah. Dia menoleh ke sana ke mari untuk melihati sang pujaan hatinya yang ternyata tidak ditemukannya.
"Ibuuu mana ada cowok tampan? Mana, Bu ... tidak ada begini kok," Panggil Yelin dengan nada yang terdengar kecewa. Untung saja Yelin tidak sampai menyebut nama Raj, kalau menyebut namanya, bisa-bisa ibunya itu akan tau nama Raj dan akan mencaritahu kebenarannya, karena ibu Yola sangat tidak ingin kalau anaknya itu tersakiti, pernah dulu ada lelaki yang tiba-tiba datang menyatakan cinta, ibu Yola awalnya hanya tersenyum, dan menyuruh pulang lelaki itu, tapi setelah mendapatkan informasi yang akurat barulah ia bisa menolaknya mentah-mentah.
Beliau tidak mau salah memilih menantu untuk anaknya, apalagi Yelin adalah putri si mata wayangnya, jadi sangat disayangkan kalau dilepas dengan mudah. Meskipun ibu Yola tidak kaya seperti orang-orang, tapi entah kenapa dia selalu cepat dalam mendapatkan informasi.
"Kenapa, Nak? Apa sang pangeranmu tidak ada?" tanya ibu Yola, ketika sudah berjalan ke arah luar untuk menghampiri anaknya dan tepat beliau ada di samping Yelin sekarang.
Yelin yang kini sudah menatapi ibunya, ia tau kalau ternyata ibunya itu telah membohonginya, dia pun memicingkan matanya dengan gemas, merasa tak terima dengan ulah ibunya.
"Apa! Jadi Ibu membohongiku? Astagaaa aku kirain beneran, ihhh Ibu, menyebalkan sekali! Selalu Ibu ini mengujiku dengan tidak jelas, heran aku huh!" keluh Yelin dengan sesekali menyemburkan nafasnya dengan kasar. Kedua tangannya lalu dilipat ke dada, tak lupa kalau merajuk pastinya membalikkan badannya, tidak mau menatapi ibunya itu.
Ibu Yola pun merengkuh pundak anaknya, mencoba merayunya untuk mengajak Yelin masuk. "Ayo masuk! Kita makan bersama, Sayaaaang, katanya tadi iya sewaktu Ibu bilang, mandi, sholat terus makan bersama? Tapi Ibu tunggu lama kamu tak muncul juga, jadilah Ibu sekarang menggodamu, lagian kamu memangnya mengira lelaki tampan itu siapa hayoooo, jujur sama Ibu."
Gara-gara merajuknya, itu membuat Yelin ke skak dengan tingkah lakunya sendiri, bagaimana tidak? Malahan ibunya sekarang bertanya tentang siapa yang dikira lelaki tampan oleh Yelin. Membuat Yelin mau tidak mau, melupakan godaan ibunya itu dan tak merajuk lagi. Ia pun membalikkan badannya ke arah ibunya dan mengajak ibunya makan.
"Ya sudah deh, ayo makan saja! Yelin laper juga, Bu ... lagian sekarang Ibu masak apa?" Kini Yelin sudah mengajak mengobrol ibunya, karena dia mau mengalihkan pembicaraan tentang pertanyaan ibunya tadi. Ibu Yola yang paham maksud Yelin, beliau memahami saja, mungkin belum saatnya, begitu pikirnya, pokoknya ibu Yola akan selalu menunggu sampai Yelin siap untuk bercerita sendiri.
"Pokoknya Ibu masak makanan kesukaanmu, ada capcay, ikan gurami bakar, tak lupa sambal terasi ikan terinya, uhhh mantap deh kalau Ibu yang masak," balas ibu Yola yang tau betul kesukaan anaknya, karena memang Yelin sangat lahap dengan menu yang satu ini, apalagi kalau dibarengi dengan pete. Pastinya nasi se-magicom akan lenyap dimakan berdua oleh ibunya. Namun, sekarang belum musimnya pete, jadi tidak pakai itu sekarang.
"Apa! Makanan itu, Bu? Waaahhh bisa-bisa Yelin gendut ini, pokoknya hari ini Yelin harus diet, makan hanya 3 sendok saja!" celoteh Yelin yang membuat ibunya terheran-heran. Tapi beliau sangat tau betul kalau anaknya itu gak akan bisa menahan godaan sambal terasi ikan teri ini, jadi beliau hanya bisa tersenyum tipis saja mendengar perkataan Yelin yang diet itu. Lagian Yelin juga tidak gemuk, tapi badannya seksi, meskipun dia suka makan banyak, tapi sudah dari sononya.
"Diet? Kenapa? Benarkah?" tanya ibu Yola yang penasaran, beliau ingin tau jawaban Yelin selanjutannya.
"Iya, Bu ... nih lihat lemak di perut Yelin yang menumpuk ini." Yelin berucap sambil menekan perutnya. Ibu Yola hanya bisa mengangguk-angguk saja dan kini beliau duduk di kursi makan duluan, Yelin pun menyusul setelahnya.
Ibu Yola mulai menyendok makanannya dan menaruh ke dalam piring, tak lupa berdoa yang dipimpin oleh Yelin, setelah itu ia makan dengan lahapnya seperti biasanya, sembari mengunyah dengan mata yang melotot dan bibir dimonyongkan, ia sengaja seperti itu supaya Yelin tergoda, tau betapa nikmatnya makanan yang ada di depannya sekarang.
Yelin pun membatin. 'Astagaaa Ibu lebay amat yaaaak, tapi baunya benar-benar menggoda sihhh, aku ingin melahapnya sampai habis, tapi kalau aku nanti bertemu, Raj melebar bagaimana? Kan gawat, gimana doooong. Aaaaaa sial pokoknya. Persetan dengan diet.'