webnovel

Episode 9; Dia

Usman masih bertelanjang dan tiduran di atas kasur tempat dimana Aldi dan Sifa tidur bersama, tubuhnya penuh dengan keringat yang mengkilap. Sifa sendiri ngos-ngosan menahan nafasnya dan bersandar pada dada Usman yang berbulu lebat.

"Siapa itu?" tanya Usman.

"Saya gak tahu pak, tapi kayaknya itu majikan Mbak Tati." jawab Sifa.

"Oh. Oh ya Sifa, bapak mau tanya." ujar Usman.

"Tanya apa pak?" tanya Sifa.

"Apa kamu tidak keberatan kalau bapak minta persetubuhan ini setiap kali bapak mau, jujur saja bapak sudah bosan onani di rumah sendirian." ujar Usman.

"Gimana ya pak, saya juga gak enak sama Aldi. Lagipula Aldi itu anak bapak, terus kita main dibelakangnya." ujar Sifa.

"Alah anak itu, kamu jangan pikirkan dia. Yang penting kita berdua sama-sama puas, kamu puas kan sama bapak?" tanya Usman.

Sifa tidak menjawab, hanya saja dia tersenyum kecil yang membuat Usman senang. Gelora birahi Usman seketika itu bangkit lagi, Sifa tahu kalau Usman ingin main lagi. hal itu terlihat dari tonjolan di balik selimut yang mereka pakai.

Usman memandang wajah Sifa dan penuh nafsu mereka bertukar ludah dan saling mencumbu satu sama lain. Aroma tubuh Usman yang tidak sedap sudah menempel dengan tubuh Sifa pada saat itu, cairan tubuh yang keluar dari kelamin mereka nampak menjadi bercak di sprei yang mereka pakai.

----

"Om, itu uangnya jatuh!" seru Desi.

Aryo yang tersentak berbalik badan dan melihat di depannya ada wanita yang dulu pernah mengisi hidupnya.

"Ranti?" tanya Aryo.

"Aryo?" balik tanya Ranti.

Ranti melihat keadaan Aryo yang berbeda jauh dengan Dadang, dari segi penampilan dan gaya hidup jelas Aryo jauh lebih unggul dari Dadang.

"Kamu tinggal disini?" tanya Aryo.

"Iya." jawab singkat Ranti.

"Aku boleh minta nomor telepon kamu gak?" tanya Aryo.

"Saya gak punya gawai, apalagi nomor telepon." jawab Ranti.

"Oh ya sudah kalau begitu nanti, saya main kesini sekalian pingin ketemu mas Dadang. Ngomong-ngomong mas Dadang kemana?" tanya Aryo.

"Kerja." jawab Ranti.

"Oh, syukurlah kalau begitu. Saya pamit dulu." ujar Aryo.

Usai Aryo pergi, Ranti segera masuk ke kamarnya. Desi yang ikut mengantar Dafi untuk pergi sekolah segera masuk ke kamar dan tiduran karena lelah, sementara Ranti duduk di ruang tengah sambil melamun.

Dia masih membayangkan dulu dirinya berpacaran dengan Aryo dan hampir menikah, bahkan dia rela untuk di tiduri oleh Aryo sebelum menikah. Setiap berhubungan badan mereka selalu memakai kondom, walaupun sesekali Aryo melepaskan kondom yang dia pakai. Dia beralasan sudah siap kalau Ranti harus hamil anaknya, Ranti yang mendengar hal itu tidak keberatan dengan apa yang dilakukan oleh Aryo.

Aryo adalah orang yang setia akan janji yang dipegang oleh seseorang, oleh karena itu dia mencintai Ranti penuh rasa kasih sayang. Hanya saja peristiwa naas terjadi ketika pesta pertunangan yang dia gelar menjadi kenyataan pahit dalam hidupnya, karena pada saat itu dia melihat Dadang sedang meniduri Ranti di kamarnya.

Dadang seolah sengaja melakukannya, bahkan ketika dia mengeluarkan spermanya. Dia lakukan di depan mata Aryo, erangan panjang di dengar oleh orang-orang pada saat itu. Ayah Aryo dan Dadang terkena serangan jantung padahal saat itu juga, sedangkan ibunya mengalami gangguan jiwa akibat hal tersebut.

Ranti tersentak dari lamunannya, seluruh tubuhnya berkeringat tak kala dia mengingat hal itu, ingin rasanya pada saat itu dia menjelaskan sesuatu yang penting kepada Aryo, hanya saja Aryo sudah pergi karena kecewa berat.

----

Pelan tapi pasti Ranti mendengar apa yang terjadi di sebelah kamar kontrakan miliknya, karena dinding yang masih bilik jelas bisa membuat Ranti mendengar sesuatu yang sudah khas di ketahui.

"Jam segini Aldi sudah pulang? Tapi tidak ada sepeda motornya. Lalu dengan siapa Sifa bercinta?" tanya Ranti dalam hati.

Ranti dekatkan telinganya untuk mendengar lebih jelas dengan siapa Sifa berselingkuh.

"Ah...ah.. Ini yang terakhir ya pak, saya sudah lelah sekali." ujar Sifa.

"Iya, besok bapak kesini lagi buat ngasih yang lebih enak lagi." timpal Usman.

"Pak Usman dan Sifa?" gumam Ranti.

Ranti seolah tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan, Sifa yang merupakan seorang pengisi majelis taklim dan Usman yang bergelar haji telah melakukan persetubuhan.

Ranti menelan ludah karena dia masih tidak percaya akan hal itu, ketika dia sejenak melamun terdengar suara erangan Usman yang mengalami orgasme untuk kesekian kalinya.

Terdengar suara pintu belakang yang terbuka dan itu adalah Usman yang keluar dari sana, Sifa hanya berbalut handuk saja dan hendak untuk mandi karena badannya sudah bau keringat akibat persetubuhannya dengan Usman.

Sampai pada akhirnya Sifa masuk ke kamar mandi dan mandi, badannya begitu lemas akibat genjotan Usman yang bergelora.

"Mbak Sifa?" tanya Ranti.

"iya Bu, ada apa?" balik tanya Sifa.

"Bolehkah saya minta gula pasir, Desi katanya mau teh manis. Saya belum sempat beli." ujar Ranti.

"Ambil saja Bu." timpal Sifa.

Ranti pun segera masuk lewat pintu belakang, ketika dia masuk ke dalam Kontrakan Sifa sudah tercium aroma menyengat keringat persetubuhan.

Ranti yang penasaran perlahan menuju kamar tidur milik Sifa, disana dia melihat kasur yang acak-acakan dan aroma khas pandan tercium jelas disana..

Bercak cairan hampir terlihat di area kasur yang ada disana, dia dekati cairan yang masih baru dan hampir sudah tidak berwarna lagi.

"Mbak Sifa?" batin Ranti dengan wajah yang kecewa.

Tahu kalau Sifa akan segera beres mandinya, maka dengan cepat Ranti pamit kepada Sifa dan segera masuk ke kamarnya. Sementara Sifa baru sadar kalau sisa persetubuhannya dengan Usman belum dia bereskan, seketika itu keringat dingin mulai memenuhi sekujur tubuhnya.

Dia pakai handuk dan segera masuk ke kamar kontrakannya, dia menghela nafas karena dia lihat tidak ada tanda-tanda kalau Ranti masuk ke kamarnya. Sebelum dia memakai pakaiannya, dia terlebih dahulu membersihkan dan membereskan kasur dimana di tidur.

Tiba-tiba saja gawai miliknya berbunyi, itu adalah panggilan dari Aldi.

"Sayang, malam ini aku gak bisa pulang. Kayanya bakalan nginap di sekolah, lagipula pertemuan antar guru juga belum selesai." ujar Aldi.

"Ohh.. Ya sudah kalau begitu sayang, tapi kamu jangan macam-macam ya?" goda Sifa.

Obrolan mereka ditutup dengan salam mesra dari keduanya, dalam hati Sifa jelas dia merasa sangat berdosa karena dirinyalah yang sudah macam-macam.

Ditempat lain Aldi hendak pulang bersama seorang wanita, tepatnya sesama guru dimana Aldi mengajar.

"Mas, jadi kan nginap di rumah aku?" tanya wanita tersebut.

"Jadi dong." jawab Aldi.

Bersambung

Nächstes Kapitel