webnovel

Episode 10: Pelabuhan Lain

Sifa memandangi masakan yang di buat dimalam itu, dia tidak menyentuh satupun makanan yang telah dia masak. Kemaluannya masih merasakan penis Usman yang seharian tadi keluar masuk lubang kemaluannya.

Disisi lain dia seolah masih menunggu Aldi untuk makan malam bersama, padahal dia tahu kalau Aldi tidak akan pulang malam itu.

Ditempat lain suara peraduan kelamin jelas terdengar di kamar seseorang yang sangat butuh belaian kasih sayang.

"Terus Di, enak sekali!" seru Lastri.

"Gimana? Enak kan genjotan ku?" tanya Aldi.

"Gila, ini enak banget Di." jawab Lastri.

Tak lama berselang mereka berdua mengerang penuh kenikmatan, Aldi nampak sengaja mengeluarkan spermanya di dalam rahim Lastri.

"Kamu ngeluarin di dalam, nanti kalau aku hamil gimana?" tanya Lastri.

"Aku akan ceraikan Sifa, sudah 5 tahun kami menikah tapi belum juga dikaruniai seorang anak. Terlebih..."

Omongan Aldi tiba-tiba terdiam.

"Terlebih apa?" kembali Lastri bertanya.

"Terlebih aku merasa kalau Sifa telah main di belakang." jawab Aldi.

"Masa sih?" tanya Lastri sembari bersandar di dada Aldi yang bidang.

"Ya, siang itu aku melihat adanya bercak pada pakaian yang ada di ember, aku yakin kalau itu bercak sperma." jawab Aldi.

Kemudian Lastri mengarahkan wajahnya dengan wajah Aldi, lantas dia mencium bibir Aldi penuh gairah membara.

"Kamu jangan khawatir, aku disini setia untuk kamu." ujar Lastri.

Aldi tersenyum melihat Lastri yang lebih seksi dibandingkan dengan Sifa, walaupun sama-sama berhijab jelas Lastri juara kalau sudah telanjang bulat.

Mata menggoda Lastri seolah mengisyaratkan sesuatu kepada Aldi.

"Kamu mau lagi?" tanya Aldi.

Lastri dengan manja menganggukkan kepalanya, kemudian mereka saling berguling penuh syahwat. Lelehan sperma yang keluar dari lubang vagina Lastri tidak menjadikan Aldi untuk jijik, dia kembali memasukkan penisnya ke dalam lubang kemaluannya Lastri. Suara peraduan kelamin kembali terdengar, kali ini bahkan lebih jelasnya karena kelamin mereka sudah sama-sama basah.

----

Adam nampak sudah bisa menggerakkan tangannya, Risa yang tahu akan hal itu nampak bahagia. Birahinya sudah tidak dapat dia tahan lagi, baru juga jam 8 malam Risa sudah berdandan sangat cantik dan seksi.

Adam tidak dapat memungkiri kalau apa yang dilakukan oleh Risa sangat memancing birahinya. Apalagi ketika Risa mulai agresif dengan mengelusi batang penis Adam dari luar celananya.

"Pah, mamah sudah gak tahan." ujar Risa.

Tiba-tiba saja gawai Adam berbunyi, rupanya ada panggilan masuk dari ibunya. Maka dengan terpaksa dia mengangkat telepon yang dirasa itu sangat penting.

"Apa Bu?"

Tiba-tiba saja Adam berbicara cukup keras, itu membuat Risa agak kaget dengan percakapan antara ibu dan anak itu.

"Ya sudah Bu, nanti aku bakalan bicarakan sama Risa biar ada keputusan."

Kemudian Adam menutup telepon, dia menatap wajah Risa dengan penuh kebingungan

"Ada apa pah?" tanya Risa..

"Ibu mau numpang tinggal disini, kalau kamu setuju pagi-pagi besok dia berangkat kesini." jawab Adam.

"Tapi pah, kalau disini ibu mau tidur dimana. Lagipula itu ibu tiri kamu kan pah." ujar Risa.

"Kamu jangan bicara seperti itu, walau bagaimanapun dia orang yang mengurus aku semenjak aku ibu kandung aku meninggal dunia." tegas Adam.

"Maaf pah." ujar Risa.

"Jadi kamu setuju ya mulai besok ibu tinggal disini." ujar Adam dengan rasa penuh bahagia.

"Terserah kamu saja pah." jawab Risa dengan wajah kecewa.

Dia tahu kalau ibunya Adam adalah biang masalah, alasan dia mengontrak rumah itu sudah untuk menghindarinya, tapi dengan kondisi seperti ini jelas Risa tidak dapat melakukan apa-apa.

"Oh ya pah, kenapa ya tiba-tiba ibu mau tinggal disini?* tanya Risa.

"Tadi sih bilangnya pingin dekat sama kita berdua." jawab Adam.

Risa tahu kalau itu bukan alasan sebenarnya, maka dari hal itu dia hendak mencari tahu apa yang sebenarnya telah terjadi dengan ibunya Adam sampai harus tinggal disini.

Risa yang agak kesal lantas pergi ke kamar mandi, wajahnya memperlihatkan kekesalan yang sangat besar kepada Adam.

"Mau kemana mah?" tanya Adam.

"Mau kencing, kenapa? papah mau ikut." ujar Risa.

Bukannya merespon, Adam justru kembali memainkan gawai yang sedang dia pegang. Jelas Risa semakin kesal saja kepada suaminya sendiri.

Ketika diluar dia melihat Eko yang sedang merokok, dia hanya memakai celana pendek dan bertelanjang dada saja.

"Eh mbak Risa, mau kemana mbak?" tanya Eko.

"Mau kencing mas." jawab Risa dengan wajah datar.

"Jangan sombong begitu mbak, saya tahu kemarin pas mbak Risa masuk ke kamar saya melakukan apa." ujar Eko.

Keringat dingin langsung terasa di sekujur tubuh Risa, dia tidak menyadari kalau Eko memperhatikannya ketika masuk ke kamarnya.

"Saya tahu kalau mbak Risa suka sama bau ketiak saya saya bisa memberikan lebih dari itu." imbuh Eko.

"Maksud mas Eko apa?" tanya Risa.

Tiba-tiba saja Eko menunjuk ke arah selangkangan miliknya, Risa juga kaget selangkangan Eko nampak menonjol.

"Saya gak pakai celana dalam mbak, celana dalam saya ada di ember hitam di kamar mandi. Aromanya masih hangat kok mbak." ujar Eko.

"Apaan sih mas?" bentak Risa.

Kemudian Eko berlalu dan meninggalkan Risa yang hendak ke ke kamar mandi.

"Gila, mana ada yang mau cium bau celana dalam mas Eko. Celana dalam Adam saja belum pernah aku cium baunya." gerutu Risa.

Risa segera masuk dan membuka celana pendek yang dia pakai, dia hendak pipis di kamar mandi. Karena WC yang terpisah memiliki bau yang kurang sedap.

Ketika dirinya melihat ke arah kiri, disana terlihat ember hitam seperti apa yang disebutkan oleh Eko. Dia menelan ludah, jantungnya berdegup kencang karena tepat di paling atas tumpukan pakaian Eko dan Tati ada celana dalam milik Eko.

Dia mencoba menahan gejolak dalam dirinya, tangan kirinya bergerak seolah ada yang menghipnotis untuk melakukan itu semua.

Celana dalam berwarna biru dan kucel kini telah dipegang oleh Risa, terlihat ada bulu kemaluan Eko yang tertinggal disana. Aroma pesing sudah tercium dari arah depan celana dalam milik Eko, tapi gejolak hatinya ingin mencium aroma celana dalam milik Eko.

vagina yang terbuka membuat Risa tidak tahan untuk mengeluarkan cairan pelumas miliknya tak kala hidungnya menghirup aroma celana dalam Eko secara keseluruhan.

"Aroma apa ini, kenapa vagina aku gatal sekali?" gumam Risa.

Karena dinilai terlalu lama Risa dengan buru-buru memakai celana yang dia lepas sebelumnya.

"Nikmat bukan aroma celana aku?"

Risa kaget bukan main tak kala membuka pintu disana sudah ada Eko yang menunggunya, dia hanya memakai handuk saja.

Tiba-tiba saja di melorotkan handuk yang di pakai, Risa seketika itu kaget bukan main. Karena kini di depannya sudah terlihat penis Eko yang sudah berdiri tegak.

"Ups, handuk saya lepas." ujar Eko sambil memungut handuk miliknya.

Risa merasa dirinya sudah sangat terbakar oleh birahi, ingin rasanya dia meremas penis Eko dan mengajak bercinta di kamar mandi. Tapi dia enggan melakukan itu, dia lebih memilih untuk segera masuk ke kamarnya.

"Mbak, kalau itunya gatal. Kontak aku saja ya." ujar Eko.

Risa merasa ini sudah keterlaluan dan dia tidak ingin berada disana lagi, dia tahu kalau Eko bisa memanfaatkan situasi ini.

Ketika masuk ke dalam kamar, Risa harus kecewa berat karena Adam sudah mendengkur. Birahinya kembali tidak dapat tersalurkan lagi, belum lagi besok akan datang ibu mertuanya.

Bersambung

Note: Update setiap hari Sabtu.

Nächstes Kapitel