webnovel

Unknown Empire

Autor: Mowly
Krieg
Laufend · 10.1K Ansichten
  • 7 Kaps
    Inhalt
  • Bewertungen
  • N/A
    UNTERSTÜTZEN
Zusammenfassung

Satan, Kaisar tertua dan terkuat dari keluarga Iblis, yang mengadu domba Manusia dan Jin. Dunia ini dikuasai oleh Kerajaan Jin. Manusia dengan akal dan pikirannya mampu mengolah Sumber Daya Alam, namun karena keterbatasan kemampuan dan derajat, mereka menjadi budak dalam negeri sendiri. Kita berjuang untuk menjadi '7 Kaisar' Manusia, 7 orang yang diperhitungkan dan sebanding dengan '7 Raja' Jin. Yah, kita tahu itu tak mudah, tapi kau selalu bersamaku, dan kita akan berjuang bersama! Kita Akhiri Tirani Satan ini!

Tags
3 tags
Chapter 1Menyulut Perang

Manusia sadar bahwa Sahabat kami adalah Flora dan Fauna.

Jadi kami sebagai Penerus 'Ambisi Ksatria' memperjuangkan Adat Istiadat kami untuk menjaga Flora dan Fauna.

Oh iya, lihatlah, ia yang selalu berada didepan kami, didepanku...

Sosok membanggakan, tangguh, kuat, populer, berani.

Namanya Raga. Raden Mas Raga Agung.

Benar sekali, ia keturunan bangsawan.

"Ayo Er!"

Ia memanggilku, haha, Benar sekali, namaku 'Er'.

Tak banyak orang yang tahu alasan mengapa orang tuaku menamaiku seperti itu.

Itu semua karena kedua orang tuaku meninggal tak lama setelah aku lahir.

Lalu aku diangkat menjadi putra kedua keluarga 'Agung'.

Raga : "Ayo! Yang lain juga semangat! Hari ini 'Taman Ilmu' akan kedatangan 'Santri' baru!"

"Kenapa rasa iri terhadap Er nggak bisa hilang ya."

Aku mendengar Susi dan Sinta membicarakanku.

Susi : "Er selalu diajak kemana-mana sama Raga, sudah gitu, selalu yang paling pertama diajak!"

Sinta : "Udah jangan gitu, wajarlah, Er kan sahabat sekaligus saudaranya."

Gadis berwajah manis seperti Sinta memang murah senyum dan berpikiran Positif, sebaliknya, Susi lebih tomboy dan suka ngomong seenaknya.

Kami berempat berjalan menelusuri taman Apsari, sebuah 'Koridor Pohon' seolah menjadi 'Red Carpet' untuk 'Santri' berusia 15 tahun seperti kami.

Disekeliling, banyak sekali tanaman Bidara dan Bunga-bunga berwarna-warni.

Kicauan berbagai macam burung, suara serangga, dan hangat mentari pagi ini membuat kami, seluruh warga 'Surabaya' meyakini bahwa inilah cara untuk melestarikan alam sekaligus pertahanan terhadap serangan 'Bangsa Jin'.

Suara lantunan Bacaan Suci terdengar menggema, mewarnai pagi ini dengan sempurna.

Kami berempat sampai didepan bangunan suci ini, tempat kami belajar, berlatih, dan berkembang.

Raga : "Itu Santri barunya!"

Ia langsung menerjang kearah anak bertubuh tinggi, dengan postur dan wajah yang asing bagi kami.

Alisnya tebal naik kearah dahi, hidungnya mancung, bulu matanya lebat, begitu lebatnya seolah seperti menggunakan tinta penebal bulu mata. lengan dan betisnya dipenuhi bulu-bulu tipis. Kulit Wajahnya putih bersih.

Raga : "Hei! Aku Raga! Siapa namamu?"

Anak itu menunjukkan raut terkejut yang disembunyikannya dengan baik : "Salam kenal, namaku Malik."

Dibelakangku, aku merasa Susi dan Sinta berbisik membicarakan Santri baru itu.

"Kau datang terlalu awal, Malik."

Aku menyapanya, ia tampak mudah bergaul.

Malik : "Ustadz memintaku untuk datang lebih awal agar bisa bertemu kalian, apakah kau yang bernama 'Er'?"

Hah? Ia mengetahui namaku? Nggak biasanya ada orang baru yang langsung mengenal namaku. Ini pasti informasi dari Ustadz Firman.

Susi : "Eh, Malik, kalau aku kau juga pasti kenal 'kan?!"

Wah-wah, cewek ini nggak ada malunya sama orang baru.

Aku dan Raga menunggu reaksi Malik yang ternyata sesuai ekspektasi kami : "Hmm... maaf, kamu siapa ya?"

Malik benar-benar jujur, walaupun raut wajah dan senyumannya seolah berusaha menjaga perasaan Susi.

Aku, Raga, dan Sinta tersenyum gugup melihat jawaban Malik.

"Uuuuhh!!! Lagi-lagi Er lebih dikenal daripada aku!"

Kami tertawa serentak bersama menyisakan wajah Susi yang cemberut namun perlahan luluh dan ikut tersenyum masam.

Para Santri akhirnya berkumpul. 15 orang santri di lingkungan kami, Kelurahan Kali Rungkut.

Ustadz Firman memasuki Langgar, tempat suci kami untuk belajar ini.

"Baiklah, saya yakin kalian sudah saling menyapa dengan santri baru hari ini, Malik."

Suara Ustadz Firman yang tenang namun lantang memecah hiruk-pikuk obrolan kami.

"Ya!!!"

Kami akhirnya duduk bersimpuh dihadapan meja belajar kami, meja kecil seukuran 50x50 sentimeter.

Ustadz Firman : "Sebelum kita mulai pelajaran hari ini, kita dahului dengan bacaan doa agar hari ini menjadi hari yang baik untuk kita."

Seperti biasa, beliau selalu menuntun kami untuk mengawali hari ini dengan bacaan doa.

"Firman..."

Kami terkejut dengan suara seseorang yang mengurungkan kami untuk memulai doa.

Ustadz Firman : "Wah, lama sekali nggak jumpa, Zahal."

Kami terbelalak. Aku bisa melihat sama sepertiku, Raga, Susi, dan Sinta juga beberapa Santri lain terkejut mendengar nama itu.

Ustadz Firman yang awalnya berdiri dihadapan kami, didepan kelas, menghampiri Tuan Zahal yang berada disisi pintu masuk, dibelakang kelas kami.

Malik mengerutkan dahi, tampaknya ia tak familiar dengan nama itu.

Raga memecah keheningan yang tercipta karena percakapan Ustadz Firman dan Tuan Zahal dengan obrolannya bersama Malik : "Dia tokoh 'Metro' terkenal Malik!"

Ustadz Firman kembali kedepan kelas dengan raut wajah yang berubah setelah obrolan dengan Tuan Zahal yang masih menunggu diluar kelas kami.

Ustadz Firman : "Malik, adalah Calon Penerus dari Bangsa 'Syam', yang akan diangkat menjadi salah satu Calon Kandidat '7 Kaisar' dari 'Bangsa Syam'."

Tempo suaranya menjadi sangat cepat dan terburu-buru, wajahnya menjadi sangat serius, membuat seisi kelas menjadi tegang.

Kami saling memandang satu dengan lainnya, sementara Malik, entah kenapa melihat ke satu arah saja, pandangan matanya tertuju padaku.

Ustadz Firman : "Hari ini selain memperkenalkan Malik kepada kalian dan lingkungan kita, selanjutnya untuk beberapa hari materi pelajaran dan latihan akan saya serahkan kepada Raga, Er, Malik, dan Susi."

Aku terhenyak, hal sama terjadi ketika kulihat Susi juga ikut terkejut mendengar pernyataan Ustadz Firman. 'Ada apa?', seolah raut wajah kami menyiratkan pesan itu.

Berbeda dengan kami, Raga dan Malik terlihat tenang.

Ustadz Firman : "Baiklah, Malik silahkan berkenalan dengan santri lain, sementara Raga, Er, dan Susi saya ajak ke 'Kantor Asatidz' sebentar."

Beliau mempercepat tempo bicaranya lagi dan segera berpaling sambil melempar pandangannya kepada kami bertiga bergantian dengan cepat.

Kami saling memandang seolah mengirimkan pesan yang sama, 'Ayo!', yang membuat kami lekas beranjak dari posisi kami dan segera mengikuti Ustadz Firman.

Langkahnya cepat seperti biasa, namun kami yang terbiasa mengikuti langkah beliau sadar bahwa kali ini langkahnya sedikit lebih cepat dari biasanya. Begitu cepatnya hingga tak lama berlalu hingga membuat kami sudah berada di Kantor Asatidz.

Tuan Zahal, Ustadzah Terry, dan seseorang yang belum kami kenal sudah berada di ruang itu.

Ustadz Firman : "Silahkan duduk."

Raga mengambil inisiatif duduk terlebih dahulu. Mungkin ia sadar bahwa menungguku dan Susi untuk duduk duluan akan menghabiskan waktu berjam-jam (Sinisme).

Wajah Ustadz Firman yang tenang, kalem, dan menyejukkan kini sedikit berubah : "Kami membutuhkan kemampuan kalian, Raga, Er, Susi."

Lagi-lagi aku dan Susi saling memandang setelah mendengar pernyataan tak terduga dari Ustadz Firman.

Raga segera menimpali ucapan beliau : "Apa yang bisa kami bantu, Ustadz?"

Pandangan Ustadz Firman langsung berpindah kearah Raga : "Kami, para Ustadz, dan Ustadzah akan meninggalkan Kelurahan ini untuk beberapa hari.

Kalian akan belajar untuk memulai memimpin dan mengambil keputusan sebagai 'Santri Tingkat Akhir' di 'Taman ilmu' ini."

Susi : "Haaahhh!??"

Aku dan Raga terkejut. Bukan karena pernyataan dari Ustadz Firman, tapi karena ledakan suara Susi yang membuat suasana berubah seketika. Kami semua berusaha menahan tawa.

Ustadz Firman tersenyum hangat : "Saya yakin kalian bertiga terkejut dengan keputusan mendadak ini. Ini adalah kesempatan kami untuk menguji apa yang sudah kalian pelajari."

"Kau terlalu buru-buru, Firman."

Suara Tuan Zahal tiba-tiba menyela ucapan Ustadz Firman.

Ustadz Firman : "Aku banyak belajar darimu Zahal. Bukannya biasanya kau akan bertindak diluar nalar manusia pada umumnya dan menjadikan tantangan sebagai pelajaran."

Tuan Zahal : "Ya, maksudku, bukan seperti kebiasaanmu."

Ustadz Firman kembali memandang kami bertiga satu-persatu. Waktu terasa berhenti cukup lama karenanya : "Selama ini aku tak pernah berani bertaruh pada orang lain. Dan kali ini aku ingin mencoba mempertaruhkannya."

Raga berdiri seketika : "Kami siap, Ustadz! Apa yang harus kami lakukan?"

Dengan pandangan tenang Ustadz Firman memandang Raga yang terlihat bersemangat : "Ya, bagikan kepada teman-teman kalian ilmu 'Membaca', 'Memahami, 'Berpanah', dan 'Berkuda'."

Kami bertiga mengangguk. Beliau sering mengatakan kepada kami bahwa zaman ini berada disaat yang genting. Barusan entah kenapa aku membayangkan sesuatu yang menggiring kami perlahan menuju akhir...

Das könnte Ihnen auch gefallen

Continental Tyrant

VRMMORPG adalah permainan yang sangat populer pada tahun 2143 dimana di era ini, semua orang diseluruh dunia dapat memasuki dunia baru yang berbeda dengan bumi dengan cara bermain game di sebuah VRGear, salah satu game ini berjudul Continental Era dimana didalamnya para pemain bisa hidup di dunia lain dan menjelajahi benua yang bernama Euspos. Para Pemain dapat menjelajahi dan menyelesaikan seluruh misi dan alur cerita yang ada di dalamnya, dimana para pemain setelah menyelesaikan setiap misi akan diberikan hadiah seperti title,barang dan lainnya. Akan tetapi setelah 20 tahun semenjak game ini di rilis, 2 tahun belakangan ini game ini tidak mempunyai perkembangan update patch setelah berakhirnya cerita didalam kontinen Satrun, yang mengakibatkan penurunan para player di setiap harinya hanya 100 orang yang bermain atau online didalam game itu sendiri selain dari player lama pergi memainkan game-game baru yang sejenis. Namun ada satu High-End player bernama Vanyo yang masih terus-menerus bermain untuk mengisi waktu luang di sela-sela pekerjaan yang dia miliki meskipun player yang sekelasnya telah pergi memainkan game baru. Entah itu karena waktu kosong, nostalgia atau bosan memainkan game baru yang sejenis. Disini Vanyo memutuskan untuk pergi menjelajah lautan yang ada didalam game dengan harapan menemukan sebuah benua baru yang belum terjamah oleh player manapun dan takdir apa yang akan terjadi dengan player satu ini dan kegelapan apa yang ada di kontinen Euspos yang belum terungkap oleh para player?

Vanyo · Krieg
Zu wenig Bewertungen
5 Chs

Mafioso

"Oh.. apa? Emmpphhht.." belum selesai berbicara mulut Chanyeol sudah dibungkam sang jalang. Setelah beberapa menit Chanyeol pun bertanya pada camorra. "Ada apa, apa ada hal penting sehingga selarut ini kau menghampiri ku?" Camorra masih tidak bisa berpikir jernih apa yang terjadi saat ini. Bagaimana Chanyeol berubah menjadi pria yang begitu brengsek. "Kalau tidak ada yang begitu penting, bisa kah kau meninggalkan kami?" Camorra pun tidak tahan hampir menitihkan air mata kala jalang itu mencumbui tunangan nya di depan mata nya sendiri bahkan tunangan nya pun hanya diam saja dan menikmati tiap belaian dari seorang jalang. Lagi-lagi Chanyeol berkata.. "Apa kau ingin threesome?" Kata pria itu dengan menunjukkan seringai khas miliknya. Dan air mata pun tidak bisa dibendung lagi, cloe berlari meninggalkan Chanyeol sambil terisak wanita itu mengambil kunci mobil dan melajukannya dengan kecepatan tinggi, entah kemana tujuan nya yang penting saat ini dia butuh menenangkan diri. Sementara itu masih didalam ruangan kerjanya Chanyeol berteriak sejadi jadinya sementara jalang masih mencumbui lehernya, seketika Chanyeol mendorong jalang itu kelantai sampai terjatuh mendengar suara mobil dihidupkan pria itu melihat ke arah jendela mendapati cloe mengemudi dengan sangat kencang. "Cloe pergi dengan menyetir sendiri, ikuti dia" perintah Chanyeol pada Teyong "Kau menyakitiku sayang, tapi tak apa ayo kita lanjutkan" "Jalang sialan pergi dari hadapan ku" bentak Chanyeol pada sang jalang sambil melemparkan sejumlah uang. Dan akhirnya jalang itu mengutipi uang tersebut dan pergi meninggalkan Chanyeol. "Thanks babe" jalang itu membelai lembut pipi Chanyeol sementara pria itu memalingkan wajahnya. "Aaakkkkkhhh..." Teriak Chanyeol frustasi dan mengacak-acak rambut nya ketika jalang itu benar-benar sudah pergi.

Drunken_pretas13 · Krieg
Zu wenig Bewertungen
13 Chs