webnovel

Kopi Bau Melati

Zayn masih terbayang oleh bule cantik yang menggodanya di toilet. Dia menyadari kalau sosok itu bukan manusia melainkan hantu yang sedang menjelma. Dengan perasaan campuraduk, tapi dia tidak ingin mengatakannya kepada siapapun, cukup dirinya saja yang tahu.

Shift malam sudah selesai, para karyawan yang sudah selesai bekerja lantas berhamburan ke parkiran, mengambil kendaraan mereka masing-masing lalu pulang. Termasuk Zayn yang sekarang sudah mengendarai motornya. Tiba-tiba dia terkenang dengan kosnya yang dulu milik Bu inem, seketika ada keinginan untuk mengunjungi Bu Inem. Dia pun mengambil jalur untuk menuju ke desa sukolilo.

Sesampainya di depan rumah Bu inem, Zayn memarkirkan motornya. Belum juga dia turun dari motornya, sosok wanita setengah baya dengan tergopoh-gopoh keluar dari dalam rumah dan berhamburan memeluk Zayn. Pemuda itu terhenyak, bahkan tubuhnya hampir saja terjengkang. Tetapi dia bisa menahan keseimbangannya.

"Nak, akhirnya kamu datang juga. Ibu kangen." Tukas Bu Inem yang sudah menganggapnya anak sendiri itu.

"Inggih, Bu. saya juga kangen sama ibu." Sahut Zayn. Memang semenjak Zayn memutuskan untuk pulang ke desa untuk menikah dengan Mirna, bersamaan dengan dia berpamitan dengan Ibu Inem untuk pindah kos. Ketika Ibu Inem menanyakan alasannya. Zayn tidak mau menjawab. Ada sebuah rahasia yang harus dia simpan rapat-rapat.

"Ayo masuk Nak." Ajaknya. Zayn pun mengikuti langkah wanita setengah baya itu masuk ke dalam rumah. sekilas dia melirik ke arah rumah yang dulu dia tempati sebagai rumah kos. Rumah itu tampak kosong, seakan ada aura jahat yang memang bersemayam di sana. bulu kuduknya merinding.

Zayn duduk di ruang tamu sementara Bu Inem masuk ke dapur untuk membuatkannya minuman. Di belakang kursi yang dia duduki terdapat sebuah jendela yang mengarah langsung ke arah rumah bekas kos itu. Zayn memicingkan matanya karena melihat bayangan yang melintas di dalam rumah itu. dia meneguk ludah. Rasanya dia ingin memalingkan wajahnya, tetapi entah kenapa pandangannya terus tertuju ke sana.

Benar, ternyata itu bukan sembarang bayangan. Namun sekarang tengah berdiri sosok wanita Bule yang sama persis dengan yang dia temui di toilet pabriknya. Dia tertegun, kok bisa sosok itu ada disana. Zayn merasa bahwa dia sengaja mengikutinya. Tetapi kenapa? Apa yang membuat sosok itu mengikutinya.

"Kamu sedang melihat apa, Nak?" tukas Bu inem sembari memegang pundak Zayn. Membuat lelaki berlonjak kaget.

"E-enggak apa-apa kok Bu?" elaknya sambil mengelus-elus dadanya. Jantungnya serasa mau copot. Wanita setengah baya itu hanya menggeleng sejenak lalu dia menaruk kopi hitam di atas meja.

"Ayo diminum dulu kopinya, Nak." Tuturnya lembut. Dia beringsut untuk duduk berseberangan dengan Zayn.

Pemuda itu masih tampak syok. Terlihat raut wajahnya yang pias. lalu dia segera mengambil gelas berisi kopi itu dan bersiap untuk mencecapnya tetapi dia menemukan sesuatu hal yang janggal. Kopi itu kok berbau melati.

"Kok, Bau Melati Bu?" tanya Zayn yang nyengir saat mencium bau yang tidak biasa. Terlihat raut wajahnya yang terlihat panik. Tetapi wanita itu bisa mengendalikan dirinya sendiri. Lalu dia mengalihkan pembicaraan,

"Bagaimana dengan kerjaanmu Nak?" kata Bu Inem. Zayn hanya terdiam sembari terus melirik ke arah Bu Inem, terlihat wanita setengah baya itu terlihat gelagapan.

"Ibu belum jawab pertanyaan saya Bu, kenapa kopi ini bau melati? Padahal selama ini, yang saya tahu ibu tidak pernah membuat kopi yang baunya sampai seperti ini." cecarnya yang membuat wanita itu tidak berkutik. Dia mengambil nafas berkali-kali untuk menata hatinya. Lalu dengan nada suara yang lembut dia berkata.

"Ibu tidak bisa mengatakan hal itu sekarang. kalau kamu ingin tahu. Datanglah ke rumah ini pada malam jum'at kliwon besok lusa." Tuturnya sambil beranjak dari tempat duduknya dan berlari kecil menuju kamarnya yang kebetulan berbatasan dengan ruang tamu itu, lalu menutupnya rapat-rapat.

Zayn masih tertegun, sorot matanya bergerak kesana-kemari seakan sedang menterjemahkan apa yang sebenernya terjadi. Ingin rasanya dia memaksa bu inem untuk mengatakannya sekarang. Tetapi, dia lebih memilih untuk mengurungkannya. Dengan desahan nafas kesal, dia beringsut menuju keluar rumah dan mengendarai motornya.

Ketika motornya membelah jalanan desa, dia baru tersadar kalau rumah-rumah penduduk di desa itu tampak sepi bahkan tidak terlihat warga desa yang terlihat padahal hari masih pagi. Zayn menggeleng-gelengkan kepalanya, membuang jauh-jauh pikiran buruknya.

Sesampainya di kosanya, dia langsung merebahkan dirinya diatas kasur. Melupakan sejenak pikiran-pikiran yang berkecamuk di benaknya. Tidak berselang lama, kantuk mulai menyerangnya. Tetapi ada yang aneh, seperti ada orang yang sedang memijitnya. Zayn yang keenakan langsung tertidur.

***

Zayn terbangun dari tidurnya tatkala terdengar suara panggilan untuk ibadah. Sejenak dia menggeliat, menggerakan persendiannya yang terasa kaku. Dia merasa tubuhnya sangat segar sekali tidak seperti biasanya. Dia beranjak dari tempat tidurnya. Meraih handuk dan tempat sabun untuk ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, entah kenapa, seperti ada sesuatu yang sedang memperhatikannya. Zayn mengedarkan pandangan kesekitar tetapi dia tidak melihat apapun. Pikiran buruk mulai menggelayuti dirinya. Tetapi buru-buru dia membuangnya jauh-jauh. Dia pun lantas mengambil air dengan gayung dan mengguyur ke tubuhnya.

Dia terhenyak sampai terpelesat di atas ubin kamar mandi. Nafasnya menderu. Tidak dia rasakan rasa sakit akibat terjatuh. tetapi dia lebih fokus kepada sesuatu yang mengerikan yang dia lihat ketika sedang menutup mata.

Lantas, dia langsung berdoa di dalam hati. memohon perlindungan dari yang maha esa. Lalu sudah payah dia berdiri dan kembali melanjutkan mandinya dengan tergesa-gesa.

Setelah mandi, dia langsung berjalan menuju kamarnya lalu menutup pintunya rapat-rapat. bayang-bayang mengerikan yang menggunakan pakaian ala Noni Belanda. Dia berdecak kesal, kenapa dia selalu di teror dengan mahluk itu. emang apa yang dia inginkan darinya?

Zayn bergegas berganti pakaian. Perutnya sudah keroncongan. Dia ingin segera keluar dari kos itu untuk mencari makan diluar. Sungguh bayangan mengerikan itu seolah tidak mau pergi dari sana.

Buru-buru, dia mengunci kamarnya dan berjalan menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Rumah yang dia tempati tingkat dua dan dia sengaja memilih untuk berada di atas. Sementara di bawah ada tempat yang biasanya di gunakan untuk nongkrong para anak kos.

"Wah, enak ya sekamar dengan cewek cantik." Celetuk salah satu teman kosnya. Zayn berhenti melangkah sembari menoleh ke arah temannya itu. Alisnya naik sebelah.

"Maksudnya?"

"Sudahlah enggak usah pura-pura. Tadi pagi-pagi kamu datang dengan wanita cantik 'kan. Wajahnya kayak bule gitu." Timpal yang lain membuatnya membelalak. Raut wajahnya tampak panik. Dia pun tidak mengubris perkataannya temennya. Lalu bergegas menstater motornya, keluar dari kosan itu.

Nächstes Kapitel