Rey tidak mengerti kenapa dirinya suka menjaili Sandi yang merupakan kakak kelasnya dan sudah menjadi temannya sejak kecil. Rumah mereka bersebelahan, bahkan keluarga mereka sangat dekat satu sama lain. Suatu hari Rey tidak sengaja mencium pipi Sandi ketika mereka selesai lari pagi. Hal itu membuat Sandi malu dan menghindari Rey. Lelaki tampan yang dijauhi oleh Sandi itupun menemui Sandi dan membuat mereka baikan. Tapi, Sandi malah makin menjauh dari Rey karena lelaki itu mencium bibirnya tanpa persetujuannya. Satu minggu Sandi menjauhi Rey dan hal itu membuat Rey frustasi karena selalu ditolak oleh Sandi saat ingin bertemu dengan lelaki manis itu. Orang tua Sandi yang tidak tahan dengan sifat anaknya itupun menasehatinya dan membuat rencana agar Sandi bertemu dengan Rey dan membuat mereka berdua kembali seperti semula. Rencana mereka berhasil dan membuat kedua lelaki itu berbaikan dan kembali berangkat sekolah bersama. Setelah kejadian itu, Rey kembali menjaili Sandi dan membuat lelaki manis itu merasakan sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ketika Rey menyentuhnya atau mendekatkan wajahnya, Sandi akan merasakan sesuatu yang aneh pada perutnya, seperti ada segerombolan kupu-kupu terbang disana dan wajahnya juga merasa panas seketika. Karena hal itu, Sandi mencari tahu ap yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Sandi yang sudah mengetahui jawabannya itupun bersifat biasa dan sedikit menghindari sentuhan Rey padanya karena menurutnya perasaan ini itu salah dan tidak seharusnya berlanjut. Suatu hari Rey merasa jika Sandi menolak bersentuhan dengannya dan itu membuatnya kesal karena ia sudah terbiasa bersentuhan dengan Sandi selalu. Rey yang tidak tahan dengan hal itupun mengajak Sandi untuk pergi dan bertanya pada lelaki manis itu. Saat itu Sandi mengatakan semuanya kepada Rey apa yang ia rasakan dan pergi meninggalkan lelaki tampan yang membawanya itu. Sandi kembali sedikit menjauhi Rey dan hal itu membuat Rey tidak suka. Apalagi ketika laki-laki manis itu berjalan dengan seorang gadis dan bercanda gurau dengan akrap. Rey merasa cemburu dan tidak peduli dengan apa yang ia rasakan ini salah atau benar yang jelas ia hanya ingin sandi bersamanya. Rey memutuskan untuk menemui Sandi ketika orang tua keduanya pergi keluar bersama. Disana Rey mengatakan semuanya kepada Sandi. Keduanya menjalani hubungan secara diam-diam karena mereka tahu jika tidak akan ada yang menyetujui hubungan keduanya. Namun tanpa mereka sadari kedua orang tua mereka tahu tentang hal itu dan membiarkannya.
Pagi ini begitu cerah dikota Surabaya, kota yang selalu ramai akan orang-orang yang berlalu lalang untuk sekedar pergi ke sekolah, tempat kerja atau pun sekedar menikmati indahnya kota Surabaya dipagi hari yang sejuk ini. Seperti yang dilakukan oleh dua orang pemuda yang memiliki tinggi badan yang berbeda itu. Mereka bernama Rey dan Sandi. Rey memiliki wajah yang tampan dengan hidung mancung, bibir tipis dan mata yang sedikit sipit dengan tinggi badan 179cm, sedangkan Sandi memiliki wajah yang terlihat imut, manis dengan bibir agak tebal, pipi chubby, mata sipit yang memiliki senyum bulan sabit yang indah dan memiliki tinggi badan 160cm. Sungguh keduanya sangat jauh berbeda satu sama lain.
Kedua pemuda itu sedang berlari pagi disekitar taman kota Surabaya dekat dengan kompleks perumahan mereka. Rey dan Sandi sebenarnya bertetangga sudah sejak kedua lelaki itu berusia 2 tahun untuk Rey dan Sandi berusia 3 tahun. Bahkan kedua orang tua mereka sangat dekat, bisa dibilang mereka sudah seperti saudara sendiri.
"San, apa kau tidak lelah? kita sudah lari selama satu jam dari rumah…" tanya Rey memecah keheningan diantara mereka berdua. Sandi yang mendengar pertanyaan Rey itupun tidak menjawab dan terus berlari mendahului Rey. Sebenarnya lelaki manis itu sedikit kesal dengan Rey karena tidak memanggilnya dengan embel-embel kakak.
"yak! San, aku bicara padamu" kata Rey lagi ketika ia sudah berada disamping Sandi lagi.
"kau memanggilku apa?" tanya Sandi dengan muka datar.
"Sandi"
Bugh.
Bukannya jawaban yang Rey dapat malah sebuah pukulan dari lelaki manis disampingnya ini.
"panggil aku kakak karena aku lebih tua darimu" omel Sandi.
"tidak mau…aku suka memanggilmu seperti itu" jawab Rey dengan cepat. Sandi yang mendengar jawaban dari Rey itupun tak menghiraukan lelaki tampan itu dan malah berlari terus.
Rey menghela nafas dan mengikuti Sandi dibelakang lelaki manis itu. Menurutnya lucu juga melihat Sandi berlari dari belakang seperti ini. Lihat pantat Sandi yang bergoyang-goyang didepannya membuat Rey tertawa meskipun tidak keras karena jika Sandi mendengarnya tertawa bisa-bisa Rey ditendang oleh lelaki manis itu.
"dia sangat imut" gumam Rey sambil terus berlari mengikuti Sandi.
¤
Sandi yang mulai merasa lelah akibat berlari sejak tadi itupun mencari kursi kosong dan duduk disana sendirian. Entah kemana batang hidung Rey, Sandi tidak mau tahu karena ia masih sedikit kesal dengan Rey. Sandi duduk sambil mengelap keringatnya dengan handuk kecil yang dari tadi mengalung dilehernya. Lelaki manis itu terlihat ngos-ngosan dan butuh air untuk menghilangkan rasa hausnya.
Cess.
Sandi berjingkat kecil ketika sebuah botol minuman dingin mengenai kulit pipinya. Ia menoleh kekanan dan melihat Rey yang memegang minuman dingin. Sandi dengan kesal menarik minuman yang Rey sentuhkan kepada pipinya. Lalu lelaki manis itu berusaha membuka tutup botol tersebut namu tidak berhasil. Rey yang melihat Sandi kesulitan membuka tutup botol tersebut tersenyum geli dan meraih minuman tersebut. Lelaki tampan itu membuka tutup botol tersebut, setelah selesai ia memberikannya kembali pada Sandi.
"terima kasih" ucap Sandi setelah meminum minuman yang Rey belikan untuknya.
Kedua lelaki itu masih duduk ditaman tersebut sambil berbincang-bincang ringan. Meskipun lebih banyak Rey yang menggoda Sandi dan membuat lelaki manis itu jengkel kembali kepadanya.
Tiba-tiba Sandi berdiri dari duduknya setelah melihat jam yang bertengger manis dipergelangan tangan kirinya. Rey yang melihat Sandi berdiri itupun menatap lelaki manis itu dengan tanda tanya.
"mau kemana?" tanya Rey kemudian.
"pulang…kau tidak tahu ini sudah jam berapa ini..kita harus pergi ke sekolah jika kau lupa" jawab Sandi sambil berjalan dan meninggalkan Rey yang masih duduk ditempatnya.
Sandi dan Rey masih sekolah di sekolah yang sama dan ditingkat yang berbeda. Sandi berada dikelas tiga sedangkan Rey berada dikelas dua SMA.
"hey, San tunggu aku dong" akhirnya Rey mengikuti Sandi dengan sedikit berlari.
Didalam perjalanan pulang tidak ada yang mengeluarkan percakapan sedikitpun. Rey merasa ada yang aneh dengan Sandi karena lelaki manis itu sangat bersemangat ketika mengajaknya lari pagi tadi, tapi saat ini lelaki manis itu memasang wajah yang terlihat marah dan jengkel. Rey tidak tahu apa yang terjadi pada kakak kesayangannya itu. Tak lama kemudian kedua pemuda itu sampai dikompleks perumahan rumah mereka. Lalu Rey memegang pergelangan tangan Sandi dan membuat lelaki manis itu mengurungkan niatnya untuk membuka pagar rumahnya dan menoleh kearah Rey sambil memasang ekspresi bertanya kepada lelaki tampan itu.
"apa ada sesuatu yang terjadi saat aku pergi membeli minuman?" tanya Rey yang sudah tidak tahan melihat wajah Sandi yang seperti itu. Sandi menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Rey tersebut.
"lalu kenapa kau memasang wajah jengkel?" tanya Rey lagi.
"kau benar-benar tidak tahu kenapa aku begitu?" tanya balik Sandi. Kali ini Rey yang menggelengkan kepalanya karena benar-benar tidak mengerti kenapa Sandi terlihat marah. Sandi hanya memutar bola matanya ketika mendengar jawaban Rey yang tidak tahu kenapa dia marah.
"kalau begitu pikir sendiri kenapa aku begitu" jawab Sandi yang sudah berbali dan akan masuk kedalam rumah sebelum Rey meraihnya lagi dan memojokkan Sandi ditembok.
"apa yang kau lakukan?" tanya Sandi dengan sedikit gugup.
"aku tidak akan membiarkanmu lewat jika kau tidak memberitahuku kenapa kau marah seperti itu" kata Rey.
"cari tahulah sendiri…sekarang menyingkir dariku" Sandi berusaha mendorong tubuh Rey agar menjauh darinya dan membiarkan ia pergi.
"tidak! sebelum kau memberitahuku, San"
Sandi yang mendengar perkataan Rey itupun memutar bola matanya malas dan kembali merasa jengkel. Hal itu tak luput dari pandangan mata Rey dan lelaki itu akhirnya mengerti kenapa Sandi tampak marah. Itu karena dirinya memanggil Sandi tanpa embel-embel kakak.
"astaga! kenapa kau sangat imut, hmm" kata Rey sambil mencubit pipi Sandi yang agak chubby. Sandi yang tidak mengerti dengan perubahan Rey itupun menatapnya aneh.
Cup!
Karena tidak tahan dengan kegemasan Sandi, Rey mencium salah satu pipi Sandi. Hal itu mmebuat Sandi melebarkan matanya, terkejut.
"a-apa yang kau lakukan?" tanya Sandi gugup.
"menciummu" jawab Rey enteng.
"iya aku tahu, tapi kenapa kau menciumku?" tanya Sandi dengan sedikit marah.
"karena kau sangat imut, kak San"
Sandi yang mendengar Rey memanggilnya kakak itupun makin terkejut.
"aku tidak mau memanggilmu kakak itu karena kau terlalu imut dan tinggi badanmu yang mungil apalagi sifatmu itu sama sekali tidak cocok jika dipanggil kakak" jelas Rey kenapa lelaki itu tidak mau memanggil Sandi kakak.
"Yak! tapi, tetap saja aku lebih tua darimu"
"oh benarkah, tapi kenapa kau masih seperti anak kecil" jawab Rey yang langsung melenggang pergi masuk kedalam rumahnya sendiri karena ia tahu jika Sandi akan marah.
"AKU TIDAK SEPERTI ANAK KECIL!" teriak Sandi agar Rey bisa mendengarnya. Tapi, bukan Rey saja yang mendengarkan teriakan Sandi melainkan orang tua mereka yang ada didalam rumah. Mereka tertawa mendengar teriakan Sandi yang menyangkal tentang dirinya yang nyatanya seperti anak kecil.
Dengan jengkel Sandi memasuki rumahnya dengan bibir yang mengerucut lucu. Orang tua lelaki manis itupun tertawa melihat anaknya yang mengerucutkan bibirnya tersebut. Tentu saja setelah Sandi naik kelantai atas, bisa gawat jika Sandi mengetahui kalau mereka tertawa dengan sifat anak mereka tersebut.