Setelah kejadian itu, Sandi semakin menjauh dari Rey. Setiap dimana ada Rey, Sandi akan pergi dari sana. Bahkan jika lelaki tampan itu kerumahnya, Sandi akan menolak untuk bertemu. Lelaki manis itu memiliki alasan kenapa tidak ingin bertemu dengan Rey, itu karena ketika melihat wajah tampan Rey, Sandi akan mengingat kejadian satu minggu yang lalu dimana Rey mencium bibirnya ditaman belakang sekolah dan hal itu terus menghantui Sandi. Bahkan lelaki manis itu susah untuk tidur hanya karena bayangan Rey yang menciumnya itu tidak bisa hilang dari kepalanya. Hal itu membuat orang tua Sandi merasa heran dengan anaknya. Entah apa yang terjadi antara anaknya dan Rey, mereka tidak tahu. Tapi, mereka harus ikut campur karena jika tidak, Sandi akan tetap menghindari Rey.
Hari ini satu keluarga itu sedang menikmati hari minggu pagi mereka sambil memakan camilan dan minum teh dihalaman belakang rumah. Orang tua Sandi saling pandang satu sama lain dan menganggukkan kepala mereka bersamaan.
"sayang, boleh ayah tanya sesuatu padamu?" tanya ayah Sandi.
"tentu ayah" jawab Sandi dengan wajah santai.
"apa kau sedang menghindari Rey?" tanya ayahnya dengan hati-hati. Hal itu membuat ekspresi wajah Sandi berubah seketika. Lelaki manis itu menjadi kesal dengan pertanyaan ayahnya tersebut. Orang tuanya yang melihat perubahan ekspresi wajah Sandi itupun saling tatap dan lagi-lagi menganggukkan kepalanya.
"apa terjadi sesuatu diantara kalian?" kali ini ibunya yang bertanya.
"tidak ada" jawab Sandi dengan agak pelan.
"kalau begitu kenapa kau menghindari Rey, bukankah kalian baik-baik saja selama ini"
"a-aku tidak menghindarinya"
"benarkah? lalu kenapa kau menolak untuk bertemu dengannya?" tanya ayah Sandi.
"argh kalian tidak akan mengerti" kesal Sandi.
"kami memang tidak mengerti, tapi bukankah kau sudah dewasa? seharusnya jika ada masalah kau harus menyelesaikannya bukan malah menghindar sepeti anak kecil"
"ayahmu benar, sayang"
Mendengar perkataan kedua orang tuanya membuat Sandi tidak bisa berkata-kata lagi. Ia seakan-akan tertampar dengan perkataan ayahnya barusan.
"kami harap kau mengerti dan menyelesaikannya segera" kata ibu Sandi yang melihat anaknya hanya menundukkan kepalanya.
"aku mengerti" cicit Sandi. Mendengar jawaban anaknya membuat kedua orang tua Sandi itupun tersenyum bersamaan.
¤
Sore harinya, Sandi disuruh oleh ibunya untuk mengantarkan roti kerumah Rey. Itu sebenarnya ide ayah Sandi yang menyuruh istrinya mengajak Sandi membuat kue bersama dan menyuruh lelaki manis itu untuk mengantarkan sebagian kue kerumah Rey.
Sandi berdiri didepan pintu rumah Rey sambil mengetuk pintu tersebut. Tak lama ia berdiri disana, seorang wanita cantik yang seumuran dengan ibunya itupun membukakan pintu.
"oh Sandi…ada apa, sayang?" tanya ibu Rey.
"oh ini, tadi aku dan mama membuat kue dan mama menyuruhku mengantarnya kemari" jawab Sandi.
"terima kasih, sayang…ayo masuk" ajak ibu Rey yang sudah menerima kue yang dibawa Sandi. Sebenarnya Sandi ingin menolak ajakan ibu Rey, tapi apa boleh buat tangannya digenggam oleh ibu Rey dan diajak masuk kedalam.
"oh kebetulan sekali Sandi kemari" ucapan ayah Rey membuat Sandi menyernyitkan dahinya karena tidak mengerti apa maksud dari perkataan tersebut.
"begini sayang, kami akan keluar untuk memenuhi undangan pesta perusahaan ayahnya Rey…jadi kami minta tolong padamu untuk menemani Rey dirumah ya" jelas ibu Rey yang membuat Sandi memasang ekspresi terkejut dengan mata yang melebar lucu.
"aduh imutnya" kata ayah Rey sambil mencubit pipi Sandi yang agak chubby itu. Sandi hanya tersenyum saat dicubit oleh ayah Rey. Coba saja jika Rey yang mencubitnya pasti lelaki manis itu akan marah dan memukul Rey.
"kau mau kan, sayang?" tanya ibu Rey lagi ketika Sandi tidak merespon perkataannya.
"baiklah" pasrah Sandi pada akhirnya.
"terima kasih, sayang" ibu Rey mencubit pipi Sandi. Lelaki manis itu bergumam 'sama-sama' sambil tersenyum kearah ibu Rey sedangkan ayah Rey itu memanggil Rey yang ada dilantai atas. Lelaki tampan itu menyahut dan segera turun kelantai bawah memenuhi panggilan ayahnya. Ketika menuruni anak tangga, Rey sedikit terkejut melihat Sandi yang ada dirumahnya. Rey yang tidak percaya itupun mengucek matanya dan kembali melihat Sandi yang berdiri didepan ibunya.
"oh benar dia…" gumamnya ketika penglihatannya tidak salah. Saking asyiknya melihat kearah Sandi, Rey mengabaikan perkataan ayahnya yang menjelaskan situasinya. Lelaki tampan itu hanya menganggukkan kepalanya ketika samar-samar mendengar penjelasan ayahnya.
"baiklah hati-hati dijalan" kata Rey ketika orang tuanya berpamitan untuk pergi.
Setelah kepergian pasangan suami istri itu, suasana diantara dua lelaki beda tinggi badan itupun terasa canggung. Tidak ada dari mereka yang memulai percakapan jadi suasana disekitar keduanya tampak sunyi.
Sebenarnya dikepala Rey banyak pertanyaan yang berkeliaran, tapi lelaki tampan itu tidak tahu harus memulainya dari mana jadi ia hanya diam saja, menunggu Sandi berbicara sesuatu.
Setengah jam berlalu dan mereka masih tetap saja diam satu sama lain. Rey yang mulai tidak tahan itupun mulai melihat kearah Sandi yang menundukkan kepalanya sambil memainkan t-shirt bagian bawah yang lelaki manis itu kenakan. Ngomong-ngomong saat ini mereka duduk diruang televisi sambil menikmati kue yang tadi Sandi buat bersama ibunya.
"kau tidak ingin bicara?" tanya Rey yang sudah tidak tahan dengan keterdiaman yang menyelimuti mereka. Sandi yang mendengar pertanyaan Rey itupun menoleh dan tidak tahu harus mengatakan apa.
"kau tidak tahu?" tanya Rey lagi. Sandi diam. Hal itu membuat Rey menghela nafas kasar.
"kenapa kau menghindariku?" pertanyaan Rey membuat Sandi sedikit tegang dan jantungnya berdebar. Itu adalah pertanyaan yang Sandi harapkan tidak keluar dari mulut Rey, tapi nyatanya lelaki tampan itu mengatakannya begitu saja dan membuat Sandi bingung harus menjawab apa.
"jangan bilang kau tidak menghindariku" kata Rey lagi seakan-akan tahu apa yang akan Sandi katakan. Sandi yang jawabannya dudah diketahui oleh Rey itupun hanya diam saja, tapi detik berikutnya lelaki manis itu menghembuskan nafas panjang.
"maafkan aku" gumam Sandi yang membuat Rey kembali menoleh padanya.
"seharusnya aku tidak menghindarimu seperti anak kecil karena…" Sandi menghentikan ucapannya dan terkejut ketika ia akan mengatakan jika 'Rey menciumnya'.
"karena?" tanya Rey ketika Sandi tidak melanjutkan ucapannya. Lelaki tampan itu melihat wajah Sandi yang tampak sedikit memerah. Entah apa yang dipikirkan Sandi hingga membuat wajah manis itu seperti kepiting yang baru direbus.
"karena eemmm itu…karena kau tidakn memanggilku kakak dan bersifat tidak sopan padaku" kata Sandi sambil melihat kearah Rey dan menunjuk-nujuk lelaki tampan didepannya itu. Rey yang melihat perubahan sifat Sandi itupun tersenyum geli. Benar-benar lucu, menurut Rey.
"kenapa kau malah tertawa? aku serius!" tanya Sandi yang mulai agak kesal.
"tidak ada" jawab Rey dan kembali bersifat normal.
"jadi kau menghindariku karena aku tidak memanggilmu kakak dan tidak sopan padamu?" Sandi menganggukkan kepalanya.
"bukannya aku sudah memberitahumu jika kau terlalu imut untuk dipanggil kakak"
"aku tidak imut" elak Sandi sambil mengerucutkan bibirnya lucu.
"ah imutnyaaaaa" kata Rey sambil mencubit kedua pipi Sandi yang mengundang protes dan tatapan tajam dari lelaki manis itu.
"kau lucu jika seperti itu, kak San" akhirnya Rey memanggil Sandi dengan sebutan kakak dan itu membuat Sandi sedikit melunak.
"maafkan aku sudah bersifat seperti anak kecil" kata Sandi meminta maaf lagi pada Rey.
"tidak apa" jawab Rey.
"aa terima kasih" kata Sandi dengan sangat senang dan memeluk Rey. Lelaki itu tersenyum melihat kelakuan Sandi tersebut.
"tapi, jangan menhindariku apapun alasannya, mengerti!"
Sandi melepas pelukan Rey dan menatap lelaki tampan itu sambil menganggukkan kepalanya. Lalu kemudian Rey mengusak rambut Sandi dengan lembut dan membuat Sandi terkejut dengan hal itu dan menjauh dari Rey.
"ap-apa yang kau lakukan?" tanya Sandi.
"mengusak rambutmu itu saja" jawab Rey singkat sambil kembali duduk dengan benar dan mengambil kue yang ada diatas meja, lalu memakannya. Sandi yang melihat itupun mencoba menenangkan diri dan kembali bersifat biasa saja.
Sekarang kedua lelaki itu sudah berbaikan dan mereka kembali seperti semula. Tentu saja dengan Rey yang sering menggoda Sandi.