webnovel

Berlatih Dan Terus Berlatih

Akhir nya Mielda pun berhasil menguasai mengendali kan sihir bintang satu nya dan menyerang pohon nya dengan sangat kuat nya, lalu dia pun terus dan terus mengeluar kan nya hingga beberapa kali serangan ke arah pohon tersebut.

"Ah lelah nya . . . " Mielda yang terasa begitu lelah mengeluar kan kata – kata yang sebenar nya sudah sangat terlihat jelas dari dirinya ketika mengeluar kan banyak sekali tenaga, dan aku pun mencoba menenang kan nya.

"Setidak nya kamu sudah berhasil untuk menguasai sihir bintang satu mu dan langkah kedepan tidak akan terlalu sulit" Ucap ku kepada Mielda yang ku lihat diri nya seperti nya nampak sangat kelelahan karena mengeluar kan banyak sekali mana dan terlihat begitu banyak sekali aliran mana yang sudah dia keluar kan membuat begitu sangat amat kelelahan dengan semua energi dan dia pun berhasil mengendalikan sihir nya tentu saja hal itu sangat bagus dan juga begitu sangat menarik ketika kita sudah berusaha dengan sangat keras nya dan ketika kita berhasil rasa nya ada kepuasan tersendiri.

"Iya syukur lah aku bisa menguasai sihir bintang satu ku dengan cepat" Ucap Mielda di mana diri nya memang memiliki potensi dan bakat serta energi sihir yang sangat bagus dan di tambah keturunan nya yang berhasil menguasai sihir es yang sangat amat lagka dan begitu membantu ketika dalam keadaan peperangan.

"Kamu bagaimana Felso, karena buku mu tidak ada bintang nya " Ucap Mielda yang penasaran dengan sihir yang aku miliki.

"Ini buku sihir pemanggilan dan seperti nya akan ada makhluk – makhluk dari dunia lain yang kita tidak tahu" Ucap ku kepada Mielda yang mana aku sendiri juga harus membaca dan melafal kan mantera dari setiap level bintang sihir nya, di tambah lagi untuk saat ini aku tidak terlalu ingin terlihat menonjol karena aku pun belum begitu siap meskipun ada Punsi yang berada di samping ku, di tambah lagi Punsi merupa kan sosok makhluk legenda yang sangat besar kemampuan nya dan aku sendiri juga belum begitu mengetahui kemampuan Punsi dalam bertarung, namun bila aku lihat – lihat lagi Punsi hanyalah makhluk bertipe pendukung saja.

Aku pun melihat ke buku dan ketika aku melihat sihir pemanggilan level satu ada banyak sekali yang bisa aku panggil, aku pun membuka nya dan melihat bersama dengan Punsi, kemudian Mielda yang ikut melihat nya namun tidak bisa membaca buku sihir yang aku miliki, hanya diri ku dan juga Punsi yang mampu untuk membaca buku tersebut, di karena kan kemampuan Mielda yang seperti nya tidak bisa membaca buku bintang tujuh, namun tidak begitu terlihat di sampul depan nya.

"Menurut mu makhluk mana yang sebaik nya aku panggil untuk ujian nanti Punsi ?" Tanya ku kepada Punsi untuk meminta rekomendasi dari nya, di karena kan diri nya pasti lebih mengetahui makhluk – makhluk langka yang ada di alam nya tersebut, di karena kan makhluk yang akan aku panggil benar – benar merupa kan sebuah makhluk yang sangat kuat meskipun tingkatan nya juga terbagi berdasar kan bintang sihir, namun sihir bintang satu untuk pemanggilan merupa kan sebuah makhluk yang sangat amat kuat.

"Seperti nya makhluk pertama yang kamu panggil kemarin adalah yang paling kuat untuk kalangan makhluk bintang satu" Ucap Punsi kepada ku dan terlihat Mielda yang sangat kaget dengan apa yang diri nya dengar kan.

"Apa? Makhluk yang kemarin itu merupa kan makhluk sihir panggilan bintang satu? " Ucap Mielda yang merasa kaget dengan apa yang dia dengar.

"Iya di sebab kan sihir pemanggil adalah satu – satu nya sihir legendaris dan juga tidak ada yang memiliki nya, oleh sebab itu lah kekuatan nya sangat kuat dan dahsyat di tambah lagi seorang penyihir pemanggil diberkahi dengan kekuatan yang sangat melimpah, meskipun seorang penyihir pemanggil tidak memiliki elemen, namun makhluk – makhluk yang di panggil memiliki semua elemen yang di butuh kan" Ucap Punsi kepada ku dan juga Mielda yang mencoba untuk menjelas kan kalau jenis sihir pemanggil adalah yang paling langka dan juga tidak ada yang bisa memiliki nya dan oleh sebab itu lah sihir ini tidak ada yang mengetahui nya dan sangat di sayang kan bila tidak di maksimal kan dengan benar.

"Benar – benar hebat kamu Felso, aku yakin kamu akan bisa menjadi penyihir nomor satu suatu hari nanti" Ucap Mielda yang memberi kan semangat kepada diri ku di mana diri ku memiliki impian untuk bisa menjadi penyihir nomor satu dan di kenal dunia nanti nya.

Aku pun hanya tersenyum sambil melihat ke arah Mielda di mana diri ku ingin untuk bisa menjadi kan kenyataan apa yang kami berdua impikan.

"Selama aku akan mencapai impian ku menjadi penyihir nomor satu, kamu tetap lah di samping ku dan menemani perjalanan ku ya Mielda" Ucap ku kepada nya sambil diri ku melihat ke arah mata nya dan terlihat diri nya yang sangat senang mendengar apa yang aku ucap kan dan juga membuat nya begitu sangat amat bersemangat.

Kemudian aku pun melihat ke buku ku dan melihat banyak sekali elemen makhluk – makhluk yang ada di sana dan membuat diri bisa melihat betapa luas nya dunia makhluk – makhluk tersebut, di karena kan bintang satu nya saja sudah begitu banyak dan begitu kuat, aku pun memutus kan untuk memanggil makhluk dengan elemen tanah untuk melihat betapa kuat nya dia.

Lalu setelah makhluk elemen tanah tersebut keluar ku lihat terlalu besar dan cukup menakut kan karena badan nya yang dari tanah dan juga sangat besar seperti ukuran seekor gorilla, dan ketika dia keluar seperti baru terbebas dari sebuah penjara.

"Aaaarrgghhh . . . akhir nya aku bisa terbebas " Ucap makhluk tersebut yang sangat senang dan suara nya yang begitu menggema dan menggelegar, makhluk bintang satu yang punya ukuran yang sangat besar dan juga memiliki elemen tanah seperti nya diri nya begitu senang ketika aku memanggil nya dari dunia nya, diri nya begitu merasa bebas dan sangat ingin untuk melaku kan hal – hal yang dia ingin kan.

"Oh jadi kamu penyihir pemanggil yang di berkahi itu, apakah ada yang bisa aku laku kan untuk mu?" Tanya diri nya yang seperti nya makhluk yang cukup sopan dan sangat memiliki kepribadian yang begitu unik, di tambah lagi memang aku lah yang memanggil nya ke dunia ini.

Nächstes Kapitel