"Kapan aku mengatakan itu?" Axel seakan amnesia dan aku emosi.
"Kau pernah mengatakannya," jawabku, singkat. Berakhir dengan menatap datar manik mata medium blue yang masih terfokus pada layar yang tingkat radiasinya tinggi.
Dia ber-oh ria, "Aku tidak mengingatnya." Lalu berkata dengan suara yang tanpa ada rasa bersalah.
Aku mendengus. Memutar bola mata karena kesal dan mengalihkan pandangan untuk menatap Liam yang juga sama halnya dengan Axel. Mereka tampak sangat santai menghadapi ujian terakhir ini. Seakan mereka mengatakan secara tersirat,
Persetan dengan ujian atau [Tower], kebebasan kami hanyalah kami yang menentukan.
Hanya delusi yang membuatku harus menatap dua pria yang penuh semangat mudanya dengan datar. Mengendikkan bahu, lalu membalikkan tubuh sambil memperbaiki posisi duduk. Kali ini, aku benar-benar tidak peduli dengan dua orang itu sampai-sampai aku tidak menyadari bahwa Alan sedang menatapku dengan tatapannya yang kebingungan.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com