Stockholm syndrome is a condition in which hostages develop a psychological alliance with their captors during captivity. Rose adalah seorang Vice President dan juga adik tiri dari Jennie Clark seoarang CEO di perusahaan keluarga mereka, Rose sangat terobsesi dengan mantan kekasih kakak tirinya Jisoo Kim. [Volume I] [Update setiap hari Minggu]
Richwood, United State of America
"Jis? Lo udah sehat?" Jisoo langsung menengok ke belakang lalu menaruh kardus yang berisi peralatan tersembunyinya, "gue... udah gapapa kok" Rose hanya menganguk saja, "gue pulang malem banget" Jisoo langsung menyerngitkan keningnya, "tumben" Rose langsung menghembuskan nafasnya kasar, "gue mau meeting sama klien dari Beijing sama Madrid. Jisoo hanya mengangguk saja, "yaudah" Jisoo langsung kembali membereskan barang-barangnya, "oh ya Je, balik pulang jangan lupa beli lem Alteco atau gak lem UHU" Rose langsung mengerutkan keningnya. "Buat apaan Jis?" Jisoo langsung menaruh kardus dekat dengan pintu keluar.
"Itu.. gue liat ada carving tools, gue nebang pohon jati lo gapapa kan?? Tapi.. ntar gur tanem lagi kok" Rose langsung mengangguk, "boleh, emang lo mau buat apaan?" Jisoo langsung mengelap keringatnya, "lo capek ya? Maaf ya gue gak bisa bantu" Jisoo hanya tersenyum tipis, "gapapa kok Rose" Rose langsung meletakkan handbagnya di meja makan lalu menghampiri Jisoo dan mengusap keringatnya.
"Istirahat dulu" Jisoo langsung duduk di bar stool lalu menatap mata Rose, "Rose, gue... tadi liat sesuatu di depan rumah. Kek ada tiang bendera... gue tau kita di Richwood, tapi kok ada tiang benderanya" Rose langsung tertawa kecil lalu mengusap pipi Jisoo, "gue belom nyambut lo hangat" Jisoo langsung mengerutkan keningnya, "welcome to the Park Sandara's Club House. Ini... punya mendiang..." Jisoo langsung menghembuskan nafasnya.
"Jadi ini punya lo? Kok gak ada yang gabung? Apa lo jadiin tempat tinggal?" Rose langsung mengangguk, "iya gue jadiin tempat tinggal" Jisoo hanya mengangguk "oh ya, Rose.. nyokap gue. katanya kangen" Rose langsung menatap Jisoo, "dia.. minta di jenguk, kalo boleh... gue ke rumah sakit? Gue... janji bakalan balik lagi dan gak lapor ke siapa-siapa" Rose hanya diam dan menatap Jisoo. "Besok" Jisoo langsung mengangkat alisnya, "maksud lo besok?" Rose langsung bangun lalu menghampiri meja makan dan mengambil handbagnya.
"Iya.. besok" Jisoo langsung mendengus kesal, "kebiasaan tanya guenya di gantungin mulu" Jisoo langsung menghembuskan nafasnya kasar lalu membuka kardus yang menyimpan barang-barang 'berharga' miliknya "gue... harus double check sebelum kena inspeksi, bisa gagal gue kalo kabur nanti. Jisoo hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar lalu menulis sesuatu di bukunya.
Unknown Place, Unknown Location
Rose langsung berjalan menghampiri Jennie yang sudah tertidur di kasur pasien "malah ngebo" Rose langsung menyiram air kewajah Jennie, "harus ya gue bangun mesti basah?" Rose tidak memperdulikan ocehan Jennie langsung menghampiri alat-alat yang biasa di pakainya untuk menyiksa korbannya. "Jeje.. lo mau apain gue??" Jennie langsung panik karena ia melihat Rose memegang sebuah tang, "gue juga gak tau mau apain" Rose langsung memencet sebuat remote.
*cekrek
"Untung gue punya salinannya" Rose langsung mengubah posisi headboard Jennie menjadi 45 derajat, "Je-jeje.. please, gue minta maaf sama lo... gu-gue gak tau kalo lo suka sama Jisoo b-beneran Je" Rose hanya tertawa, "lo.... minta maaf?? Gue gak salah denger kan??" Jennie langsung menggeleng, "Je, please... gue janji abis ini gue gak akan ngejar-ngejar Jisoo lagi Je" Rose langsung memotong jari Jennie menggunakan tang.
"JEJE INI SAKIT JE.... AMPUN JE" Rose langsung memungut jari Jennie dan menunjukkannya kepada Jennie, "Jeje.... gue mohon" Rose hanya diam sambil melihat Jennie yang sedang memohon, "lo kenapa selingkuh sama Limario hm? LO GAK LIAT JISOO SAMPE SAKIT BEGITU, PULANG DARI BAR SERING MABOK" Jennie langsung menggeleng "gue gak selingkuh sama Limario, Je... demi tuhan gue gak selingkuh sama Limario" Rose langsung memotong jari telunjuk Jennie.
"JEJE AMPUUUNNN..." Jennie hanya menangis sambil merasa sakit karena Jennie harus kehilangan dua jarinya, "gue mohon, Je.. maafin gue" Rose langsung meletakkan tangnya di depan Jennie, "tapi... ada syaratnya" Jennie langsung menatap Rose, "kalian..." Rose langsung menatap dua orang yang di depannya lalu menghembuskan nafasnya.
"Kalian.." Rose langsung mencongkel mata kedua orang tersebut dan membunuh mereka langsung di tempat, "Jen, gue bakal balik lagi. Karena gue harus ngejalanin perusahaan" Jennie langsung menggeleng, "JANGAN TINGGALIN GUE JE, GUE MOHON LEPASIN GUE.. GUE JANJI GAK AKAN NGELAPORIN LO KE POLISI" Rose langsung menghampiri Jennie dan mengambil tangnya, "supaya lo gak berisik" Rose langsung memotong lidah Jennie menggunakan tang.
Richwood, United State of America
Jisoo langsung membuka kardus yang berisikan peralatannya dan ia langsung menghembuskan nafasya kasar, Jisoo langsung menghampiri seorang butler yang sedang ingin naik tangga, "permisi pak" butler tersebut langsung menatap Jisoo, "umm... kalo boleh tau.. ada peta buat real estate yang di sini?" Sang butler langsung memberi isyarat untuk mengikutinya, Jisoo lansgung di tunjukka sebuah ruangan yang penuh dengan komputer. "Ini... emas asli pak?" Sang butler tersebut hanya mengangguk.
"Whoaaa...." Jisoo langsung mengusap vas yang berlapis emas tersebut lalu menghampiri sebuah buku daftar tamu dan membuka bukunya, "namanya kok... Water Spring Clubhouse, apa ada file yang bersangkutan?" Butler tersebut langsung memberika Jisoo sebuah blue map dan sang butler langsung menyuruhnya untuk tidak banyak tanya dari mana Rose mendapatkan ini semua.
Jisoo yang mengerti langsung membuka blue print tersebut lalu memfotonya menggunakan kacamata miliknya, "sudah pak, makasih" sang butler hanya mengangguk, Jisoo langsung melepaskan kacamatanya dan mengaitkannya di saku kemejanya lalu sang butler langsung melipat dan memasukan blue print tersebut ke dalam tempatnya semula.
"Letaknya belom berubah kan?" Butler tersebut langsung menggeleng, "baguslah, ada sekop sama... kapak? Saya, dapet ijin dari Rose untuk menepang kayu jati lalu menanamnya" sang butler langsung memberi instruksi untuk mengikutinya, butler yang mengantar Jisoo menuju sebuah cabin langsung menutup pintunya dan ia menuliskan sesuatu.
Jisoo langsung mengerutkan keningnya, "kenapa? Kenapa anda tidak berhenti?" Butler tersebut langsung menuliskan alasannya, "jadi... Jennie adek tiri Rose?" Butler tersebut langsung mengangguk, Jisoo langsung mengusap wajahnya kasar "kok makin rumit sih!" Jisoo langsung menghembuskan nafasnya lalu ia duduk di sofa, "apa saya harus menundanya?" Jisoo langsung menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
Jisoo langsung menghembuskan nafasnya lalu memejamkan matanya, "apakah aku bisa mendapatkan waktu untuk berfikir ini matang-matang?" Butler tersebut hanya mengangguk, "Jisoo?" Jisoo langsung mengambil buku yang tergeletak di meja lalu memakai kacamatanya bacanya., sementara sang butler langsung berdiri di belakang Jisoo.
"Jis? Lo di sini??" Jisoo langsung mengangguk, Jisoo yang menyadari bukunya terbalik langsung membenarkan posisi bukunya, "gue.. bosen, gue belom mulai nebang sih Je" Rose hanya mengangguk "kok pulangnya cepet? Terkesan ada pembatalan?" Je langsung duduk di samping Jisoo dan memeluk lengan Jisoo manja, "kangen" Jisoo langsung menutup bukunya lalu melepaskan kacamata dan merapikan rambutnya.
"S-sama aku juga" Jisoo harus bermain sebagai cowok penurut dimata Rose, "makan di kuar yuk.." Jisoo langsung menatap Rose curiga, "tumben kamu ngajak keluar, a-ada apa?" Rose lansgung memeluk erat Jisoo dari samping. "Pengen nge-test kamu aja, kamu bakal kabur atau gak" Jisoo langsung menghembuskan nafasnya lalu ia tersenyum.
"O-oke.. ayok" Je langsung memasangkan tracker di kaki Jisoo, "kamu tahanan FBI mulai sekarang" Jisoo hanya tersenyum lalu menghembuskan nafasnya, "yaya.." Je langsung menyandarkan kepalanya di pundak Jisoo, "kamu mau makan dimana?" Jisoo langsung menggaruk rambutnya. "Mau makan di McDonald's atau Wendy's" Jisoo langsung mengacak-ngacak rambut Rose, "kamu lucu, ya Rose" Jisoo tanpa sadar langsung mencium kening Rose. "Kaya siapa?" Jisoo langsung menghembuskan nafasnya.
"Kaya... mendiang adek aku, aku emang... jarang nyebutin namanya" Rose hanya mengangguk, "ayook, dah... kita pergi ke Wendy's" Rose langsung memberikan senyuman hangatnya dan tanpa sadar, Jisoo langsung tersenyum.
.
.
.
.
.
.
"Ini.... pesanannya mbak" Rose hanya tertawa kecil karena Jisoo saat ini mirip dengan pegawai Wendy's, "kamu mau belanja gadget, peralatan tulis atau.. kita langsung pulang?" Jisoo lansgung menggaruk tengkuknya, "mending.. langsung pulang aja deh, gue masih agak gak enal badan" Rose hanya mengangguk, "ini.. cara makannya gimana?" Jisoo langsung mebuka bungkusannya. "Buka dulu bungkusannya" Rose langsung membuka bungkusannya, "terus?" Jisoo langsung memegang kedua sisi burger tersebut dan memakannya, "coba aja" Rose langsung mengikuti Jisoo lalu memakannya.
Jisoo langsung meletakkan burgernya lalu mengambil tisu dan mengelap sudut bibir Rose, "itu ada saos" Rose hanya mengangguk malu, "enak?" Rose langsung mengangguk, "kapan-kapan makan berdua kaya gini yuk" Jisoo langusng mengangguk senang, "ayok" Jisoo langsung mencocol french friesnya dan memakan kentangnya.
"Oh ya, Jis.. nanti beli jajanan apa gitu kek" Jisoo langsung menatap Rose, "lo belom pernah makan disini?" Rose langsung menggeleng, "belom" Jisoo langsung tertawa kecil "ihh... serius" Jisoo langsung mengangguk, Rose baru kali ini melihat Jisoo tertawa langsung memerah wajahnya, "really? Sekaya itu lo?" Rose langsung mengangguk, "gue gak tau duduk-duduk disini" Jisoo langsung mengelap mulutnya menggunakan serbet.
"Ntar... kita beli jajanan makanan ya?" Rose langsung mengangguk, "oh ya Jis" Jisoo langsung berdehem, "beneran lo.. gak mau belanja gadget atau apa gitu?" Jisoo langsung mengusap dagunya, "ada sih.. tapi bisalah online" Rose hanya mengangguk dan memakan burgernya, Jisoo langsung memakan kentangnya lalu ia tarok di sisi kanan dan kirinya seperti taring.
"Jisoo ih" Jisoo langsung memakan kentangnya sementara Rose hanya tertawa melihat tingkah laku Jisoo, "udah ih... makan yang bener" Jisoo langsung mengangguk lalu memakan burgernya, Rose langsung meminum Coca-colanya. "Ini yang namanya Mountain Dew?" Jisoo langsung menggeleng, "itu namanya Coca-cola" Rose langsung mengangguk.
"Ini.. abisin dulu.. nanti kita abis ini beli jajan kan?" Rose hanya mengangguk lalu memakan burgernya.
.
.
.
.
.
.
"Makasih pak" Jisoo langsung memberikan hot dog tersebut kepada Rose lalu membawa belanjaannya, "gimana enak?" Rose langsung mengangguk, "boleh cobain?" Jisoo langsung menyuapi Rose hot dognya lalu mereka duduk di salah satu bangku taman tersebut, "enak ih.. itu kuning-kuning apa?" Jisoo langsung mengelap mulutnya, "mustard" Rose hanya mengangguk, Limario langsung menghampiri Jisoo lalu mencengkram kerahnya.
"Lo dimana Jennie" Rose mencoba memisahkan mereka namun Limario lansgung mendorong Rose, "GUE BILANG DIMANA JENNIE" Limario langsung memukul Jisoo tanpa menunggu Jisoo untuk menjawab pertanyaan, "LIM!" Limario langsung berhenti dan melihat Jisoo yang sudah babak belur dan langsung melepaskan cengkramannya lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Jis, Jisoo Kim!?" Jisoo tidak merespon panggilan Rose, "Jis??" Jisoo lansgung menghembuskan nafasnya kasar lalu menatap Rose, "hey, aku di sini" Jisoo lansgung mengangguk, Rose langsung memeluk Jisoo dan mengusap rambutnya. "Limario awas aja" gumam Rose.
Bonus Scene...
Rose langsung membuka kasar pintunya lalu menghampiri Jennie lalu menyayat wajahnya, Jennie hanya teriak dalam diam karena lidahnya sudah terlepas dan menatap Jennie marah, "GARA-GARA LO... JISOO..." Rose langsung menyayat wajah Jennie tanpa ampun hingga Jennie mengeluarkan banyak darah.
TBC