webnovel

Day 16

Jisoo langsung menghembuskan napasnya kasar lalu ia meminum kopi, "Jis?" Jisoo menengok kebelakang dan terlihat Rose yang sudah rapi dengan blazzer dan rok span, "iya? Kamu mau ke kantor?" Rose mengangguk. "Semenjak kamu di sini aku udah banyak libur" Jisoo mengangguk, "kamu masak apa?" Rose langsung melihat waffle, pancake, dan makanan yang lainnya di meja. "Kamu makannya banyak kan ya? Jadinya aku masak banyak" Rose mengangguk. "Kamu masak segini?" Jisoo ngangguk.

"Kamu suka kan?" Rose duduk di meja lalu memakan breakfast platternya, "enak" Jisoo tersenyum, "yaudah abisin aja" Jisoo ngelap piringnya dan Rose makan di meja makan, keduanya tidak ada yang mau memulai satu percakapan, "Jis" Jisoo hanya berdehem. "Kalo misalnya besok gagal gimana? Kalo misalnya gue yang di penjara gimana?" Jisoo langsung menaruh piringnya lalu menghembuskan napasnya kasar.

"Semuanya gak akan terjadi kok, lo bakal bebas" Jisoo terenyum lalu ia menatap mata Rose, Jisoo merasakan detak jantungnya berdetak tidak karuhan saat ia menatap mata Rose. "Lo udah telat" Rose mengangguk, "paket gue dateng sekarang, jangan di kunci" Rose hanya mengangguk, "maaf ya? Yang waktu itu gue nuduh lo sembarangan" Jisoo hanya mengangguk lalu tersenyum, "gapapa, lagian gue gak ada niatan buat kabur" Rose mengangguk.

"Oh ya, Jis..." Jisoo berdehem lalu ia menghampiri Rose, "lo belom makan kan?" Rose langsung menyendoki chicken waffle lalu Jisoo menerima suapan Rose. "Dah gih, lo berangkat sana. Hari ini ada meeting kan ya?" Rose menggeleng, "hari ini gue mau kantor pengacara" Jisoo hanya mengangguk, "sebentar doang kok, kan kita sepakat, hari ini buat ke TKP lagi" Jisoo mengangguk, "kalo gitu... gue mau ajak jalan-jalan Dalgom sebentar" Rose mengangguk.

"Silahkan" Jisoo lansgung mengambiloo tali pengamannya lalu ia memakai gelang kaki yang dipakaikan di kaki kiri Jisoo, Rose langsung mengerutkan keningnya lalu menatap Jisoo, "kamu..." Jisoo menaikkan satu alisnya lalu menghembuskan napasnya kasar.

"Apa?" Rose menggeleng, "aku berangkat dulu ya?" Rose langsung keluar dari pintu apartemennya lalu ia menghembuskan napasnya kasar, Jisoo menatap Rose bingung lalu menghembuskan napasnya kasar, "taulah..." Jisoo langsung memanggil Dalgom dan mereka langsung berjalan menuju dog park yang ada di sebrang apartemen milik Rose.

Jisoo langsung memejamkan matanya lalu ia menghembuskan napasnya kasar dan tersenyum, "Jisoo!" Jisoo langsung menegok ke belakang lalu ia menatap Chaeryoung yang sedang menghampirinya, "lo ngapain ke sini?" Chaeryoung mengggeleng, "kalo lo mau menjarain Rose udah saatnya Jis, gue tau lo tersiksa" Jisoo tertawa sarkas, "denger, Chaeryoung, dia itu gak pernah maksa gue" Jisoo menghembuskan napasnya, "pembicaraan selesai, mau gak mau pembicaraan ini harus gue sampein ke pengacara bahwasannya lo nyuruh gue" Chaeryoung menahan lengan Jisoo.

"Denger..." Jisoo melepaskan tangan Chaeryoung, "Rose, gak bersalah... ini sudah kemauan gue. Besok kita ketemu di pengadilan kan, Chaer?" Jisoo berjalan menuju salah satu bangku lalu ia menghembuskan napasnya kasar.

"Ada apa sih gue sebenernya?" Jisoo mengacak-acak rambutnya. "Rose, Rose..." Jisoo langsung melempar frisbee dan Dalgom langsung melompat dan menangkap frisbee tersebut. Jisoo langsung berjongkok dan mengusap-usap kepala Dalgom dan tersenyum, "good boy, Dalgomie" Jisoo langsung melempar kembali frisbeenya.

.

.

.

.

.

.

Jisoo masuk kembali ke apartemenya lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "Rose?" Rose menatap Jisoo dengan tatapan bingung, "kamu kenapa natep aku kaya gitu?" Rose melihat kaki Jisoo, "kamu..." Jisoo mengendikkan bahunya, "ntahlah... aku nyaman aja" Rose hanya mengangguk ragu.

"Kalo misalnya..." Jisoo langsung menggeleng, "gak ada misalnya, aku tadi ketemu Chaeryoung, dia bilang aku di suruh ngaku" Rose menatap mata Jisoo, "aku gak boong, aku ketemu dia di taman... aku ngelakuin ini aku peduli sama kamu" Rose mencium bibir Jisoo lalu memeluknya erat, "makasih" Jisoo membalas pelukan Rose. "Aku mandi dulu" Rose tertawa kecil, "kamu baru pulang juga, duduk dulu" Jisoo tertawa kecil.

"Yaudah duduk dulu" Jisoo melepaskan pelukanya lalu ia melepas tali pengaman di leher Dalgom lalu ia duduk di sofa dan menyandarkan punggungnya, "kamu gimana?" Rose mengangguk, "sebenernya aku punya lawyer license, aku mau mulai buka prkatek besok" Jisoo mengerutkan keningnya, "perusahaan ayah kamu?" Rose mengusap dagunya.

"Aku juga yang ngurus, maka dari itu..." Rose langsung memberikan Jisoo laptop Quantum 4, "ini..." Rose mengangguk, "aku nyimpen ini udah lama buat orang yang aku percayai" Jisoo tersenyum lalu menghembuskan napasnya, "server roomnya berarti ada di sini?" Rose menggeleng, "di kantor" Jisoo mengangguk.

"Yaudah, aku bakal giat kerja kalo gitu" Rose hanya menatap Jisoo dan ia ikut tersenyum tipis lalu ia memegang kepalanya, "kenapa?" Rose menatap mata Jisoo. "Kamu... gapapa?" Rose mengangguk. "Aku ngerasain Deja Vu lagi" Jisoo menghembuskan napasnya, "kenapa ya belakangan ini kita ngerasa sering Deja Vu?" Rose mengendikkan bahunya.

Jisoo langsung mengambil hapenya "kamu tau Mina yang sama... ibu aku?" Rose mengangguk "aku di kirimin..." Jisoo langsung melempar hapenya ke Rose lalu mengusap dadanya, Rose langsung melihat gambar tersebut hanya mengangguk, "cuman kepala doang, aku bales ya?" Jisoo mengangguk, "Rose, kamu bales apaan? POKONYA JANGAN ANEH-ANEH AKU GAK SUKA!!" Rose langsung mendapat balasan dari Mina lalu tertawa.

Jisoo mengeluarkan keringat dinginnya lalu ia menatap Rose, "temen kamu Mina boleh ke sini kan?" Jisoo mengerutkan keningnya, "b-boleh.." Rose mengembalikan hape Jisoo lalu ia tersenyum. "K-kamu bicara apa aja sama Mina? Kayanya kamu bener-bener kek lepas" Rose menghembuskan napasnya, "aku liat Mina ngirim kepala temenya" Jisoo langsung merasakan mual karena ingatan yang terjadi beberapa minggu lalu terulang di kepalanya.

"Y-yaudah aku mandi dulu aja" Jisoo meletakkan hapenya di coffee table lalu ia pergi ke kamar mandi.

.

.

.

.

.

.

Kini Rose dan Jisoo dan penasihat hukumnya, Jay sudah ada di TKP. Dimana Ryujin menyuruhnya untuk menghentikan pelaku perampokan, "ayok kita reka adegan" Jisoo mengangguk. Ingatan tentang jasad-jasad dari dua minggu lalu masih terngiang di kepalanya.

"Jis? Jisoo Kim?" Jisoo langsung mengusap wajahnya kasar lalu ia tersenyum dan menggeleng, "s-sayang?" Rose menghembuskan napasnya kasar, "kamu kenapa?" Jisoo mengusap tengkuknya lalu ia melihat CCTV yang berada di salah satu toko amunisi. "Kita mulai dari awal oke?" Rose mengangguk, "kamu berdiri di sini, mau ngangkat telpon. Terus kamu denger Ryujin teriak?" Rose mengangguk, "aku noleh ke belakang" Jisoo mengangguk.

"Kita ulangi persis ya?" Jisoo berlari menuju Rose lalu Rose meninju angin hidung Jisoo. "Ryujin teriak 'ROSE TOLONG!! BANTUIN GUE, ITU...'" Jisoo menganggukkan kepalanya, "ketika kamu nengok ke belakang senjatanya Ryujin mau keluarin atau ada di tangannya?" Rose mengisap dagunya.

"Di tangannya... soalnya waktu itu Ryujin sama sekali gak terangin siapa yang di kejar" Jisoo menghembuskan napasnya.

"Berarti.. ada kemungkinan kita bebas?" Jay mengangguk, "ada kemungkinan" Jisoo mengangguk. "Kalo begitu, kita lanjut" Jisoo menatap Rose. "Menurut kamu gimana?" Rose langsung menghembuskan napasnya kasar lalu menatap Jisoo.

"Aku harus gimana lagi?" Jisoo menghembuskan napasnya, "pada saat korbannya jatuh, apa kamu sentuh?" Rose menggeleng, "yang aku liat Ryujin yang meriksa dan dia yang bilang kalo korbannya sudah mati" Jisoo mengangguk. "Sehabis itu..." Jisoo mengangguk.

"Aku bisa ambil alih di pengadilan besok" Rose mengangguk. "Aku gugup" Jisoo mengangguk, "sama aku juga" Jisoo langsung menatap ke sekelilingnya, "di jalanan pada waktu malam itu, apakah anda mendengar suara kendaraan?" Rose menggeleng sepi.

Jisoo mengangguk., "aku keknya habis ini mau ambill kuliah hukum aja deh mendingan" Rose tertawa kecil, "kalo mau, aku bisa ajarin kamu, gratis" Jisoo menyunggingkan senyumnya, lalu ia menghembuskan napasnya. "Kita liat aja nanti" Jisoo menghembuskan napasnya kasar. "Berarti nanti Jay yang maju?" Rose mengangguk.

"Aku bisa ambil alih pas mereka mulai cross-examination" Jisoo mengangguk, "soal Chaeryoung, aku juga harus laporin ini karena dia mempengaruhi saksi. Dan itu juga termasuk kejahatan, walaupun ringan tapi bisa fatal" Jisoo mengangguk. "Aku hanya butuh kursi aku di samping kamu besok, itu aja... keputusan juri kita hadepin bersama oke?" Rose mengangguk.

"Jay, sini" Jisoo langsung menepuk pundak Jay lalu ia mengangguk. "Jadi..." Rose mengangguk, "kita di sini sebagai saksi, tolong jangan sampe bocorin ini ke siapa-siapa" Jay mengangguk.

TBC

Nächstes Kapitel