webnovel

RENCANA MEMBUKA BAR

Rain bilang aku harus membeli bar untuk usaha baru. Aku bertanya pada Angel saat dia bertengger di nampan kopi di atas meja kaca di depanku.

"Bar-baran apa?"

"Bar yang sebenarnya Angel. Lu tahu, yang menyajikan alkohol."

"Gua hanya menggodamu sayang. Ya, Rain baru saja memberitahu gua tentang itu. Itu akan baik untuk lu. Memberi Lu sesuatu untuk difokuskan selain motor rusak dan oli yang kotor."

Aku berpikir untuk menolak tetapi segera menyadari bahwa dia benar. Dia tidak banyak bicara, tapi menurut ku Rain cukup terkesan karena aku ingat dengan percakapan kami, dan untuk saat ini aku masih setuju. Dia harus pergi lebih awal hari ini dan mengatakan dia akan berbicara dengan ayah temannya yang tampak semacam legenda di klub dan industri hiburan, tentang peluang kami untuk akan datang. Dia menuju ke atas bersiap-siap untuk hari setelah menenggak kopinya dalam waktu singkat. Saat itulah Angel memberitahuku bahwa sepupuku Amie akan pindah kembali ke Kota ini.

Sewaktu anak-anak, Amie dan aku tidak dapat dipisahkan. Kami pergi ke sekolah yang sama, bergaul dengan teman yang sama, dan dia juga bertanggung jawab untuk mengubah ku dari preman menjadi anak baik ketika aku mencapai pubertas. Jika bukan karena Amie, aku mungkin masih akan mengenakan celana panjang krem ​​dan baju polos bergaris. Tapi kemudian kami tumbuh dewasa. Dia pergi berkeliling dunia dengan keluarganyaa dan dia kemudian menikahi seorang bajingan bernama Ardy yang menghentikannya mengenakan rok di atas pergelangan kaki dan berhasil memasukkan kutipan dari kitab suci ke dalam hampir setiap kalimat yang dia ucapkan.

"Gua tidak akan pernah mengerti mengapa dia menikah dengan Ardy. Dia orang tolol. Amie jauh lebih berharga."

"Amie mencintainya." Kata Angel sambil mengangkat bahu.

Amie adalah anak dari kakak ibuku yang bernama Mey. Tante Mey sangat berbeda dengan Tante Hesty yang sangat jahat dan tak tau diri. Tante Mey sangat baik kepadaku dan Rain. Tapi sayangnya mereka sudah pindah keluar kota. Dan sebentar lagi Amie akan pindah lagi ke kota ini. Aku saja sudah lupa, untung saja Angel mengingatkaanku.

Bibi ku Tante Mey, ibunya Amie, meninggal saat kami berusia empat belas tahun dan ayahnya menghilang sebelum dia lahir, jadi ibu ku selalu sangat protektif terhadapnya. Dan aku yakin ibuku dulunya juga mencintai Amie. Dia memiliki keyakinannya dan bukan kita yang menghakimi.

"Dia masih bodoh." Gumamku pelan.

"Aku harus pergi." Kata Angel, berpura-pura tidak mendengarku. Aku tahu dia, bagaimanapun juga karena ekspresi tidak setuju di wajahnya. Setelah itu melembut menjadi senyuman, dia meraih kedua tanganku dengan tangannya, seperti yang biasa dia lakukan ketika aku masih kecil. "Senang melihatmu akhirnya pindah dari band." Kata Angel dengan suara yang manis dan keibuan saat dia meremas tanganku sedikit lebih erat.

"Untuk melihat lu berkarir. Mungkin pernikahan akan menyusul selanjutnya."

"Whoa....., pelan-pelan Angel." Kataku, jantung berdebar tiba-tiba tersumbat. "Gua tidak yakin pernikahan akan terjadi dan ada di kartuku. Ketika Lu melihat hidup gua masih nol, tanpa masa depan."

"Um....., apakah gua perlu mendengar ini?" Dia menyela, menjatuhkan tanganku dan mengerutkan hidung.

"Yang gua maksud adalah, gua belum siap untuk menikah secepat ini. Secara statistik, pasti salah satu dari masalah rumah tangga adalah uang. Kecuali Lu mau hidup melarat dengan gua, tetapi jika melihat ke depan, Gua yakin lu gak akan bahagia hidup dengan gua sebelum gua sukses. Gua pikir ini memengaruhi di... Tunggu, Lu pasti tidak perlu mendengarnya."

"Ada hal yang paling penting di dunia ini, yaitu bersungguh-sungguh Radit."

"Lu benar."

"Punya gua adalah punya lu juga. Tidak ada yang pernah, dan tidak akan pernah ada yang bisa menggantikan tempat lu di hati gua. Gua berharap hidup cukup lama sehingga Lu bisa bersama gua selamanya. Seperti Ayah lu yang setia kepada Ibu lu sampai akhir hayat mereka." Dia menghela nafas dengan sedih, begitu juga aku. Sejak kematian kedua orang tua ku, aku selalu berusaha untuk tetap sabar menghadapi kehidupan bersama Rain. Cukup sulit tumbuh besar tanpa mereka, secara emosional dan finansial, dan sejak usia masih kecil aku bertekad untuk tumbuh dan menjadi cukup sukses agar bisa membanggakan mereka. Aku tidak pernah bisa membayangkan akan begitu sukses, tetapi aku dapat memastikan apa pun kekhawatiran dalam hidupku, uang tidak akan pernah menjadi salah satunya lagi.

"Bagaimana Lu tahu?" Tanyaku, rasa ingin tahu memaksa alisku terkatup rapat. "Lu?'"

Aku teringat kembali pada pernikahan Sassy dan Bob, teringat betapa kesepiannya aku. Hanya karena aku yakin tidak akan pernah menemukan ikatan semacam itu dengan seseorang, bukan berarti itu bukanlah sesuatu yang aku dambakan nantinya.

"Oh sayang, ketika Lu menemukan jati diri, Lu akan… tahu."

"Tapi bagaimana caranya? Maksud gua, gua pikir kalau gua masih anak ingusan, dan lihat bagaimana hidup gua saat ini."

"Ketika sesuatu terjadi pada hari Lu." Dia memulai, memiringkan kepalanya saat dia tampak mengenang. "Besar atau kecil, baik atau buruk, mereka adalah orang yang sangat penting dalam hidup lu dan Rain. Mereka adalah orang yang bisa membuat lu semangat lagi untuk terus berjuang demi masa depan. Orang yang bisa Lu jadikan semangat akan membela sampai ujung bumi jika ada orang lain yang berani mencoba menghina mereka. Saat lu melihatnya, mendengar kabar, atau bahkan hanya memikirkannya, mereka akan membuat hati Anda tersenyum. Begitulah cara Aku bisa tahu."

"Hati bisa tersenyum?" Aku bertanya, menaikkan nada suaraku cukup untuk terdengar sarkastik. Itu membuat aku memukul ke atas lengan.

"Menertawakan semua yang lu suka, tapi percayalah ketika lu merasakannya dan lu akan melakukannya. Lu akan mengingat percakapan ini dan tahu bahwa kata-kata gua ini benar."

Aku tidak yakin. Umurku sudah hampir tiga puluh. Aku telah tidur dengan Angel yang sudah tak terhitung banyaknya. Sial, aku bahkan akan melamarnya. Namun aku tidak pernah merasakan hal-hal yang dia gambarkan. Saat aku mendapatkan gambaran, Rain adalah orang pertama yang kupikir.

Aku akan menjadi orang tua yang kesepian dengan penismu yang lemas dan keriput untuk menemanimu. "Kurasa, kita hanya harus menunggu dan melihat." Aku menepisnya, mengubah topik pembicaraan tentang orang untuk memperbaiki atap bocor yang tidak datang minggu lalu.

Namun, topik itu terus berjalan tanpa suara di belakang pikiranku. Aku berharap suatu hari nanti aku akan mengerti apa maksud Angel. Tentu, hidup terasa menyenangkan sekarang meski sendirian. Aku memiliki Rain untuk menemaniku, tetapi apa yang akan aku lakukan ketika dia menemukan orang yang membuat hatinya tersenyum? Dia adalah satu-satunya adikku yang masih belum menikah, yang tidak memiliki rencana hidup dan masa depan untuk dibangun bersama orang lain. Ketika dia bergabung dengan klub cinta, aku akan baik-baik saja dan benar-benar tidak punya siapa-siapa lagi.

Sial.

Aku membuat diriku sendiri sengsara, jadi aku benar-benar menyingkirkan pikiran menyedihkan dari kepalaku dan terus berbicara tentang pria biliar, aku memutuskan akan menanyakan kepada Alex nomor pria yang dia dan Zack gunakan.

"Gua benar-benar harus pergi sekarang sayang." Kata Angel. Aku melirik ke arlojiku dan menyadari bahwa aku telah menahannya selama hampir dua puluh menit. "Kumpulkan cucian dari kamar tidurmu sebelum aku pergi."

"Terimakasih Angel." Sambil menyeringai lebar, aku melompat dan mencium pipinya.

Saat itu, Rain muncul dengan pakaian baru, air di rambutnya masih menetes dari kamar mandi. "Lu harus membiasakan Radit mencuci pakaiannya sendiri, Nyonya Radit. Dia perlu belajar bagaimana menjadi anak yang sudah dewasa."

"Persetan dengan Lu." Kataku sambil tertawa kecil. "Apa Lu tidak punya pekerjaan yang harus diselesaikan?"

"Gua pergi, gua pergi. Gua akan menelepon lu jika gua mendengar tentang bar atau tempat yang sedang di jual."

Aku berjalan menuju tangga, lalu memukul Rain. "Tentu. Terima kasih Bung."

Rain bergegas menghampiri Angel dan berpamitan, lalu pergi ke mobilnya sementara aku pergi mencari cucian. Aku mengambilnya sepotong demi sepotong sebelum melemparkannya ke dalam keranjang. Itu satu-satunya cara agar aku yakin tidak ada celana dalam nakal yang masuk ke dalam keranjang cucian lagi.

teman-teman yang baik... jika kalian suka dengan cerita brother love. Jangan lupa untuk menambahkan ke koleksi teman2 ya. Saya sangat berharap teman-teman dapat memasukkan novel saya ke rak buku teman-teman. Terima Kasih

Richard_Raff28creators' thoughts
Nächstes Kapitel