webnovel

PROMIL

Happy reading❤

"Ky, besok jadwal ET* lagi ya?" tanya Ifa sambil melihat kalender di meja. "Kok gue capek ya menjalani ET ini. Sudah dua kali dan nggak berhasil juga."

"Gimana mau berhasil kalau kamunya nggak mau istirahat, Yang. Serahin dulu urusan resto ke Alana. Kamu nggak perlu sepanjang hari berada disana. Aku rasa Alana juga bisa mengerti kalau kamu nggak ke resto setiap hari."

"Tapi itu kan tanggung jawab gue juga menjalankan resto itu."

"Ya, kalau kamu nggak bisa melepaskan kesibukanmu di resto, jangan protes kalau promilnya nggak berhasil. Kamu kan sudah dikasih tau sama Encing Husna apa-apa saja yang harus dilakukan kalau mau promil ini berhasil."

"Elo marah nggak kalau seandainya promil ini gagal?"

"Jangan su'udzon dulu. Kita kan bukan tuhan. Kita hanya ikhtiar, hasilnya serahkan ke Allah." Rizky mendekati Ifa yang tampak tak bersemangat. "Kita jalani ini semua bersama-sama. Kamu nggak sendirian. Aku akan selalu mendampingimu."

"Oke, besok pas sarapan gue akan ngomong sama Alana. Semoga dia bisa mengerti."

"Fa, aku nggak keberatan kalau kamu mau berhenti bekerja. Kalau kamu mau berhenti dan mau total menjadi ibu rumah tangga, it's okay with me. Toh, aku pernah bilang sama kamu kalau aku nggak pernah minta kamu mencari nafkah. Itu tugasku sebagai kepala rumah tangga. Insyaa Allah aku bisa membiayaimu dan anak-anak kita nanti."

"Tapi Ky, promil ini kan mahal banget. Tabungan lo pasti habis."

"Semua akan kulakukan demi kamu dan calon anak kita nanti." Rizky menarik Ifa ke dalam pelukannya. "Kamu fokus saja ke promil. Nggak usah memikirkan hal lain."

⭐⭐⭐

"Al, nggak papa-kan kalau sementara ini gue off dari urusan resto?" tanya Ifa kepada Alana setelah mereka selesai sarapan bersama di rumah babe Abdul.

"Ya nggak papa dong, Pah. Gue mengerti keinginan kalian untuk memiliki anak. Insyaa Allah semuanya bisa berjalan lancar di resto walaupun elo nggak bisa ikut mengurusnya. Yang penting usaha kalian memberikan keponakan kepadaku dan bang Zayyan berhasil." jawab Alana penuh pengertian. "Lagipula sekarang kan ada Mutia yang kerja sama kita. Lumayan terbantu sejak ada dia."

"Jadi elo mau mengganti gue dengan Mutia?" tanya Ifa merajuk. "Elo sudah nggak mau jadi sahabat gue, Al?"

"Dih, nih anak kebiasaan buruknya nggak pernah hilang ya. Jangan suka ambil kesimpulan sendiri deh. Mutia bisa membantu kita di bagian keuangan. Dan dia orangnya jujur dan dapat dipercaya. Jadi gue tetap bisa mengawasi operasional resto tanpa harus ribet memikirkan bagian keuangan yang selama ini menjadi spesialisasi lo."

"Makasih ya Al, elo memang sahabat gue yang paling bisa mengerti gue. Eh, bukan deh. Elo sekarang sudah jadi kakak ipar gue."

Sudah hampir sebulan sejak proses embrio transfer dilakukan. Dokter memasukkan beberapa embrio ke dalam rahim Ifa. Selama sebulan ini Ifa benar-benar bedrest. Tak banyak yang ia lakukan. Emak menyuruhnya pindah ke rumah utama, tidak lagi di paviliun agar dia bisa benar-benar beristirahat. Dengan pengawasan ketat dari emak Bella dan bunda ulfa, Ifa menjalani program kehamilan. Asupan gizi, istirahat yang cukup, semuanya dipantau oleh dynamic duo. Ulfa dan Bella.

"Ky, kok gue kepengen ya," ucap Ifa malam itu sambil memainkan jemarinya di perut berotot Rizky. "Boleh kan?"

"Boleh dong, kenapa nggak," Jawab Rizky sambil buru-buru membuka celananya.

"Eh, mau ngapain buka celana?" tanya Ifa bingung.

"Lho, tadi katanya kepengen." Balik Rizky yang bingung. "Makanya aku siap-siap nih."

"Gue itu kepengen tidur di rumah bunda. Gue kepengen banget tidur dikelonin bunda kayak dulu pas gue SMP. Elo ingat kan, kalau dulu gue berantem sama emak atau bang Zayyan, gue pasti kabur ke rumah lo dan bunda selalu menemani gue sampai gue tertidur." jelas Ifa panjang lebar. Tentu saja Rizky menjadi serba salah. Nih, si otong sudah mulai on sejak Ifa memainkan jemari di perutnya. Sangkain si Otong bakal dapat jatah malam ini.

"Yaelah, aku pikir kamu pengen main sama si otong." Rizky kembali memakai celananya. Mukanya langsung ditekuk mengingat hasratnya yang kemungkinan besar takkan tersalurkan malam ini. Bahkan bukan mustahil, malam ini dia dan Ifa akan tidur terpisah. Karena bila mendengar keinginan Ifa, pastilah bundanya akan dengan senang hati menemani menantunya hingga pagi. Kalau sudah begitu jangan harap Ifa akan bisa memuaskan hasratnya.

"Memang si otong kenapa?" ledek Ifa. "Sakit ya?"

"Ngapain nanya-nanya?" tanya Rizky sedikit ketus.

Mendengar jawaban suaminya, Ifa mendekati Rizky yang kini sudah duduk bersandar di tempat tidur sambil memainkan hp-nya. Dengan lembut, Ifa mengambil hp Rizky dan meletakkannya di atas nakas. Kemudian Ifa naik ke atas pangkuan Rizky dan mulai melumat bibir sang suami. Tangannya mulai nakal menjelajahi tubuh sang suami. Tangan Ifa menyentuh junior sang suami yang sudah tegang dan mengeluarkannya.

"Mau ngapain?" tanya Rizky dengan suara menahan gairah. "Jangan memulai sesuatu yang kamu nggak bisa selesaikan."

"Kata siapa nggak bisa diselesaikan?" goda Ifa sambil mengerling genit ke arah sang suami. "Just relax and enjoy it."

Tanpa banyak bicara lagi, Rizky bersandar pasrah saat tangan Ifa mulai bergerak untuk memuaskan dirinya. Rizky hanya bisa menggeram nikmat. Dan akhirnya Rizky dan otongnya bisa mendapatkan pelepasan yang diikuti erangan kepuasan🤭. Setelah selesai memuaskan sang suami, Ifa mencium Rizky dengan ciuman lembut. Rizky menahan tengkuk Ifa sehingga mereka bisa berciuman lebih lama.

"Makasih Yang atas servisnya malam ini." bisik Rizky setelah mereka melepaskan tautan bibir mereka. Ifa tersenyum manis.

"Sekarang antar gue ke rumah bunda ya?" pinta Ifa.

Kalau sudah begini tak ada lagi alasan Rizky untuk menolak keinginan istrinya. Terpaksalah malam ini ia tidur sendirian di kamar tamu di rumah orang tuanya. Walaupun malam ini Ifa telah menservisnya namun tidur sambil memeluk sang istri telah menjadi candu baginya.

"Lho, kalian ngapain kesini?" tanya bunda Ulfa yang sedang bersiap-siap mengunci pintu saat anak dan menantunya muncul di depan rumah.

Ifa langsung bergelayut manja di bahu sang bunda setelah mencium tangannya, melupakan sang suami yang berjalan di belakangnya dengan muka bete. Beda sekali dengan wajah Ifa yang terlihat ceria.

"Lho anak bunda kenapa bete sih? Nggak dikasih jatah ya?" ledek Ulfa kepada Rizky.

"Tuh, mantu bunda pengen tidur di sini," jawab Rizky sambil ngeloyor masuk ke dalam rumah. Di ruang tengah dilihatnya sang ayah yang sedang menonton TV. Rizky langsung membanting tubuhnya di samping Amir.

Sementara itu Ifa sudah asyik bercerita sambil bergelayut manja di lengan sang ibu mertua. Memang kalau mereka sudah ketemu, Rizky seolah tak dianggap.

"Kenapa, Ky?" tanya Amir sambil mematikan TV. "Kalian ribut lagi?"

"Nggak kok, Yah. Semuanya baik-baik saja," jawab Ifa sambil terus menempel pada bunda Ulfa.

"Mas, malam ini kamu tidur sama Rizky ya? Atau kamu mau tidur di kamar tamu, Ky?"

"Lho kenapa begitu? Malam ini mereka pisah ranjang? Mereka yang pisah ranjang, kenapa masmu dibiarin tidur sendiri, dek?" tanya Amir bingung.

"Ayah, malam ini bunda Ifa pinjam ya. Malam ini Ifa kepengen banget tidur dikelonin sama bunda. Kayak dulu." Ifa memohon dengan memasang tampang memelas. Wajah yang tak mungkin ditolak oleh Amir yang memang juga sangat menyayangi menantunya.

"Kok tumben, Fa? Bawaan bayi?" tanya Amir. Mendengar kata bayi membuat Rizky mendadak bersemangat. Di dekatinya Ifa dan dielusnya perut Ifa yang masih rata.

"Disini ada dedek bayi?" katanya menahan luapan emosi.

"Belum tau Ky. Gue belum test. Baru besok kan dijadwal periksa lagi."

"Tapi kamu mual nggak? Menstruasinya gimana?" tanya bunda Ulfa. "Pusing? Pengen makan sesuatu yang asam atau pedas?"

"Nggak bun. Memang belum jadwal menstruasi kok."

"Eh, jadwal kamu sudah kelewat lho, Yang." ucap Rizky sambil membuka hp dan melihat catatan disitu.

"Elo catat jadwal gue?" tanya Ifa tak percaya. "Gue aja nggak pernah catat. Sejak kapan?"

"Ya sejak kita honeymoonlah," jawab Rizky. Ia sengaja hanya bilang honeymoon karena keluarga mereka tak tau kalau selama 3 bulan pertama Rizky nggak diberi jatah oleh Ifa. "Soalnya itu kan berhubungan dengan kesejahteraan si Otong. Hehehehe.."

"Tuh bun, anak bunda mesum melulu pikirannya." adu Ifa pada Ulfa.

"Sama kayak ayahnya," bisik Ulfa yang disambut dengan tawa oleh Ifa, sehingga membuat dua lelaki di hadapan mereka memasang wajah curiga.

"Ketawain apaan sih, dek?" tanya Amir penasaran.

"Nggak papa. Ini aku ingat suatu hal lucu yang perlu disampein ke Ifa."

"Gimana Ky? Kamu mau tidur sama ayah atau tidur sendiri?" tanya Amir.

"Maunya sama Ifa, yah."

"Itu nggak ada dalam opsi."

"Kalau ditanya apa maunya Iky, ya itu tadi. Tapi apa daya, malam ini Ifa maunya sama bunda. Iky tidur sama ayah juga nggak papa. Sudah lama nggak ngobrol berdua sama ayah. Lumayan bisa tanya-tanya bagaimana jadi ayah yang baik."

"Makasih ya sayang."

"Tapi besok kita beli testpack ya. Biar ketahuan bagaimana hasilnya."

"Baik suamiku," jawab Ifa.

⭐⭐⭐

Ifa menatap bingung hasil testpack yang ada dihadapannya. Ini artinya apa saat dia menatap garis merah yang ada dihadapannya. Kenapa satu garis terlihat jelas, namun satu lagi samar-samar. Gue hamil atau nggak sih? tanyanya bingung. Kenapa testpacknya labil ya?

"Yang, kesini sebentar deh." panggil Ifa pada Rizky yang sedang bersiap-siap mau ke kantor.

"Ada apa sih? Gimana hasilnya?"

"Gue bingung. Makanya coba elo yang lihat." Rizky masuk ke kamar mandi dan melihat hasil yang tertera di testpack itu. Keningnya langsung berkerut. Diambilnya bungkus testpack dan dibacanya dengan seksama keterangan yang ada. Namun ia tak menemukan jawabannya.

"Kok nggak dijelasin ya kalau hasilnya begini?" Keduanya berpandangan dengan bingung. Akhirnya Rizky mengambil hp-nya dan memotret hasil tersebut. Setelahnya ia mengirimkan foto tersebut kepada Encing Husna. Tak lama kemudian ia mendapat balasan.

"Fa, kata Encing Husna. Nanti sore kita disuruh ketemu dia. Sama Encing sudah didaftarkan."

"Maksudnya apa ya, Ky?"

"Semoga kabar baik, Yang."

"Aku nggak berani berharap, takut kecewa lagi." Ifa memeluk Rizky dan menangis di dadanya. Rizky sibuk menenangkan sang istri sehingga tak menyadari kemejanya sudah basah oleh air mata Ifa.

"Bisa terlambat nih kalau begini ceritanya."

"Kenapa terlambat?"

"Tuh lihat kemejaku basah sama air mata kamu. Kalau nangis keran air matanya dibuka sedikit saja dong, Yang."

"Jadi nggak suka kalau gue nangis di dada kamu? Perasaan dulu elo akan dengan senang hati menawarkan dada untuk tempat gue nangis." Ifa mulai merajuk. Ia segera menjauh dari suaminya.

"Sampai sekarang juga masih suka kok," sahut Rizky cepat sambil menarik tubuh Ifa ke dadanya. "Kamu boleh menangis sepuasnya di dada aku kalau itu bisa membuatmu lega."

"Beneran? Nggak takut terlambat?" Rizky menggeleng kemudian mengecup kening Ifa. "Nanti kalau diomelin om Ridwan gimana?"

"Om Ridwan bakal mengerti kok kalau nanti aku bilang mantu keponakannya pagi-pagi sudah galau." ledek Rizky. "Sekarang tenang saja ya. Nggak usah terlalu dipikirin jadi atau nggaknya. Yang penting kita usaha terus. Lagipula banyak kok pasangan yang nggak punya anak tapi hidup bahagia sampai tua. Tuh contohnya, Eyang Hamid dan Eyang Yayuk, pakde dan budenya bunda. Mereka nggak bisa punya anak, tapi mereka menikmati hidup bahkan bisa membantu keponakan-keponakannya hingga menjadi orang."

"Tapi janji ya temani dan dampingi gue apapun hasilnya." pinta Ifa cemas. Rizky mengangguk.

"Nanti sore kamu naik taksi aja ke rumah sakit. Kita ketemu di sana. Nggak usah sok ngide bawa mobil sendiri." Rizky mengingatkan istrinya yang suka nekat. "Ajak bunda atau emak buat menemani kamu."

⭐⭐⭐

Notes:

* ET = Embrio Transfer (Program bayi tabung)

Nächstes Kapitel