webnovel

TRIPLET

Happy reading❤

Sudah setengah jam Ifa ditemani oleh mak Bella dan bunda Ulfa menanti di ruang tunggu dokter kandungan. Entah kenapa sore itu rasanya pasien lebih banyak dari biasanya. Lima belas menit yang lalu Ifa sudah diambil darahnya.

"Pasiennya si Husna banyak banget sih sore ini," protes mak Bella. "Kagak tau apa kalau kakaknya sudah nunggu dari tadi."

"Sabar mak, namanya juga di rumah sakit. Ya harus antrilah. Kecuali nih rumah sakit punya emak," jawab Ifa santai sambil memainkan ponselnya. "Emak dan bunda jajan aja dulu di kantin. Makanan di sana enak-enak lho."

"Laki lo mana, Pah? Kok belum sampai juga?" Kembali mak Bella memprotes karena menantunya belum sampai juga. "Nih, pasti si Ridwan ngasih banyak kerjaan ke menantu gue."

"Sabar dong, mak. Rizky sudah dalam perjalanan. Mungkin dia kena macet. Ini kan jam pulang kantor." Baru saja Ifa selesai bicara, tampak Rizky berlari-lari menghampiri mereka. Nafasnya masih terdengar memburu saat sampai di samping Ifa.

"Maaf ya, agak terlambat . Tadi ada kemacetan gara-gara ada kecelakaan." Rizky langsung duduk di samping Ifa yang kebetulan kosong. "Belum terlambat kan?"

"Belum. Tapi tadi gue sudah ambil darah. Sekarang tinggal tunggu giliran ketemu dokter aja," jawab Ifa sambil mengelus pipi Rizky. "Kamu tadi telat makan lagi ya?"

"Kok tau?" tanya Rizky sambil nyengir. "Tadi rapat dengan klien baru sampai jam dua. Mau ada proyek di Batam."

"Tadi Winda yang kasih tau gue. Jangan kebiasaan begitu, ah. Nanti sakit, lho." Suara Ifa terdengar cemas. "Gue nggak mau elo jatuh sakit."

"Aku kangen masakan kamu, yang. Makanya akhir-akhir ini suka malas makan. Tapi tadi aku paksain makan bubur Manado. Nggak tau kenapa aku mendadak kepengen makan itu. Kebetulan ada yang jual dekat kantor. Jadi aku minta tolong OB buat beliin. Saking laparnya, aku habis dua porsi."

Ifa menatap heran sang suami, sejak kapan Rizky doyan makanan itu? Biasanya dia selalu menolak makan bila emak mengirimkan bubur manado. Apakah Rizky ngidam? tanya Ifa. Apa itu artinya....

"Nyonya Akifah Sa'diyah. Silahkan masuk bu," panggil perawat yang bertugas. Segera mereka masuk ke dalam ruang periksa dokter. Untunglah ruang pemeriksaan lumayan besar, sehingga mampu menampung Ifa dan pasukan bodreknya.

"Yang periksa satu orang, kenapa yang antar sampai tiga orang?" komentar Encing Husna saat melihat tiga orang yang mengikuti Ifa masuk ke ruang periksa.

"Lama banget sih," omel emak Bella pada Husna, yang tak lain adalah adik bungsunya.

"Namanya juga di rumah sakit, mpok. Kalau mau nggak antri ya ketemu di rumah," jawab Husna. "Eh ada bunda Ulfa juga."

"Hus, pan elo tau ini cucu pertama kita. Makanya kita semua pengen tau gimana hasilnya?" Kembali emak menjawab sambil duduk di kursi di hadapan Husna. "Kantor lo sumurnya kering ya?"

"Mak, jangan bikin malu. Ini kan rumah sakit, bukan restoran," bisik Ifa yang mulai malu karena melihat wajah perawat yang melongo melihat kelakuan emak Bella.

"Maaf ya sus, emak saya memang kadang bikin malu." Si perawat hanya tersenyum maklum.

"Si mpok mah gitu, kalau cari minuman noh di cafetaria bukan di ruang periksa. Lagian yg mau periksa kan si Ipah, napa jadi mpok yang duduk?" Kali ini Husna yang mengomeli kakaknya.

"Si Ipah langsung aja lo suruh rebahan di ranjang. Kan nanti elo bakal periksa dia juga," jawab emak Bella nggak mau kalah. Astagaaa, berasa di rumah sendiri ya🤣. Akhirnya Husna tak lagi membalas ucapan sang kakak, karena tau itu percuma.

Husna mengambil lembaran hasil pemeriksaan darah di laboratorium. Dia membaca dengan teliti hasil lab dan catatan medis Ifa. Setelah selesai membaca, Husna menarik nafas panjang dan menghelanya perlahan. Seolah ingin memberi waktu kepada dirinya sendiri untuk membacakan hasilnya.

"Sudah berapa kali kalian melakukan ET?" tanya Husna.

"Dengan yang terakhir sudah tiga kali, Ncing." Jawab Rizky yang berdiri mendampingi Ifa yang duduk di ranjang periksa.

"Bagaimana perasaan kalian, terutama kamu Pah? Apakah masih sanggup menjalani ET selanjutnya kalau yang terakhir gagal?" Ifa dan Rizky saling berpandangan. Rizky merengkuh bahu Ifa untuk memberi kekuatan kepada sang istri.

"Terus terang, Ifa hampir putus asa, Ncing." jawab Ifa perlahan dengan suara menahan tangis.

Di kursi, emak Bella malah sudah berlinang air mata tak sanggup melihat anak kesayangannya gagal menjalani program kehamilan. Bunda Ulfa yang berdiri di belakang emak Bella, mengusap-usap bahu emak supaya emak bisa menahan perasaan.

"Tapi kami akan terus berusaha walaupun harus berkali-kali gagal, Ncing." jawab Rizky sambil menggenggam erat tangan Ifa.

"Kalau Encing liat, Rizky lebih siap menjalani program ini daripada kamu, Pah. Menjadi seorang ibu itu nggak boleh gampang putus asa. Kamu harus kuat dan sabar, Pah." nasihat Husna. "Encing harap kalian bisa sabar dalam menghadapi kenyataan kalau....."

Belum sempat Husna menyelesaikan ucapannya, emak Bella tambah kencang menangis membuat perawat yang ada disitu kebingungan. Sementara Ifa hanya bisa terisak di pelukan Rizky.

"Mpok, udahan dong nangisnya. Malu sama perawat." omel Husna yang malu melihat kelakuan sang kakak.

"Iya mak, kalau emak nangis nanti si Ifa ikutan nangis dan malah jadi stress. Apalagi emak nangisnya sampai meratap kayak ditinggal mati aja," ucap Ulfa berusaha menenangkan emak Bella.

"Gimana gue nggak nangis kalau program hamilnya si Ipah gagal melulu. Gue nggak mau si Ipah dimadu gara-gara nggak bisa ngasih Iky anak Huaaa...." Emak Bella kembali menangis. Rizky hanya bisa garuk-garuk kepala. Pusingnya mertua dan istri sama-sama lebay. Siapa juga yang mau kawin lagi. Capek deh, bahasannya itu melulu.

"Mak, sudah dong nangisnya. Iky janji nggak bakal madu si Ifa." janji Rizky.

"Beneran ya, Ky?" Emak Bella balik bertanya dengan pandangan memelas. Rizky mengangguk yakin. Dilihatnya sang bunda menahan tawa melihat besannya mewek.

"Mpok, Husna belum selesai ngomong," potong Husna sebelum drama lanjutan dimulai. "Encing minta Rizky dan Ifa bisa sabar menghadapi kenyataan kalau hamil itu tidak mudah. Apalagi yang namanya morning sickness, emosi yang nggak stabil, ngidam...."

"Maksud Encing.... hasilnya positif? Ifa hamil?!" tanya Rizky tak percaya. Husna mengangguk sambil tersenyum lebar. Ia berdiri dan memeluk kakaknya yang lagi- lagi menangis bombay. Kali ini karena bahagia. Setelah itu Husna memeluk Ulfa yang tampaknya kali ini juga ingin menangis. Jadilah mereka bertiga berpelukan.

Sementara itu Rizky mengucap syukur sambil memeluk dan mencium kening istrinya

"Alhamdulillah... Yang, kamu hamil. Kita berhasil. Alhamdulillah.." Ifa tak sanggup bicara, ia menangis bahagia di dada sang suami yang terus memeluknya erat. Perawat hanya tersenyum melihat drama yang terjadi sore ini. Walaupun ia sudah biasa melihat berbagai reaksi mengenai kehamilan, namun moment kali ini terasa berbeda karena drama yang ia saksikan sejak awal keluarga ini masuk. Ia bisa ikut merasakan bahagia melihat mereka.

"Ky... gue hamil?!" Antara percaya tak percaya Ifa mendengar berita tersebut. "Ncing, Ifa beneran hamil? Ini Seriusan? Encing nggak nge-prank Ifa kan?"

"Nih kalau kamu nggak percaya, kamu lihat sendiri laporan dari lab." Husna menyerahkan kertas dari lab kepada Rizky dan Ifa. Dan memang benar, Ifa POSITIF.

"Alhamdulillah mantu gue nggak jadi kawin lagi!" seru emak Bella heboh. Masih dengan berurai air mata emak mendatangi Ifa dan Rizky lalu memeluk mereka. Yang lain tertawa mendengar ucapan emak Bella. Benar-benar drama queen, eh lenong queen, pikir si perawat yang dari tadi memperhatikan mereka.

"Yuk sekarang Ifa rebahan dulu biar encing periksa pakai USG berapa embrio yang bertahan." perintah Husna. "Mpok dan bunda duduk aja dulu, biar Husna periksa Ifa."

Husna tak banyak bicara saat memperhatikan dengan cermat layar USG. Bolak-balik ia memeriksa tanpa bicara sehingga membuat yang lain penasaran.

"Ncing, gimana?" tanya Rizky penasaran. "Ada yang salah?"

"Kamu mau punya anak berapa Ky?" tanya Husna.

"Melihat susahnya Ifa untuk hamil, dikasih satu saja Iky sudah bersyukur banget, Ncing. Iya kan, Yang?" Rizky meminta persetujuan Ifa yang dijawab dengan anggukan.

"Ifa bisa hamil saja sudah bahagia banget, Ncing." ucap Ifa sambil memandang Rizky. "Ifa nggak mau serakah. Dikasih berapapun oleh Allah kami terima."

"Kalian masih ingat berapa embrio yang kemarin kita masukkan?" tanya Husna lagi.

"Berapa ya? Rizky lupa, Ncing. Tapi pastinya lebih dari satu karena Encing bilang belum tentu embrio yang dimasukkan pasti jadi semua. Dari dua atau tiga embrio yang dimasukkan bisa jadi satu aja sudah bagus banget." Husna mengangguk-angguk mendengar jawaban Rizky.

"Kalian siap kan punya anak? Lahir batin."

"Insya Allah," jawab keduanya bersamaan.

"Kemarin itu kita memasukkan tiga embrio ke rahim kamu untuk mengantisipasi kalau ada yang gagal." Husna terdiam sejenak sebelum melanjutkan. "Alhamdulillah seperti yang kalian tahu, dari hasil lab terlihat positif. Itu artinya embrio yang dimasukkan kemarin berhasil berkembang di rahim Ifa.... ketiganya."

Rizky dan Ifa saling berpandangan seolah tak yakin dengan pendengaran mereka.

"Encing demen banget bercanda sih. Ya kali tiga-tiganya jadi. Bisa jadi satu saja sudah mukjizat banget." ucap Ifa sambil terkekeh. Namun Husna tidak tertawa, wajah tampak serius. Ifa mengenal encingnya ini dengan baik. Dia nggak akan bercanda bila sudah berhubungan dengan pekerjaannya.

"Hahahaha.. encing bercanda nih." Rizky tertawa, namun langsung terdiam saat Husna menunjukkan 3 titik di layar USG.

"Anak kalian KEMBAR TIGA." Semua terbelalak mendengar ucapan Husna. Bahkan emak yang biasanya lebay kali ini terdiam. Suasana mendadak hening. Bahkan si perawat pun tak berani bergerak.

"Selamat ya Rizky dan Ifa, kalian hamil kembar tiga. Benar kata kalian, ini adalah anugrah dari Allah untuk kalian. Semua bisa terjadi karena kehendakNya."

"Ya Allah... gue langsung dapat cucu 3..." Emak Bella mulai loncat-loncat kegirangan karena akan dapat 3 cucu.

"Mpok, sudah dong. Jangan bikin malu Husna. Tuh lihat si Rani sudah ketawa ngakak ngeliatin kelakuan mpok." Kali ini Rani, perawat yang membantu Husna, benar-benar tak dapat menahan tawa melihat kelakuan emak Bella yang tidak ingat tempat.

"Nggak salah kan sus kalau saya girang karena mau dapat cucu langsung tiga." Emak Bella benar-benar nggak peduli, kini ia mengajak Rani berputar-putar sambil tertawa girang.

Setelah situasi mereda, emak Bella dan bunda Ulfa disuruh keluar oleh Husna. Dan di luar, emak Bella memberitahu ke semua orang berita bahagia tersebut.

"Maafin kelakuan emak ya, Cing."

"Emak kamu dari dulu emang begitu orangnya, Pah. Paling heboh, drama queen banget, koplak juga. Tapi herannya itu yang membuat babe kamu jatuh cinta sampai klepek-klepek sama emak kamu."

"Sama kayak Iky dong. Iky juga jatuh cinta sama Ifa gara-gara sifat koplaknya, Cing." ucap Rizky sambil tertawa. "Dan Iky tambah cinta karena Ifa akan memberi 3 anak untuk Rizky."

"Pah, kamu jangan stress. Atur pola makan dan pola hidup. Boleh bekerja asal jangan kecapekan. Saran encing, tiga bulan pertama ini benar-benar dijaga agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Ingat tri semester pertama ini masa-masa crucial."

"Cing, untuk urusan 'itu' gimana?" tanya Rizky malu-malu. "Si Otong masih bisa dapat jatah nggak?" Husna tertawa mendengar pertanyaan suami keponakannya.

"Boleh saja, tapi liat kondisi Ifa ya. Dan mainnya yang lembut. Jangan terlalu kasar mainnya. Saran encing, sebulan pertama ini sebaiknya jangan dulu karena embrio-embrio itu baru banget berkembang. Bisa kan menahan diri dan bermain aman?"

"Otak lo mah nggak jauh-jauh dari urusan si Otong ya, Ky." ucap Ifa. "Dasar laki-laki."

"Eh, lelaki inilah yang memberi 3 embrio yang sekarang ada di perut kamu, Yang." jawab Rizky sambil mengelus perut Ifa yang masih rata.

"Sudah nggak usah ribut soal itu. Kalian harus berkomunikasi dengan baik, jangan sampai membuat pasangan stress. Apalagi bumil, jangan dibikin stress ya Ky. Dan kalian harus sama-sama sabar, terutama saat mengalami morning sickness atau ngidam. Ky, jaga baik-baik istri kamu dan calon anak-anak kalian."

"Insyaa Allah Iky akan menjaga mereka dengan segenap kemampuan, Cing."

⭐⭐⭐

Nächstes Kapitel