webnovel

Malam Kedua di Padang Harta XI

Pinggul dan pantat Nadhine Aisyah mulai bergoyang ke kiri dan ke kanan, berayun ke atas dan ke bawah sambil sesekali bergetar dalam gaung kenikmatan yang menggema mengisi segenap liang cinta sang gadis.

Tubuh indah Nadhine Aisyah terasa semakin memanas.

Pelukan tangan sang gadis menjadi semakin erat dan kedua buah dadanya yang ranum tersebut pun menempel dengan lembut penuh nikmat bagaikan dua buah bantalan marshmallow hangat yang menekan ke dada bidang sang lelaki.

Nadhine Aisyah sudah menjadi begitu bernafsu, gairah hasrat yang telah di pendam dengan begitu lama di dalam dirinya serasa ingin di lepaskan oleh sang gadis yang sedang berada di dalam pelukan sang lelaki saat itu juga.

Terus terang di menit - menit penuh cinta itu vivadhi Ranata sudah tidak ingat lagi dengan saudari kembar Nadhine Aisyah yang saat ini sedang asyik memuaskan dirinya sendiri sembari menunggu gilirannya sambil memelototi saudari kembarnya yang dicumbui oleh sang lelaki di hadapan matanya saat ini .

Sekujur tubuh Nadhine Aisyah bergetarrrr dengan penuh kenikmatan di dalam pelukan Vivadhi Ranata.

Hasrat yang sudah menyeruak di dalam firi sang gadis sudah tidak bisa lagi di tarik surut ke dalam.

Segala rem sudah di lepas dan baik Vivadhi Ranata mau pun Nadhine Aisyah sudah melayang dengan tanpa kendali menikmati segala kenikmatan hasrat nafsu di setiap genjotan tubuh mereka berdua yang saling menyatu dalam pelukan penuh gelora gairah di malam yang begitu liar ini….

Dan seolah sedang ingin mengiringi derasnya gelombang hasrat nafsu Vivadhi Ranata dan Nadhine Aisyah yang sedang asyik bersetubuh di dalam kemah, langit di luar pun mulai mengeluarkan rintik - rintik air hujan.

Hujan yang turun dengan perlahan - lahan namun semakin lama menjadi semakin deras turun membasahi bumi.

Titik - titik air yang berjuta - juta jumlahnya itu seolah sedang berlomba untuk turun ke bumi dan bersaing hingga menimbulkan suara gemuruh yang tiada henti-hentinya.

Namun gemuruh turunnya hujan malam itu tidak lah sedahsyat gemuruh persetubuhan antara Vivadhi Ranata dan Nadhine Aisyah.

Gemuruh persebadanan di antara sang lelaki dan sang gadis yang tengah menikmati gairah cinta itu mampu membenamkan suara guruh hujan yang turun di alam liar malam itu.

Suara basah becek di antara selangkangan mereka berdua yang beradu dengan begitu sengitnya....

Gema kenikmatan yang menggaung mengisi seisi kemah di setiap genjotan tubuh Vivadhi Ranata dan Nadhine Aisyah....

Desahan dan rintihan basah yang terdengar begitu panas membangkitkan nafsu yang keluar dari bibir manis sang gadis....

Gelinjangan dan pergolakan dari tubuh indah muda belia Nadhine Aisyah yang menerima segala kenikmatan luar biasa yang diberikan oleh pergesekan misil iskandar sang lelaki di setiap bagian dalam liang cinta sang gadis.

Hantaman - hantaman penuh gelora gairah dari ujung senjata pusaka sang lelaki, dengan setiap dentumannya yang menggempur bagian inti terdalam dari area paling pribadi Nadhine Aisyah seolah sedang ingin meluluh - lantakkan segenap jiwa dan raga sang gadis.

Entah sudah berapa kali misil iskandar sang lelaki telah keluar masuk dengan begitu buasnya memporak - porandakan seisi liang cinta sang gadis, mengirimkan gelora kenikmatan yang begitu luar biasa meledak di dalam tubuh Nadhine Aisyah.

Entah sudah berapa kali pula Nadhine Aisyah menggepit - gepit dan memeluk tubuh sang lelaki dengan begitu erat menggunakan kedua tangannya.

Entah sudah berapa kali pula Nadhine Aisyah yang sudah terengah - engah dengan tubuhnya yang bergetar menggelinjang kesana kemari sambil menggeram dengan penuh nikmat, menahan kobaran hasrat nafsu yang seolah ingin membumi hanguskan segenap jiwa dan raga sang gadis dan menempa dirinya dengan begitu dahsyat.

Berkali - kali sang gadis mengalami klimaks di tengah - tengah persetubuhan luar biasa yang sedang dilakukan oleh dirinya dengan sang lelaki.

Klimaks yang begitu luar biasa hingga mampu mengirim tingkat evolusi sang gadis ke ranah yang lebih tinggi.

Namun baik Nadhine Aisyah mau pun Vivadhi Ranata seolah - olah sudah tidak perduli lagi dengan apa pun yang terjadi saat ini.

Baik Nadhine Aisyah mau pun Vivadhi Ranata seolah - olah sudah tenggelam begitu dalam ditelan gelombang hasrat hawa nafsu yang menggempur jiwa dan raga mereka berdua.

"Hhhhhh… ehhhhhhh.. AAAhhhhhh…. AAkkhhh!!! AA aaaaHHHH!!!!" Nadhine Aisyah mengerang dengan sejadi - jadinya setiap kali Vivadhi Ranata mempermainkan seisi liang cinta sang gadis dengan senjata pusaka milik sang lelaki.

Dan ketika sang lelaki menekan pantatnya dan menghentakkan misil iskandarnya hingga menghantam semakin dalam menembus bagian terdalam liang cinta sang gadis, dengan begitu luar biasa, Nadhine Aisyah secara refleks mampu memberikan respon balasan yang diinginkan oleh sang lelaki.

Setiap tekanan ke bawah dari sang lelaki selalu dibalas dengan tekanan ke atas dari sang gadis.

Genjotan tubuh kedua insan yang telah menjadi satu tersebut menjadi sebuah irama persetubuhan yang begitu liar namun tetap harmonis, bersatu mengejar kenikmatan bersama.

Bersatu Kita Teguh, Bersama Mengejar Nikmat!

Tanpa terasa sudah tiga puluh menit berlalu dan Vivadhi Ranata dengan tanpa mengenal lelah masih terus mengayunkan pinggulnya di atas tubuh indah Nadhine Aisyah yang masih terbaring di bawah genjotan demi genjotan tubuh perkasa sang lelaki.

Liang cinta sang gadis terasa semakin rapat dan semakin becek serta licin, segenap otot - otot yang tesusun di sepanjang liang cintanya mencengkram dengan kuat batang misil iskandar sang lelaki yang sudah menjadi begitu keras dan panas, menegang dalam remasan - remasan penuh hasrat dari liang cinta Nadhine Aisyah.

Vivadhi Ranata mengendurkan sedikit gerakan pinggulnya.

Sang lelaki mengalihkan perhatiannya ke tubuh bagian atas Nadhine Aisyah.

Nadhine Aisyah yang melihat hal ini pun dengan penuh pengertian mulai mencoba meregangkan tubuhnya yang lentur tersebut sembari menarik kepalanya ke belakang, sambil membusungkan dadanya dan membiarkan kedua buah payudara miliknya yang sudah besar dan ranum serta berwarna putih dengan berlumuran keringat tersebut untuk menyeruak keluar dari pelukan erat sang lelaki.

Buah dada gadis desa yang besar dan kenyal padat berisi, tidak seperti payudara anak - anak kota yang kebanyakan besar tapi loyo karena kurang gerak.

Kedua buah gumpalan putih susu yang terasa begitu kenyal nan empuk itu pun disergap oleh sang lelaki dengan menggunakan mulutnya.

Vivadhi Ranata melahap kedua belah payudara Nadhine Aisyah dan mengunyah - ngunyah buah dada sang gadis dengan sepuas hatinya.

Puting susu Nadhine Aisyah yang berwarna merah muda menonjol tersebut pun juga tak luput dari kuluman sang lelaki yang menghisap - hisap kedua puting susu sang gadis sambil sesekali dengan nakal menggigit sedikit organ sensitif wanita tersebut.

Walau hanya sebentar saja, namun serangan nakal sang lelaki tersebut sudah mampu membuat gadis itu menjerit nikmat tak tertahankan….

Nächstes Kapitel